2013
Kamar ruang rumah sakit Young Jae terdengar cukup ramai. Hari ini beberapa temannya datang menjenguk. Taeil dan JungAh membawa teman Young Jae dari klub basket. Teman-teman Young Jae memiliki postur yang sama dengan Young Jae. Tinggi dan memiliki bahu yang lebar. Membuat Taeil dan JungAh terlihat seperti peri kecil.
JungAh yang cepat akrab itu pun ikut bercanda dengan teman-teman Young Jae. Untuk mengurangi kecanggungan, Taeil mengambil handycam Young Jae dan mulai merekam tim basket, JungAh dan Young Jae yang sedang asik tertawa.
Saat waktu sudah menujukkan pukul 5 sore, tim basket, teman Young Jae pun pamit pulang, Young jae tampak mengeluarkan senyum masam karena tentu ia ingin berlatih basket bersama mereka dan mengikuti turnamen basket antar sekolah.
Tim basket itu berpapasan dengan seseorang di pintu. Mereka semua membungkuk untuk memberikan salam lalu pergi.
“Appa!” Seru JungAh, “kenapa lama sekali?” Gerutu JungAh menatap ayahnya yang berjalan mendekat dengan tergesa-gesa.
“Appa?” Gumam Young Jae.
“O, Young Jae ah, annyeong,” sapa ayah JungAh santai.
“Annyeong haseyo,”
“Annyeong haseyo,”
Young Jae dan Taeil menyapa bergantian.
“Oh, Taeil juga, annyeong,” ayah JungAh menyapa Taeil yang duduk di sisi kiri Young Jae. “lama tidak jumpa dengan kalian,”
“Ne,” Young Jae tersenyum canggung.
“Abeonim kapan tiba di Seoul?” Tanya Taeil yang mengetahui kepergian ayah JungAh beberapa minggu lalu.
“Mmm… sekitar seminggu lalu,” ia tampak berfikir. “Lalu appa pergi camping dengan Jungwoo,” lanjutnya sambil menatap JungAh. “Young Jae ah, bagaimana keadaanmu?”
Young Jae berusaha duduk sambil tertatih, JungAh dan Taeil mencoba membantunya dari sisi kanan dan kiri.
“Berbaring saja..” pinta ayah JungAh sambil menunjukan telapak tangannya kewajah Young Jae.
“Saya.. ya.. begitulah, abeonim,”
Ayah JungAh hanya tersenyum sambil menepuk pelan kaki Young Jae yang tertutup selimut.
“Oh ya, ini,” Ayah JungAh mengangkat kresek yang dari tadi ia bawa. “Kau suka heotteok kan? Aku membelinya tadi,”
“Wahh.. terima kasih banyaak,” Young Jae tersenyum senang.
“Gomawo, appa!” JungAh memeluk ayahnya senang. “aku bungeo ppang!”
“Hya, jangan minta aneh-aneh, appa hanya membeli heotteok!” seru sang ayah. Membuat tiga anak SMA yang ada dihadapannya itu tertawa.
Mareka pun mengambil jajanan pasar yang masih hangat itu. Ayah JungAh berkata bahwa ia akan pulang dengan JungAh dan Taeil setelah orang tua Young Jae datang. Mereka pun bercanda bersama dan sesekali ayah JungAh juga memfoto mereka bertiga. Malam itu adalah malam yang menyenangkan bagi Young Jae.
Kedua orang tua Young Jae membungkuk berkali kali pada ayah JungAh, ia berterima kasih karena sudah menemani Young Jae. Mereka bertiga pun pulang bersama. JungAh dan ayahnya mengantar Taeil ke subway tempatnya menaiki bus.
“Appa,” JungAh yang duduk di antara Taeil dan ayahnya membuka percakapan. Ia agak mengeraskan suaranya karena suara lalu lalang mobil diseberang jalan terdengar lebih keras. “Young Jae…” JungAh menunduk dan memainkan kukunya. Taeil sedikit melirik ke temannya itu. “ia akan meninggalkan kita bukan?”
Mendengar hal itu, ayah JungAh mengelus pelan kepala JungAh. Ia pun berdiri di depan Taeil dan Jungah.
“Dari pada khawatirkan hal itu, bukankah lebih baik kalian menikmati waktu kalian bersama?” Ayah JungAh terus mengelus kepala JungAh. “Hmm? Bagaimana?”
“Appaa…” JungAh mendongakkan kepalanya dan mulai meneteskan air mata. Melihat hal itu, air mata Taeil juga ikut menetes.
“Aigooo… uri ddal,” ayah JungAh pun mengambil posisi jongkok dan memeluk putri semata wayangnya itu. Ia ikut merasakan kesedihan anaknya yang harus ditinggal lagi oleh orang yang disayanginya.
Tangisan JungAh terdengar cukup keras, mirip tangisan JungAh saat ia berumur 7 tahun, setelah orang tuanya bercerai dan ayahnya memutuskan untuk kembali ke Daegu, ayah JungAh sempat membawa JungAh untuk menemui ibunya di Seoul, namun ibunya menolaknya. Wajah JungAh yang terlalu mirip ayahnya membuat ibu JungAh menolak menemui dan mengasuhnya. Ayah JungAh cukup sabar saat mengetahui fakta bahwa ibu JungAh berselingkuh, namun saat ia mengetahui bahwa ibu JungAh tidak mau bertemu dengan JungAh lagi, ayahnya semakin yakin untuk tidak membawa JungAh ke hadapan ibunya lagi. Bahkan ketika JungAh beranjak SMA dan ibunya ingin bertemu JungAh pun sang ayah tidak mengijinkan.
“Hya, JungAh hya,” ayah JungAh melepas pelukannya dan memegang kedua pipi JungAh. “bukan hanya kau yang sedih,” ucapnya. “lihat Taeil,”
Taeil yang menjadi pusat perhatian segera menyeka air matanya.
“Ia adalah teman SD Young Jae. Bayangkan sudah berapa lama mereka bersama,” lanjut ayahnya mencoba menenangkan JungAh. “lebih lama darimu. Dia juga sangat bersedih sekarang,”
“Taeeeil aaah..” JungAh menatap Taeil sambil menangis. “mianhae..”
“Nan gwaechana,” jawab Taeil bohong.
“Paman harap kalian saling menguatkan satu sama lain,” pesan sang ayah.
------------------------------------------------
2019
JungAh menghabiskan sorenya dengan berdiskusi dengan dokter Ahn. Dari dokter Ahn juga JungAh banyak belajar mengenai ilmu yang sedang ia pelajari. Sesekali terdengar tawa renyah JungAh saat ia mendengar celotehan santai dari dokter Ahn. Mereka berdua duduk santai di dalam sofa ruangan yang biasa diduduki pasien dokter Ahn yang sedang berkonsultasi.
“Oh ya dokter,” JungAh menatap HP nya sebentar. “akhir-akhir ini Jinri eonni sering menemuimu secara tiba-tiba, tanpa membuat janji terlebih dahulu,” terangnya. “Haruskah saya menasehatinya?”
“Jinri? Min Jinri?” Dokter Ahn agak mengingat nama pasiennya. “kau dekat dengannya?”
“Yah.. tidak terlalu sih,” JungAh menyaku HP nya lagi setelah membaca pesan dari Jinri. “kami hanya bertukar pesan dan bercanda,”
“Biarkan saja dia begitu,”
“Eh? Tapi..”
“Kita amati selama tiga bulan dulu saja. Setelah itu kau bisa memberitahunya,”
“Baiklah,” JungAh mengangguk setuju.
“Tapi dengan cara yang halus ya, dia adalah ‘pasien’,”
“Baik, dokter,”
“Kau sendiri, bagaimana keadaanmu akhir-akhir ini?” Tanya dokter Ahn sambil menyenderkan badannya.
JungAh tersenyum cerah. Selain membantunya dalam segi pembelajaran, dokter Ahn juga tidak segan mengecek kesehatan mental JungAh. Hari ini suasana hati JungAh sedang tidak mengalami masalah. Ia baru saja merayakan ulang tahunnya di bulan Juni bersama teman-temannya. Minggu-minggu yang menyenangkan telah ia lewati. “Saya baik-baik saja,” jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] TWO PERSON || MOON TAEIL , NAKAMOTO YUTA
FanfictionSebuah kaleidoskop perjalanan Kim JungAh dari tahun 2012 hingga pernikahannya di tahun 2030. Berteman selama 20 tahun dengan Moon Taeil dan melalui banyak kisah baru dihidupnya. Akankah JungAh berakhir bahagia dengan sahabat masa kecilnya, ataupun d...