55. Untuknya

172 49 31
                                    

Seminggu lebih kepergian Hariza, duka masih menyelimuti keluarga yang ditinggalkan. Thijs menuntut keadilan atas kematiannya. Keenam pelaku sudah kabur entah ke mana. Bukan hanya Thijs, kami semua tidak terima atas perlakuan keenam pengeroyok itu.

Keenam pelaku terkena pasal KUHP 354 tentang Penganiayaan Berat.

1. Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun.

Tentu saja, Thijs akan melakukan apa pun agar semua pelaku tertangkap. Aku post poster dalam salah satu sosial media yang dibagikan oleh ribuan netizen. Aku post keenam foto para pelaku dan berjanji akan memberikan imbalan 50 juta rupiah per pelaku, bagi siapa saja yang menangkap atau langsung menyerahkannya ke kantor polisi.

Keadilan memang harus ditegakkan. Karena kita hidup di negara hukum. Kita tidak boleh menghakimi orang secara asal-asalan, apalagi sampai dengan tindakan kejam seperti itu. Kita tidak tahu, siapa orang yang dihakimi.

Hariza merupakan seorang kakak, orang tua, sekaligus tulang punggung dari ketiga adiknya. Ketika melihat mayat kakak mereka yang terbujur kaku, betapa hancurnya mereka. Tangis histeris dan teriakan memanggil sang kakak yang telah pergi.

Aku tidak tega saat melihat adik terkecilnya, terus memanggil kakaknya. Anak yang tidak tahu apa-apa, ikut menjadi korban karena orang-orang yang main hakim sendiri. Freya bahkan sampai jatuh sakit beberapa hari.

Sebenarnya kasus pengeroyakan Hariza ini, bukan pertama kalinya yang kudengar. Ya, berbagai macam motif, bahkan ada yang karena hal sepele, seketika mengeroyok orang hingga babak belur, atau bahkan melayangkan nyawa. Sungguh sangat disayangkan.

Pernah kudengar, pengroyokan karena supporter sepak bola, perdebatan antar mulut, dan lain sebagainya. Sungguh, itu sangat menyayangkan nyawa orang. Nyawa itu sangat berharga, bahkan orang-orang mengeluarkan begitu banyak biaya untuk menyelamatkan sebuah nyawa, tetapi ada saja orang yang mempermainkan nyawa.

Stop pengroyokan, stop bullying, stop menghina dan mencaci. Selalu ingat bahwa apa yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan, baik itu secara fisik, atau kata-kata yang keluar dari mulut.

Kendalikan diri, di mana pun dan kapan pun, ingat bahwa kita punya keluarga yang menanti di rumah, pasti tidak mau jikalau keluarga akan mendengar kabar bahwa kita telah melakukan tindakan kejahatan dan dibawa ke kantor polisi. Begitu juga dengan korban, mereka juga punya rumah untuk pulang dan keluarga yang menanti. Kita tidak mau menghancurkan hati mereka yang sedang menunggu kepulangannya.


Aku dan Thijs kembali mengunjungi makam Hariza, di sana kami melihat bunga segar sudah berada di makamnya. Thijs tersenyum meski raut wajanya masih berduka—mengetahui bahwa masih ada orang yang peduli kepada Hariza. Thijs menaruh bunga di makamnya, aku berpikir bahwa sudah waktunya untuk memberikan surat kepada Thijs.

"Thijs, ini ada titipan dari Hariza, dia bilang, 'Jika aku tidak mendapatkan donor dan aku tidak terselamatkan, tolong kasihkan ini untuk Thijs'. Aku benar-benar berharap bahwa aku tidak akan pernah memberikan ini untuk Thijs, tapi aku sekarang harus memberikan ini karena ini amanah. Surat ini, Hari berikan kepadaku—dua hari sebelum kejadian itu. Hari bilang, ia menulis itu dalam dua hari."

Thijs tertegun, seperti mengingat sesuatu. Ia membuka surat itu dan membacanya. Matanya mulai berkaca-kaca, air mata berjatuhan tetes demi tetes. Hingga saat menutup surat itu, ia berusaha keras untuk tidak melepaskan suara tangisan. Aku merangkulnya dari samping.

Lelaki Bayaran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang