5

8 3 0
                                    

2013

Suasana kelas 2-5 terdengar hening, semua dalam keadaaan canggung hingga tidak ada yang berbicara, sesekali beberapa murid terlihat memfokuskan pandangannya pada JungAh yang duduk di barisan tiga dari belakang. JungAh tampak cuek saja, di pelajaran matematika ini, ia terus memfokuskan perhatiannya pada soal-soal dibukunya. Sang guru yang berdiri di depan sambil menyapu pandangan ke seluruh kelas.

Taeil yang duduk di sampingnya merasa tak nyaman. Ia yakin JungAh berkali-kali menyentuh matanya dan hidungnya. Ia ingin bertanya “kau baik-baik saja?” Tapi rasanya hal itu akan membuat JungAh lebih bersedih.

GREEK

JungAh mengangkat tangannya, “Seonsaengnim, saya sudah selesai mengerjakan. Bolehkan saya ijin tidak ikut kelas tambahan?” Tanya JungAh dengan suara parau.
Teman akrab JungAh menatapnya iba. Mereka juga sesekali menukar pandangan dengan guru dihadapannya, berharap sang guru mengijinkan JungAh untuk tidak ikut kelas tambahan sebagai persiapan memasuki kelas universitas.

“Baiklah,” kata sang guru menyerah.

Tanpa menjawab dan masih berusaha tenang, JungAh membereskan seluruh buku dan alat tulis.

“JungAh hya,” bisik Taeil. “hya, kau mau kemana?” panggilannya masih tidak dihiraukan. “JungAh hya, sst!”

JungAh pun berdiri dan membungkuk kepada gurunya. Ia pun berlari keluar.

“Sa..saya juga sudah selesai, seonsaengnim!” seru Taeil lantang. “saya juga ijin,”

“Ne?” sang guru terlihat mengeryitkan dahinya. “Hya, tapi kau….”

Taeil tak menggubris ucapan gurunya dan tetap membersihkan meja. “Jwisong hamnida, saya pergi dulu,” Taeil pun berlari keluar kelas.

“Hya Moon Taeil!”

Taeil dapat mendengar teriakan suara sang ketua kelas yang juga teman JungAh. Taeil berlari semakin kencang berharap menemukan Jungah di koridor sekolah. Ia mendengar suara kaki JungAh yang makin dekat.

“Hya!” Panggil Taeil yang masih berlari. JungAh dan Taeil kini menyusuri taman depan yang akan membawa mereka semakin dekat dengan gerbang sekolah.

JungAh hanya menoleh dalam diam. Kini ia berlari lagi dan untung saja Taeil dapat mengejarnya.

Taeil melihat pantulan raut wajah cemas dari dalam bus. Ia tidak pernah melihat JungAh sepanik ini, kali ini ia berbeda dari biasanya, JungAh terlihat menahan tangisnya. Biasanya, JungAh selalu menangis dimana saja, kini ia terus menggigit bawah bibirnya dan menggerak gerakkan kakinya berharap bus yang ia tumpangi dapat melaju lebih cepat.

Tujuan mereka adalah Seoul hospital. Beberapa jam yang lalu, sebelum pelajaran matematika dimulai, seorang murid masuk dengan masih mengenakan seragam olahraga.

“Siapa kau?” Tanya guru Kim sambil menata bukunya di meja. Ia menatap murid dengan wajah yang asing itu, dia jelas bukan murid jurusan musik.

“Ada yang namanya Moon Taeil dan Kim JungAh?” Tanyanya santai kepada seluruh murid kelas 2-7. Wajahnya cukup seram sehingga membuat seisi kelas diam.

“Hya, mau apa kau? Pelajaran sudah mau dimulai,” usir guru Kim.

Murid itu pun membungkuk sopan pada guru Kim. “Annyeong haseyo, saya Eun Bin dari kelas 2-4 jurusan ilmu komputer,” ucapnya memperkenalkan diri, semakin menarik perhatian seisi kelas JungAh. “saya mencari…”
“A..aku,” JungAh mengangkat tangannya. “Aku JungAh, dan ini Taeil,” JungAh menunjuk Taeil yang duduk bingung disampingnya. “wae?”

“Hya,” murid bernama Eun Bin pun berjalan melewati sang guru. Lalu ia berdiri di depan kelas di barisan JungAh. Eun Bin nampak susah berkata-kata. Ia menggaruk keras rambut tebalnya. “Young Jae… mmm.. Young Jae..” Eun Bin bersuara agak kencang karena JungAh duduk di belakang.

[END] TWO PERSON || MOON TAEIL , NAKAMOTO YUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang