08. Cross The Line

1.7K 250 46
                                    

SUDAH satu bulan lamanya bagi Haein, dan Jisoo menjalani hubungan pura-pura mereka ini. Semua berjalan dengan lancar, bisa dibilang begitu karena rahasia ini masih belum tercium oleh siapapun hingga saat ini.

Selama satu bulan ini, Jisoo jadi sering diajak pergi keluar oleh keluarga Haein. Mereka jadi sangat dekat, bahkan Jisoo bisa merasakan kasih sayang penuh dari keluarga bosnya itu pada dirinya. Hal-hal tersebut menyebabkan rasa tidak enak mulai timbul di benak Jisoo, gadis itu merasa sangat berdosa karena telah menipu orang-orang baik seperti mereka. Namun kembali pada kenyataan, Jisoo tidak bisa berbuat apa-apa perihal ini.

Lagipula mana mungkin Haein mau mengubah status mereka menjadi kenyataan? Itu sangatlah tidak mungkin. Haein memiliki standar yang tinggi, dan Jisoo sadar mengenai hal itu.

Dan tentang hubungan Jisoo bersama Haein, mereka menjadi cukup dekat sekarang. Selama satu bulan ini mereka berperilaku layaknya seorang pasangan. Bahkan meskipun hanya ada mereka berdua di dalam suatu ruangan kesan untuk tetap berperilaku seperti pasangan terus mereka jalankan. Hal ini mereka lakukan supaya nanti ketika tiba-tiba keluarga maupun kerabat Haein datang kerumah kesan pertama yang akan mereka tunjukkan ialah, tidak ada kecanggungan antara satu sama lain.

Mungkin jika mereka masih canggung, semua akan kacau.

Prang!

Suara pecahan menggema keras di seluruh penjuru ruang kerja Haein. Jisoo selaku pelaku dari keributan itu pun segera berjongkok, dan langsung membersihkan pecahan cangkir berisi kopi milik Haein yang kini tercecer di lantai ruang kerja pria itu.

Haein memang juga berada di ruang kerja saat ini, namun pria itu tampak acuh karena sedang sibuk membahas proyek baru bersama perusahaan lain melalui panggilan gmeet. Jisoo yang tidak ingin menganggu pun memilih untuk segera membereskan kecerobohannya ini.

Namun rupanya perkiraan mengenai Haein acuh itu salah. Nyatanya setelag mendengar suara pecahan pria itu langsung mengalihkan atensinya kepada Jisoo. Haein tidak berhenti melayangkan tatapan tajamnya ke arah Jisoo, yang kini tengah sibuk membersihkan pecahan cangkir di lantai.

Diam-diam Haein mengumpat dalam hati, sebenarnya apa yang ada di otak asistennya itu? Apa gadis itu akan membersihkan pecahan cangkir dengan tangan kosong? Bukankah lebih baik Ia mengambil sapu atau sarung tangan terlebih dulu? Bagaimana jika dia terluka? Itu pasti akan membuat Haein susah bukan?

"Jadi kita sepakat untuk kerjasama ini?"

Karena terlalu fokus memperhatikan Jisoo, Haein bahkan sampai tidak menggubris pertanyaan dari calon rekan bisnisnya.

Sementara itu, Jisoo yang masih terduduk sambil menunduk untuk membersihkan lantai pun mulai mengerutkan dahinya bingung, mengapa Haein tak kunjung merespon pertanyaan dari calon rekan bisnisnya itu? Apa pria itu akan memarahinya karena memecahkan cangkir ini? Lalu setelah itu Ia akan dipecat karena membuat meeting pria itu gagal?

Astaga! Pikiran negatif mulai berkecamuk di otak Jisoo.

"Mr. Jung?"

Jisoo kira setelah ini Haein akan langsung merespon panggilan dari calon rekan bisnisnya, namun lagi-lagi perkiraannya salah karenapria itu justru tidak mengeluarkan suaranya sama sekali.

Ada apa dengan bosnya? Apa pria itu tidak menyetujui kerjasama mereka? Tapi hal itu sangatlah tidak mungkin terjadi, karena hampir satu minggu lamanya Haein sibuk dengan rencana kerjasama ini. Jisoo tahu semua tentang rutinitas Haein, untuk diingatkan lagi mereka tinggal di atap yang sama.

Lantas mengapa Haein justru mengabaikan kesepakatan penting ini? Apa pria itu tidak waras? Bukankah kerjasama ini telah dia nantikan sejak lama? Atau jangan-jangan sekarang...

MR. ANNOYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang