Setelah Emil masuk ke kamar untuk mengantar baju yang telah disetrika, ia terkejut melihat Baron, majikannya, sedang mabuk dengan botol Chivas di tangannya. Baron menyapanya dengan senyuman mabuk.
"Halo, Emil! Bagaimana kabarmu??"
Setelah menaruh baju di lemari, Emil bertanya dengan nada khawatir.
"Kenapa tuan mabuk?"
Baron, dengan senyum mabuk, bersikeras meracau.
"Hanya karena aku ingin bersenang-senang, Emil. Bosan dengan semua rutinitas itu!"
Emil, menatap Baron dengan prihatin, mencoba mengungkapkan kekhawatirannya.
"Tuan Baron, saya khawatir tentang kesehatan dan keselamatan Anda. Mabuk seperti ini tidaklah baik."
Namun, sebelum Emil bisa melanjutkan, Baron tiba-tiba memeluknya.
*GYUUTT*
"Ah, jangan khawatir, Emil! Aku baik-baik saja. Ayo, mari kita nikmati malam ini bersama-sama!"
Emil, meskipun agak tidak nyaman dengan pelukan tersebut, mencoba untuk tetap profesional dan menyampaikan perasaannya.
"Tapi, Tuan Baron, saya tetap harus memastikan bahwa Anda baik-baik saja. Saya tidak ingin terjadi hal yang buruk."
Baron, masih dalam keadaan mabuk dan tidak terlalu sadar akan situasinya, hanya tersenyum lebar.
"Kamu begitu peduli, Emil. Aku menghargainya. Sekarang, ayo kita rayakan!"
Percakapan mereka berlanjut dengan dinamika yang mencerminkan keprihatinan Emil dan ketidakpedulian Baron yang disebabkan oleh keadaan mabuknya.
Dalam situasi yang menegangkan, Baron menarik tangan Emil untuk duduk di atas pangkuannya, dan Emil merasa sangat gugup saat menurutinya. Meskipun aroma alkohol mencemari udara, Baron menggoda Emil dengan mencium tengkuknya, menyebabkan bulu kuduk Emil berdesir kegelian.
Kemudian, dalam keadaan yang mabuk, Baron meracau, "Aku senang sekali punya pelayan yang serba bisa sepertimu. Kau mau jadi istriku saja?"
Pertanyaan itu sulit dijawab bagi Emil, dan dia berkata dalam hatinya,
Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaan itu? Apakah ini hanya lelucon mabuk ataukah pak Baron benar-benar serius? Bagaimana aku bisa memutuskan sesuatu yang begitu besar dalam situasi ini?
Emil, dalam kebimbangan dan kegugupan, mungkin akan mencoba menemukan kata-kata yang sopan untuk merespons namun ia tidak kepikiran sama sekali karena Baron memeluknya.
Emil merasa mungkin Baron hanya mencoba mengungkapkan rasa terima kasih atas kepercayaan Baron padanya sebagai pelayan.
Emil pun berusaha berdiri, mencoba melepaskan diri dari pelukan Baron, namun Baron malah memeluknya semakin kuat, menahan Emil di dekatnya.
"Jangan pergi, Emil. Aku ingin kau berada di dekatku. Aku ini bosmu, ingat?"
Baron melanjutkan dengan rasa lucu karena efek alkohol.
"Heheh."
Emil, merasa terjebak dalam situasi yang semakin intim, mencoba menjaga sikap profesionalnya sambil tetap sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Majikan Eksklusif [SELESAI]
RomansaEmil (22) merasa terpesona dengan setiap lekukan tubuh Baron (32), tuannya yang tampan dan berwibawa. Setiap suara dan gerakan Baron mempesonakan Emil, membuatnya tak bisa berhenti memikirkannya. Meskipun awalnya hanya sebagai pelayan, perasaan Emil...