06. After

2.3K 331 38
                                    

DAN seperti inilah keadaan Haein sekarang, duduk di hadapan sang ibu dengan perasaan gundah dan takut. Bagaimana dia bisa lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunnya? Bagaimana pula Ia bisa lupa jika setiap hari kelahirannya tiba sang ibu akan datang tengah malam hanya untuk tiup lilin? Dan yang paling Haein pertanyaan saat ini adalah, bagaimana bisa Ia berciuman dengan bocah ingusan seperti Jisoo?

Berbicara tentang Jisoo, gadis itu sudah tepar di atas sofa dengan wajah yang tampak sangat tenang dan lelap.

Bagaimana bisa Jisoo tampak setenang itu, sedangkan dirinya sangat cemas sekarang?

Sialan!

Haein mengeram dalam hati, semua kekacauan ini terjadi karena Jisoo.

"Mama kecewa sama kamu."

Kepala Haein yang tadinya tertunduk lantas mendongak ketika mendengar penuturan kecewa dari sang ibu. Menatap ibunya dengan rasa penuh bersalah, Haein menjawab. "Maaf, she's drunk dan tiba-tiba cium aku. Ini gak seperti yang mama kira, tadi Jisoo cuma gak senga—" Ucapan Haein terputus ketika sang ibu lebih dahulu menyela.

"Dia mabuk? Kamu bikin salah sama dia sampai dia mabuk? Haein Jisoo masih terbilang remaja yang menuju fase dewasa, pasti dia mabuk karena suatu masalah. Kamu ngapain dia? Kamu marah-marah ke dia?"

Omelan sang ibu mengalun seperti suara musik yang rusak di telinga Haein. Pria itu tidak bisa menjawab sekarang, karena meskipun terus membela diri, ibunya itu tidak akan mau mengalah dan akan selalu menang.

"Haein jawab! Mama gak pernah ngajarin kamu jadi anak yang gak baik kayak begini! Kamu apain calon mantu mama sampai mab—"

"Ma, udah aku bilang aku gak apa-apain dia. Sebenarnya yang anak mama itu siapa sih? Aku atau dia?"

Ibu Haein hanya bisa tertawa setelah mendengar ucapan kesal dari sang anak. Wanita itu mulai menepuk bahu tegap Haein lalu berkata. "It's not about who's my child. Ini tentang kesalahan yang kamu buat Haein." Wanita itu kembali menatap gadis mungil yang tertidur di sofa sampingnya dengan tatapan lembut.

"Lihat, Jisoo itu kayak bayi Haein. Hatinya pasti sensitif hanget, apalagi umurnya masih sangat muda. Pasti pacaran sama orang keras kepala kayak kamu juga bikin dia stres. Mungkin kamu gak ngerasa bikin kesalahan ke dia, tapi dia yang ngerasain. Mungkin kamu gak sadar kalau kamu sempat bikin dia sedih sama kelakuan kamu."

Haein meringgis kesal ketika mendengar penuturan dari sang ibu, jika saja wanita itu tahu jika hubungannya dan Jisoo hanya sebatas kertas, pasti saat ini Ia sudah tewas karena pukulan mendapat pukulan bertubi dari tas bermerek dari sang ibu. Memilih untuk menghindari masalah baru, Haein memutuskan untuk mengalah dan mengiyakan perkataan sang ibu.

"Oke. Aku ngaku aku salah, aku emang sering ngomel ke dia. Yaudah sekarang mendingan mama pulang, Haein bisa handle semua ini sen—"

"Gak! Mama gak mau. Mama mau nginep disini biar besok bisa ngobrol sama Jisoo. Pokoknya mama gak mau titik."

Haein kembali menghela napas lelah, yang ada di otaknya saat ini hanyalah kasur dan tidur. Tidak ingin berdebat lagi, Haein memilih untuk langsung mengiyakan permintaan wanita itu.

"Terserah mama. Lagian mama mau tidur dimana? Gak mungkin kan mama tidur sama Haein?"

Perkataan dari sang putra membuat wanita itu mengerutkan dahinya dalam.

"Memangnya kenapa? Mama bisa kok puk puk in punggung kamu biar gampang tidur sama kayak waktu kamu masih kec—"

"Mom. Please stop joking."

MR. ANNOYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang