Thirty Three

26.5K 1.3K 61
                                    

halo! aduh maaf banget yaa semuanya. arkanika baru update lagi. kebetulan aku baru aja pulih. aku sempet drop sampe bener-bener ngga bisa ngapa-ngapain.  alhamdulillah, hari ini udah membaik tapi belum total. untuk kalian selalu jaga kesehatan ya?

oke deh, ramein part ini ya!! untuk next part seperti biasa 425 vote dan 200 komen next. oke? bisa kan? jangan jadi side readers ya!

YUK VIRALIN DAN REKOMENDASIKAN CERITA INI! BUAT VIDEO DITIKTOK KALIAN DAN CARI PART FAVORITE KALIAN YA!

oh ya, aku saranin untuk baca part ini kalian sambil dengerin lagu Angel Baby-Trove Sivan. Menurutku cocok banget lagu itu untuk part ini.

Happy Reading

🦋🦋🦋

Hari Minggu menjadi hari yang selalu dinanti-nantikan oleh semua kalangan. Khususnya bagi pasangan suami istri yang saat ini masih bergelung bersama di atas kasur. Arka merasa girang bukan main, kemarin mamahnya−Lina menjemput Alden untuk diajak kerumahnya dan menginap. Untungnya segala bujuk dan rayuan Alden mau. Meskipun, adanya penolakan dan Ranika melarang di awalnya.

Entah ide darimana hingga akhirnya rengekan Alden berubah menjadi ceria saat sang Nena dan Opanya menjanjikan untuk dibelikan mobil-mobilan yang bisa ditumpangi anak tersebut. Oh ya, tepat hari ini usia kandungan Ranika memasukin 7 bulan. Makin hari, beban perutnya terasa berat. Ditambah tendangan dari si kembar benar-benar kencang kada kala.

Posisi Arka yang memeluk Ranika dengan tangan berada di perut Ranika. Mengelus secara lembut hingga sang anak meresponnya dengan tendangan. Hal itu membuat Arka merasa bahagia.

"Mas, jangan dielusin terus. Perut aku ngilu! Anak kamu ini kalo ayahnya begini, gerakannya lincah banget." Tutur Ranika.

"Loh, bagus dong, Ran."

Ranika berdecak. "Iya, tapi ngilu akunya, mas."

"Yaudah, deh. Cium bundanya aja, ya?"

"Dih, mauan banget."

Arka tertawa mendengar jawaban Ranika yang terkesan tengil di telinga Arka. Tak urung, ia tetap mencium seluruh muka Ranika. Dimulai dari kening hingga kecupan singkat di bibir Ranika. Tak ada penolakan dari istrinya. Hanya saja, decakan dari sang istri tetap muncul.

Kini Arka beralih menatap lekat wajah istrinya yang sedang menatap atap kamarnya. Bibirnya melungkung bahagia. Betapa manis dan cantiknya seorang Ranika. Kulitnya putih, mukanya menggemaskan dan ya segala apapun bentuk pujian untuk Ranika takkan pernah habis.

"Mas?" Panggil Ranika sambil menerawang sesuatu.

"Kenapa? Mau ngomong sesuatu?"

Ranika hanya mengangguk. Langsung saja, Arka menyentuh perlahan pipi sang istri dan menggerakannya agar bisa menatap Arka. Tersadar dari tatapan Ranika, ada sesuatu yang menganggu pikirannya. Tangannya mengelus lembut pipi Ranika.

"Ngomong aja, Ran." Pinta Arka lembut.

Ranika menghela nafas. "Mas, salah ngga kalo aku selalu ngerasa ini semua hanya khayalan?"

"Ran, dengerin." Pinta Arka tegas. "Salah ngga salah. Tapi, faktanya ini nyata, Ran. Ngga ada sedikitpun semata-mata ini cuman khayalan. Mungkin, dulu khayalan kamu. Sekarang? Pernah ngga setelah kejadian beberapa bulan lalu, aku kasar ataupun jahat ke kamu?"

"Ngga, mas.."

"Nah, itu artinya ini nyata, Ran." Kini Arka menatap lekat wanita yang ada di depannya. "Berhenti ya selalu merasa ini khayalan atau mimpi. Sekarang yang kamu harus pikirin gimana caranya menjadi sosok orang tua yang baik untuk Alden dan si kembar. Ngga hanya kamu, aku juga belajar untuk menjadi ayah sekaligus suami yang baik untuk kalian semua."

ArkanikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang