24 - Kemalangan

9 2 0
                                    

~~~Bantu vote jangan lupa~~~

------------------------------

*Brakk!!
"SAMUDRA!!" Teriak davian setelah anak buahnya mendobrak pintu rumah Samudra. Wajahnya dipenuhi amarah yang besar menyorot seisi rumah itu mencari Samudra yang sudah membuatnya lumpuh.

Mendengar suara gaduh didepan. Ibunya Samudra bergegas keluar dari dapur untuk memeriksa. Davian dengan kejam mencekiknya lalu mengarahkan tangannya keatas, hingga kaki ibu itu tak lagi menginjak lantai.

"MANA SAMUDRA??!!!!" Bentaknya meneriaki wanita tua itu tanpa ampun. Perlahan ibu itu menggelengkan kepalanya tanpa berkata apa-apa.

"SIALAN!!" Umpatnya menurunkan wanita itu dan langsung menusuknya dengan pisau di bagian perut. Davian membiarkannya tergeletak dilantai dan langsung masuk menggeledah seluruh ruangan.

Langkahnya sedikit lambat dari biasanya karna harus menggunakan bantuan satu tongkat di bagian kiri.

"Gak ada siapa-siapa bos" lapor sang anak buah membuatnya semakin kesal lagi. Davian dan anak buahnya berjalan tanpa bersalah dan melangkahi mayat wanita tua yang baru saja ia bunuh.

Didalam mobil menuju markas, Davian masih saja memasang wajah kesal. Pria itu mengacak-acak dasinya dengan tangan lalu memukul-mukul kursi mobil meluapkan emosinya.

"Lacak nomornya" perintahnya dengan nada bicara yang sudah menurun. Tak selang beberapa menit anak buahnya menjawab.

"Gak bisa bos, ponselnya mati" jawabnya terus fokus pada laptop untuk menemukan cara lain mencari siswa bernama Samudra itu.

Davian berdesis kesal. "Tapi bos, yang kita bunuh tadi itu ibunya" sambung anak buahnya langsung menatap Davian untuk melihat reaksi bosnya itu.

Dokter itu langsung menyeringai menatap jalan. "Pastikan kasih tanda kalau yang bunuh itu saya" dokter itu bereaksi puas dan merasa berhasil membalaskan dendam pada Samudra.



"Udah malam nih, pulang duluan ya" pamit Samudra langsung berdiri dari sofa. Rey yang masih setengah sadar dari bius mengiyakannya dengan mata berat.

"Bareng yuk, nenek aku juga udah nyuruh pulang" seru Arlan ikut berdiri langsung merangkul pundak Sam. "Nenekmu nyuruh pake apa? Dia bisa pakai ponsel?" Tanya Sam heran.

"Enggak... Perasaan ku aja dia suruh pulang" jawab Arlan lalu tersenyum mengedipkan matanya. "Wahh hebat ya. Satu hati satu pikiran sama neneknya" ledek Samudra bernuansa pujian.

"Kata nenek kalau habis darah itu karna vampire. Kasian gak sih? Rey nya digigit vampire" bincang Arlan di atas bis.

Samudra menoleh padanya lalu menjawab. "Kalau digigit pasti Rey udah meninggal. Artinya vampire nya ambil darahnya pakai suntik" Sam menyentuh bahu Arlan dengan jadi telunjuknya.

"Iiiihhh, seram ya" ujar Arlan sembari mengangguk dengan bibir monyongnya.



Saat sampai di rumah, pintu yang terbuka lebar sedikit membingungkan. Cowok itu masih tak berpikir negatif tentang sesuatu yang terjadi. Namun saat melihat jejak kaki dengan darah menuju luar rumah, Samudra langsung berjalan cepat untuk masuk.

She AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang