2019
JungAh memukul-mukul dadanya kencang. Ingin rasanya ia menangis kencang di dalam taksi yang sedang ia tumpang ini. Supir taksi sesekali melirik kebelakang bertanya apakah sang penumpang baik-baik saja. JungAh hanya menjawab dengan tangisan yang makin kencang sambil memohon pada sang supir untuk menyetir dengan cepat.
HP JungAh bergetar, tanda ada panggilan masuk. Itu dari Taeil, sambil sesenggukan, JungAh mengangkat telponya. Belum sempat Taeil berkata ‘halo’, Taeil sudah mendengar suara tangisan JungAh yang kencang. Taeil yang sedang ada di dalam bus NCT menyapu pandangan pada teman-temannya yang diam seketika. Seluruh anggota NCT termasuk Jungwoo mendengar tangisan JungAh.
“Nuna..” Jungwoo bersuara pelan.
“Tae..Taeil aahhh…” JungAh terus memanggil nama Taeil. Ia juga sesekali kesusahan bernafas karena menangis terlalu keras. Ia tidak siap menyampaikan kabar duka pada Taeil.
“Hya hya, JungAh yah, tarik nafas!” Taeil menenangkan JungAh, ia khawatir dengan kondisi temannya sekarang. “kami sedang dijalan, tenanglah sedikit. Kau akan kesusahan bernafas!” Seru Taeil lagi. Ia sudah pernah melihat JungAh menangis heboh seperti ini. Kala itu JungAh menangis hingga kesusahan bernafas dan membutuhkan oksigen untuk membantunya bernafas.
“Aku tidak percaya...” jawab JungAh yang tak menghiraukan Taeil untuk memintanya tetap tenang. “Jinri eonni… Jinri eonni…padahal aku baru saja berbicara dengannya!” Serunya menjelaskan bahwa sebelum kematian Jinri, seorang artis SM dan pasien dokter Ahn, ia masih berbicara dengan JungAh melalui telpon. Kala itu Jinri terdengar riang seperti biasa. Hal itu membuat JungAh tidak percaya bahwa Jinri telah mengakhiri hidupnya.
Setibanya di rumah duka, JungAh segera berlari kencang. Sudah banyak wartawan disana. JungAh menarik perhatian karena ia menyenggol seluruh wartawan di pintu masuk. Beberapa wartawan juga ada yang sempat memotret JungAh.
Tangisan JungAh semakin pecah kala ia melihat peti dan foto Jinri terpampang di ruangan. Seorang wanita yang merupakan teman Jinri pun berdiri dan membungkuk pada JungAh.“Soojung eonni..” JungAh menutup mulutnya dan menahan tangisannya. Ia juga membungkuk pada Soojung yang sudah mengenakan pakaian serba hitam. Soojung tampak lemas dan tidak bicara satu katapun.
JungAh memberikan salam hormat pada Jinri. Ia pun menangis keras. Ia tidak menyangka bahwa salah satu orang dekatnya dan merupakan pasien yang sering ia temui kini memilih mengakhiri hidupnya sendiri. Soojung berjalan mendekat dan memeluk JungAh. Soojung membisikkan kata terima kasih pada JungAh, ia pun membawa JungAh keluar ruangan dan menyuruhnya minum untuk menenangkan diri.
JungAh bertemu beberapa staff SM dan artis lain di luar ruangan, beberapa dari mereka membungkuk pada JungAh. Ia lalu berjalan lemas menuju lorong. JungAh menyandarkan badannya pada lorong yang kini penuh dengan karangan bunga.
Kini langkah kaki yang ramai terdengar dari sisi kanan JungAh, beberapa orang keluar dari lift. Air mata JungAh keluar lagi saat ia melihat sahabatnya datang. Taeil menghampirinya lengkap dengan seluruh temannya.
“Taeil ah,” JungAh mengeluarkan suara parau.
Taeil langsung memeluk JungAh. Jungwoo hanya berdiri disebelahnya sambil ikut menangis. Seluruh member NCT pun masuk ke ruangan dan memberikan penghormatan terakhir untuk Jinri.
Suara tangisan JungAh terdengar cukup keras. Ia mengulang ulang pembicaraannya. JungAh merasa bersalah karena pada perbicangan telfon malam itu ia tidak dapat menyadari bahwa Jinri membutuhkan pertolongan dan itu adalah perbincangan terakhirnya.
“Ania ania… itu bukan salahmu, babo hya,” Taeil mencoba menenangkan dengan mengelus kepala JungAh.
Suara langkah kaki yang berat pun terdengar dari arah lift. JungAh yang sedang memeluk Taeil melihat tiga polisi datang mendekat.
“Permisi,” polisi itu berbicara dengan Jungwoo. “kami mencari Kim JungAh,”
“Ne?!” Taeil dan Jungwoo kaget bersamaan.
“Waeyo?” Tanya manager NCT yang baru saja keluar dari ruangan duka.
“Kami mencari Kim JungAh,”ulang salah satu polisi. “Kami sedang melakukan penyelidikan terhadap kematian saudari Min Jinri. Berdasarkan catatan telfon milik saudari Min Jinri, saudari Kim JungAh adalah orang yang terakhir ia hubungi,”
“Ania… shireo,” JungAh menangis semakin keras. Ia memeluk tangan Jungwoo seakan tak ingin dibawa pergi oleh ketiga polisi itu.
“Nu..nuna hya,” Jungwoo kebingungan. Ini pertama kalinya ia melihat tingkah laku histeris JungAh. JungAh menangis dan terus meminta maaf. “anya nuna, nuna akan baik-baik saja..” Jungwoo berusaha menenangkan sambil ikut menangis.
“Permisi!” Seru suara berat milik dokter Ahn. Semua membuka jalan bagi dokter Ahn. Dokter Ahn segera menghampiri JungAh. Ia memegang kedua lengan JungAh. Memastikan JungAh tidak melukai dirinya sendiri. Dokter Ahn kemudian menatap Jungwoo dan setiap orang di dekat JungAh, ia menggerakkan kepala seakan meminta mereka untuk mundur dan memberi ‘ruang bernafas’ untuk JungAh.
“Mianhaeyo gyosunim..” JungAh menatap dokter Ahn dihadapannya.
“JungAh, dengarkan saya,” dokter Ahn bernada tegas sambil sedikit mengguncang tubuh JungAh. “tarik nafas. Perlahan,”
“Dokter.. sa..saya…”
“Ssst sst sst!” Pinta sang dokter. “lakukan,” lanjutnya tenang.
JungAh menuruti permintaan dokternya, ia memfokuskan matanya pada dokter Ahn seorang sambil mendengarkan hembusan nafasnya sendiri. Ia menarik nafas panjang dan menghebuskannya perlahan.
“Pak polisi,” dokter Ahn membalik badannya. “Saya harus ikut dalam interogasinya,”
“Ne? W..waeyo?” Para polisi itu membulatkan matanya, karena kegiatan interogasi biasanya hanya memerlukan satu orang informan saja. Dokter Ahn tidak menjawab, ia hanya mengangguk mantab menatap ketiga polisi disana. “Ba..baiklah, silahkan.”
“Nuna?” Jungwoo menggenggam jari jemari JungAh.
JungAh menoleh menatap adiknya yang terlihat khawatir. JungAh menepuk punggung tangan Jungwoo dan membentuk ucapan ‘aku bersama dokter Ahn. Aku akan baik-baik saja’ dari mulutnya.
Kini JungAh menatap Taeil. Ia mengelus pelan lengan kanan Taeil. “mian, aku membuatmu panik, ya?”
“A..ania, jangan bicara seperti itu,” Taeil ikut mengelus lengan kiri JungAh.
“Taeil ah,” lanjut JungAh yang masih ingin berbicara. Ia sedikit memelankan suaranya.
“Hmm?”
“Aku memiliki PTSD (Post Traumatic Stress Disorder),” bisik JungAh tiba-tiba sambil mengeluarkan senyum masamnya.
“Mwo?” Taeil melirih kaget.
JungAh tersenyum kecil. Ia pun berbalik pergi persama dokter Ahn dan ketiga polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] TWO PERSON || MOON TAEIL , NAKAMOTO YUTA
FanfictionSebuah kaleidoskop perjalanan Kim JungAh dari tahun 2012 hingga pernikahannya di tahun 2030. Berteman selama 20 tahun dengan Moon Taeil dan melalui banyak kisah baru dihidupnya. Akankah JungAh berakhir bahagia dengan sahabat masa kecilnya, ataupun d...