1

27 3 0
                                    

2015

JungAh menyeka keringatnya. Ia duduk di sebuah kursi pinggir jalan sambil memegang sebuah kopi dingin. JungAh menatap para pejalan kaki yang lewat sambil membawa payung untuk menghindari sinar matahari. Pohon yang tertanam di sampingnya sama sekali tidak membantu membuatnya teduh.

“Hhh… lama sekali..” Gerutunya sambil memandang gedung yang berdiri kokoh diseberang jalan. JungAh yang sedang duduk di kursi kayu sedikit menghentak hentakkan kakinya. Sambil sesekali melihat jam, JungAh memfokuskan pandangannya pada pintu gedung yang dipenuhi dengan anak-anak muda.

Warna langit sudah berganti menjadi jingga. JungAh tersenyum lega kala seorang anak laki-laki berkaos hitam lari keluar dari gedung tersebut. “Nuna!” serunya.

JungAh menyambut dengan senyuman dan berdiri dari kursi kayu yang membuat pantatnya sakit.

“Nuna!” Ulang anak laki-laki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Nuna!” Ulang anak laki-laki itu. Itu adalah adik JungAh. Ia mempercepat laju lari nya dan memasang muka khawatir. “Nuna menungguku? Ah… kan sudah kubilang jangan menunggu!” anak laki laki tinggi itu terlihat kesal.

“Gwaenchana! Nuna juga sedang senggang,” JungAh menepuk pelan lengan adiknya. “hya. Bagaimana? Kenapa lama sekali?” Tanya JungAh penasaran.

Jungwoo, adik JungAh hanya menaikkan bahunya pelan. Mereka berdua pun berjalan pelan menjauh dari gedung itu. Itu adalah sebuah gedung dari perusahaan hiburan. SM Entertainment. Seharian ini Jungwoo baru saja melakukan audisi untuk menjadi seorang idol. Jungwoo terlihat bersemangat menceritakan bagaimana rumitnya audisi yang ia jalani, mulai dari scanning tampilan, menyanyi, hingga para juri memintanya untuk menari.

“Wooah.. benarkah?” JungAh menanggapi cerita adik satu-satunya itu. “keren sekali uri dongsaeng,” JungAh menyenggol lengan Jungwoo sambil bernada meledek.

“Aaa…hajimayo nunaa..…” Jungwoo sedikit memajukan bibirnya, membuatnya terlihat imut.

“Padahal kau dulu sangat pemalu sekali,”
Sambil memegang pipinya yang kemerahan karena lelah menari, Jungwoo sedikit mengingat sosoknya yang masih kecil, “tadi aku juga malu, Nuna, banyak sekali yang memperhatikanku..”

JungAh tersenyum sambil membuat kerutan di hidungnya. Ia mengelus punggung adiknya karena ia tak sanggup meraih puncak kepala adiknya itu. Jungwoo adalah adik JungAh yang memiliki selisih 2 tahun dengannya. Jungwoo yang masih 18 tahun itu terlihat lebih tinggi dari anak laki-laki sebayanya.

JungAh dan Jungwoo berjalan semakin pinggir menuju bibir jalan. Jungwoo mengarahkan pandangan jauh untuk mencari taksi yang akan mereka tumpangi. Setelah beberapa kali melambaikan tangan, sebuah taksi pun terlihat melaju makin pelan. Badan Jungwoo yang menutupi JungAh pun membuat JungAh harus memunculkan kepalanya dari samping Jungwoo.

Sebuah taksi yang masih memiliki penumpang terlihat berhenti tepat di depan kedua kakak beradik itu. Jungwoo menunggu penumpang keluar dari taksi. Tak lama, pintu taksi itu pun terbuka. Seorang pria dengan hoodie abu abu dan ransel hitam keluar. Ia mengangguk pelan pada Jungwoo dan membiarkan Jungwoo masuk.

[END] TWO PERSON || MOON TAEIL , NAKAMOTO YUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang