16 - Sakit

14 3 0
                                    

Hy readers 👋

Bantu mampir ke ig @fyanxaa_
Ya, makasih banyak

------------------------------

Samudra sampai dirumah pada pukul satu malam. Tanpa membuka sepatu cowok itu langsung melompat ke atas kasurnya dan tertidur lelap.

Baru jam 5 pagi, Samudra sudah kembali dibangunkan oleh ibunya. "Hari ini libur buk, kenapa dibangunin?" Sebalnya seraya mengubah posisi tidur.

"Bantu angkatin barang-barang ke warung" ibunya memukul pelan Samudra agar bangun.

Seketika dia berdiri mengingat kewajibannya itu. Dengan langkah lunglai Sam mengambil handuk dan berjalan memasuki kamar mandi.



Ponsel Sam berdering saat sibuk mengelap meja di warung ibunya. Itu telepon dari Rey temannya.

"Udah bangun belum?"

"Dari tadi, ada apaan?"

"Arlan katanya mau makan nasi uduk. Kita kesana ya"

"Oke"

Sam kembali duduk memainkan ponselnya. Sementara ibunya sibuk melayani pembeli.

"Woii" panggilan itu mengalihkan perhatian sam dari ponselnya. Rey dan Arlan baru saja datang menyapanya.

Keduanya berjalan menuju Samudra. Arlan terlihat sibuk melihat keseluruhan warung kecil itu. "Aku pikir bakal kaya restoran gitu" gumamnya berpendapat.

"Yaudah aku mau makan, udah laper nih" sambungnya mengalihkan topik.

"Ngomong-ngomong, kalian udah donorin darah juga kemarin?" Tanya Arlan membingungkan Rey dan Sam.
"Donor darah? Gak ada tuh" jawab Rey mengerutkan keningnya.

"Kemarin ada dokter yang datang ke sekolah. Dia minta donor darah katanya buat pasien kanker" jelas Arlan.

"Dia bilang bakal datang ke semua sekolah. Hati-hati loh Rey, pake suntik ambil darahnya" Rey terlihat cemas karena tuturan itu.

"Siapa takut?" Lagaknya menaikkan dagunya tinggi. Arlan dan Samudra tertawa sangat keras. "Kemungkinan Rey bakal kabur di gudang kayak waktu itu" sambung Samudra dengan tawa semakin keras.

Setelah suasana hening dan semuanya menyantap makanan. Rey kembali memulai obrolan dan bertanya. "Kemarin kemana? Seharian gak keliatan"

Samudra langsung menaikkan pandangannya dengan mata berkeliling.

"Pergi" jawabnya singkat.
Rey menyipitkan matanya dengan senyum lebar kearah Sam.

"H-hah? A-apaan?" Samudra terlihat sangat gugup.

"Awalnya kamu bilang dia aneh. lalu kamu larang aku buat deket-deket sama dia. Dan kemarin, kamu jalan sama dia sampai malam!" Tutur Rey menyudutkan Samudra.

"Gakk, ini salah paham!!" Timpal Samudra sembari menggeleng cepat.

"Sam!! Gak papa santai aja. Aku tau kalo aku ganteng, tapi gak bakal milik kamu juga aku rebut. Jadi santai ya" potong Rey mengelus pundak sam pelan.

"Gakk, bukan itu!!"

"Sam, kita gak marah kok kalo kamu pergi kencan dan ninggalin kita kaya kemaren. Yang penting itu, kamu bahagia. Udah itu aja" jelas Arlan mensuport temannya itu.

Samudra menghela nafas panjang.
"Aku gak punya pacar!! Kalian salah paham" sentak nya sedikit keras. dibelakangnya, ibunya sudah melihat kearah meja mereka. Juga pelanggan lain.

Menyadarinya, Samudra meminta maaf sembari menundukkan kepalanya karna merasa mereka mengganggu para pelanggan. "Maaf"

"Aku gak punya pacar!" Bisik nya lagi dengan pukulan keras di lengan Rey.
"Emang kenapa sih? Ibumu gak bolehin pacaran apa gimana? Sampe merah gitu mukanya" seru Arlan kala menyuap makanannya.

"Gimana ya cara jelasinnya" batin Samudra dengan tatapan tertekan menghadap dua temannya itu.

Diam Samudra dianggap sebagai jawaban "iya" oleh Rey. Cowok itu memakluminya dengan sedikit tawa.
"Dia diam tuh berarti beneran gak boleh" bisik Rey pada Arlan lalu keduanya tertawa kecil mencemooh Sam.



"Udah di bilangin malah ngeyel. Demam kan! Lagian siapa suruh juga pulang malem-malem" cerewet Ransa kala mengompres kening Elin dengan kain basah.

"Kamu mau ngobatin atau mau marah-marah doang?!" Sebal Elin. Tatapan tajam itu sama sekali tak membuat Ransa takut.

"Ini juga lagi di obatin" Ransa langsung beranjak dari kasur gadis itu dan memakaikannya selimut. "Hari panas malah dikasih selimut!!" Tolak Elin menendang selimut itu dari tubuhnya.

Ransa menghela nafas berat.
"Yaudah iya, terserah" cowok itu berjalan keluar dari kamar Elin dengan sedikit emosi menghadapi perilaku gadis itu.

Sebelum pintu itu benar-benar tertutup rapat. "Ransa" panggilan itu menghentikan gerak Ransa lalu berbalik.

"Lapar" gumamnya terlihat malu dengan kepala tertunduk kebawah.
Ransa terkekeh pelan seraya berjalan menuju dapur.

Saat sibuk memotong sayur, apartemennya diketok oleh seseorang cukup keras. Baru saja membuka pintu, dirinya sudah disemprot Ghian dengan amarah.

"Mana tu cewek!!?" Makinya dengan kondisi wajah penuh perban. "Siapa?" Balas Ransa santai.

"Cewek yang bikin aku kaya gini!!" Hentak ghian menunjuk wajahnya yang sudah bonyok.

"Lagi tidur, jangan berisik" ucap Ransa lalu kembali menutup pintu apartemennya.

"Woi Ransa!! Buka!" Teriak Ghian seraya terus mengetuk pintu apartemen Ransa. Ransa mengabaikannya hingga cowok itu lelah kemudian pergi.

*Tok tok
"Makanannya udah jadi tuh, buruan makan. Nanti keburu dingin" seru Ransa dari balik pintu kamar Elin. Gadis itu langsung keluar dengan langkah lunglai dan tubuh yang lemas.

"Haus" minta gadis itu lagi. Ransa menyodorkan segelas air putih padanya namun. "Bukan haus yang ini" timpalnya memonyongkan bibirnya.

Cowok itu sejenak berpikir maksud dari tuturan Elin. "Ooh, haus yang itu" ujarnya setelah mengerti. "Ini" cowok itu menunjukkan lehernya kearah Elin dengan senyum lebar.

"Serius? Udah siap mati berarti?" Balas Elin langsung berdiri dari kursinya. "Enggak! Becanda" timpal Ransa sedikit tertawa kala berdiri lalu berjalan pelan menuju kamarnya.

Tak lama cowok itu kembali keluar dengan segelas darah. "Aku jadi penasaran. Kamu ngambilnya dari bagian mana?" Tanya Elin seraya menatap Ransa.

"Disini" jawabnya sedikit melipat lengan bajunya. Bagian nadi cowok itu ditutupi perban kecil. "Karna itu kamu selalu pakai baju panjang?" Tanya gadis itu lagi.

"Nggak juga sih, nyaman pake baju panjang aja" dengan wajah gugup Ransa menjawab.

"Siang hari gini juga? Perasaan aku gak pernah deh liat kamu pake baju pendek"

Ransa mendiaminya dengan wajah datar menatap piring didepannya.

------------------------------

To be continued...

She AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang