Sebuah kaleidoskop perjalanan Kim JungAh dari tahun 2012 hingga pernikahannya di tahun 2030. Berteman selama 20 tahun dengan Moon Taeil dan melalui banyak kisah baru dihidupnya. Akankah JungAh berakhir bahagia dengan sahabat masa kecilnya, ataupun d...
JungAh menyandarkan punggungnya pada sofa pink empuk di dalam café. Ia menggeleng pelan melihat kelakuan Taeil di hadapannya dan Jungwoo disampingnya. Mereka berdua sama sama mengenakan topi dan masker. Mereka bahkan tidak meminum kopi dingin yang sudah tersaji dihadapan mereka.
“Aigoo… dasar para idol…” gumam JungAh yang mengerti bahwa mereka sedang bersembunyi dari fans dan paparazi.
JungAh melipat tangannya dan melanjutkan pembicaraan. “Hya, tidak ada yang mengenali kalian di café ini. Setidaknya lepas masker kalian,”
Bak anak penurut, Jungwoo dan Taeil pun mulai melepas masker hitam yang mereka kenakan sambil tetap mengawasi keadaan sekitar.
Ucapan JungAh benar, walaupun café dengan interior manis ini cukup ramai, tidak ada yang memperhatikan mereka. Semua sibuk makan dan berbincang-bincang satu sama lain.
“Hya Taeil ah,” JungAh merapikan duduknya dan menunjuk seseorang yang duduk di samping Taeil. “kau tidak memperkenalkan dia?”
“Eh?” Taeil memandang seorang wanita cantik dan imut disamping kirinya. “Oh, ya. Kenalkan, dia pacarku, Yoo Soo Min,”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Annyoeng haseyo,” sapa pacar Taeil sambil menunduk pelan. Suaranya begitu lembut dan matanya bulat seperti anak anjing, rambut panjangnya juga begitu rapi ia biarkan menjuntai. Sunggung selera Taeil sekali, pikir JungAh.
“Annyeong haseyo,” JungAh dan Jungwoo menunduk sopan. JungAh lalu ikut memperkenalkan dirinya dan Jungwoo.
Taeil hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. JungAh juga melihat pacar taeil tersipu malu dengan pipinya yang kemerahan. Terlihat sekali kalau usia pacaran mereka baru seumur jagung. Gadis bernama Soo Min itu pun lalu memeluk lengan kiri Taeil dan melemparkan senyuman sangat manis pada pacarnya itu.
“Nuna, ayo pesan cake..” Jungwoo yang sedari tadi tidak peduli dan sibuk memilih menu akhirnya menjatuhkan pilihannya dan berbisik pada nunanya.
JungAh pun mengiyakan. JungAh dan Jungwoo lalu berpamitan pada Taeil dan pacarnya untuk duduk di kursi lain. Ini memang salah satu trik kencan mereka agar tidak tertangkap paparazi atau fans. Taeil dan Jungwoo akan pergi keluar bersama, lalu di café, mereka akan duduk terpisah dan berkencan dengan pasangan mereka. Sayang sekali Jungwoo belum memiliki pacar, sehingga hari ini ia memilih untuk membawa nunanya.
JungAh melirik Taeil dari kejauhan. Taeil begitu tanggap hingga ia kini sudah berpindah posisi menjadi berhadap-hadapan dengan pacar manisnya itu. Taeil terlihat berbicara sambil terus tersenyum seperti seorang remaja yang berkencan di hari pertama.
“O! Ini enak!” Puji Jungwoo membuyarkan pandangan JungAh pada Taeil. JungAh lalu memusatkan matanya pada dongsaeng di depannya yang tengah lahap memakan cake yang penuh dengan krim.
Tingkah Jungwoo masih imut seperti biasa, walau Jungwoo sudah 22 tahun, di mata JungAh, Jungwoo masih seorang anak kecil yang suka mengikuti JungAh kemanapun ia pergi. Sambil tersenyum tipis, JungAh menghela nafas pelan. Sebenarnya hari ini ia tidak ingin mengikuti Jungwoo dan Taeil untuk pergi ke café ini, namun ia tidak bisa mengungkapkan hal itu karena JungAh belum menemukan alasan yang tepat untuk menolak ajakan mereka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Nuna, coba yang ini,” Jungwoo memberikan garpu dengan kue diatasnya.
JungAh mencoba memakan kue itu. JungAh mengeryitkan sedikit dahinya. Kue itu terlalu manis untuknya. Tidak hanya kue saja, macaroon, roti caramel, dan semua hidangan yang dipesan Jungwoo sungguh bukan seleranya.
“Kau kenapa tiba-tiba jadi baik seperti ini?” Gumam JungAh heran melihat tingkah Jungwoo yang berbeda dari biasanya hari ini.
“Mwoya?” Jungwoo terdengar kesal. “apa maksud nuna?!” JungAh hanya tersenyum dan menggeleng seperti berkata ‘ania, lupakan saja ucapanku barusan’.
Jungwoo pun menyeka mulutnya dan meminum americano miliknya. “Makanan manis baik untuk meningkatkan mood kan, nuna?”
“Ne?”
“Hari ini semua sedang tidak bisa menemani Taeil hyung. Jadi aku menawarkan diri,”
JungAh memiringkan kepalanya mencoba menelaah maksud Jungwoo yang berbicara tanpa menatap matanya. Ia terus memainkan sedotan minuman miliknya.
“Jadi…” Jungwoo menggigit bibir bawahnya. “Mian,” ucapkan kali ini sangat pelan. “A..ani.. aku memesan semua kue ini untuk nuna!” serunya dengan nada marah. “aku membuat hari nuna menjadi buruk hari ini, mian,” ulangnya. “Makanlah cake ini, nuna! Agar mood mu kembali,”
“Hya?” JungAh tertawa kecil melihat Jungwoo yang kesulitan menjelaskan apa maunya. “Apa maksudmu, Jungwoo hya?”
“Hmm?” Jungwoo kini menatap nunanya dengan mata bulat dan sedikit memiringkan kepalannya bak anak anjing yang bingung. “Bukankah nuna menyukai Taeil hyung?”
JungAh membuka mulutnya tanda kaget. Ia pun tertawa, “hya! Apa yang kau pikirkan?!”
“Ania? Nuna tidak menyukai Taeil hyung?” Jungwoo terbelalak kaget. Ia berfikir bahwa tebakkannya salah. “aigoo… sukurlah..” ia menghela nafas panjang sambil menyenderkan punggungnya. “aku sudah merasa bersalah sekali, nuna,”
“Anirago..” JungAh memajukan duduknya agar dapat mengacak-acak rambut depan Jungwoo. “kau tidak pernah punya sahabat perempuan, ya?”
Jungwoo menggeleng mantab. “Yang akrab seperti nuna dan Taeil hyung? Tidak punya,” jawabnya. Jungwoo lalu duduk tegak lagi dan mendekatkan wajahnya kearah JungAh, “berarti benar, ya, nuna tidak menyukai Taeil hyung?”
JungAh tertawa sekali lagi melihat adiknya yang kebingungan dengan hubungan pertemanan sang kakak. JungAh pun menjawab dengan senyuman dan gelengan pelan.
------------------------------------------------- Malam itu usai JungAh menghabiskan waktu dengan adiknya di café, ia kembali ke rumahnya yang cukup jauh dari kantor SM. Rumah itu kosong seperti biasa. Ayah JungAh sudah kembali ke Daegu beberapa hari yang lalu untuk mengurus neneknya yang sakit.
Setelah membersihkan diri, JungAh menyalakan komputer di lantai dua. Suasana begitu hening hingga JungAh menyalakan musik kencang dari HP nya. Ia mengigit bibir bawahnya dan tersenyum sendiri seolah sedang menenangkan hatinya. JungAh membuka folder yang berisi kumpulan video hasil rekaman Young Jae. Ia tidak memutar video itu, ia hanya memandang deretan video itu sambil sesekali tersenyum pahit. JungAh pun mengutak atik HP nya. Ia kemudian memindahkan beberapa data dari HP ke folder baru yang ia buat di komputernya. Sekali lagi, ia terkekeh kecil sambil meneguk somaek dingin yang baru ia ambil dari dalam kulkas.