04 - Mall

28 10 0
                                    

Pencet ⭐ dulu!!

Spam komen buruan!!

Menurut kalian, visualnya siapa nih?

------------------------------

"Jangan lepasin tangan aku, oke?" Ucap Ransa menggenggam erat tangan elin. Gadis itu hanya memakai baju tidur memasuki mall.

"Pilih yang kamu mau, aku tunggu disana" Ransa berjalan pergi dari rak pakaian dalam wanita di mall itu. Dan membiarkan elin berkeliaran sendiri mencari yang dia mau.

Saat kembali, gadis itu membawa keranjang besar penuh pakaian. "Aku pilihin buat kamu juga" ucap gadis itu pada Ransa.

Ransa terdiam.
"Y-yaudah, sini aku bayar dulu" cowok itu memegang kembali tangan Elin dan menarik keranjang belanja cewek itu menuju kasir.

Genggaman kuat itu membuat Elin tak berhenti memperhatikan tangan mereka. Sembari menunggu antrian, elin bertanya pada Ransa.
"Kita pulang pake taksi lagi? Beli mobil aja yuk"

Ransa langsung melihat kebelakang pada gadis itu. "Yang bener aja" gumamnya pelan. Bahkan penjaga kasir pun ikut melihat pada mereka berdua.

"Bantu angkatin tuh" perintah Ransa yang keberatan mengangkat kantong besar belanjaan mereka. Cowok itu sama sekali tak melepas tangan Elin darinya.

Satu tangannya hanya bisa mengangkat satu kantong belanjaan, satunya lagi dibawa oleh elin.



"Gini kan nyaman" ujar Elin. Ransa hanya diam dengan wajah sedikit tertekan sedang menyetir mobil. Ya, mereka membeli sebuah mobil

"Elin, kamu terlalu foya-foya" Peringatan Ransa tampak serius.

"Semua ini cuma dengan 4 koin aja kan? Ada lebih dari seribu koin di kastil. Tinggal ambil" jawabnya enteng.

"Trus kamu bakal kesana? Cari mati kamu" timpal Ransa mengerutkan keningnya. Ekspresinya berubah drastis hanya karna sebuah kalimat. Cowok itu mendadak aneh dan khawatir.

"Kamu masih gak percaya sama kemampuan aku? Perlu aku buktiin?" Elak elin yang langsung menatap Ransa.

"Enggak enggak!! Bukan gitu!"

"Yaudah! Aku ngantuk" elin memonyongkan bibirnya kesal. Namun itu terlihat berbeda dimata Ransa, gadis itu imut saat cemberut.

"Bentar lagi nyampe, sabar"
Pertikaian itu akhirnya reda saat mereka sudah sampai di basemen apartemen dan Elin malah tertidur.

"Habisin uang sebanyak ini dalam semalam, luar biasa.." gumam Ransa sembari berjalan menaiki apartemen dengan barang-barang belanjaan mereka.

Cowok itu percaya bahwa elin bisa menjaga dirinya sebentar hingga dirinya kembali, Ransa terlalu iba untuk membangunkan gadis itu.

"Sialan, berat banget!" Titahnya sesaat menggendong Elin menuju kamar apartemen mereka. Saat berdiri didalam lift, pandangannya tak teralihkan dari wajah elin yang tertidur.

"Pasti letih duduk bertahun-tahun di kastil itu. sekarang kamu udah bebas, elin..." Gumamnya sangat pelan menebar senyum simpul pada gadis yang digendongnya itu.

*Ting

Pintu lift itu terbuka dan seorang cowok berdiri disana. "Ransa?" Sapa cowok itu. "Ghian?" Timpal balik Ransa yang juga bingung.

"Kamu tinggal disini? Itu siapa?" Tanya cowok bernama Ghian itu penuh penasaran.

"Bicara lagi nanti ya, berat nih" Ransa buru-buru melewati cowok itu dan berjalan cepat menuju kamarnya. Rasanya lengannya benar-benar akan patah.

"Selamat malam" gumam Ransa dengan senyum kecil lalu keluar dari kamar Elin setelah mematikan lampunya.



"Jadi ibunya jualan nasi uduk, kamu udah coba nasi uduknya?" Tanya Arlan.

"Udah lah, sering malah"

"Besok besok bawain buat aku dong, pengen coba juga" Arlan tersenyum manis pada Reyhan.

"Hm.." gumam Rey pelan.

"Samudra itu.... Bodoh main petak umpet, kamu juga" oceh Arlan sibuk memandangi langit. Lututnya ditekuk duduk ditembok pembatas antara rumah mereka berdua.

"Sam emang bodoh main petak umpet, kalau aku mah tadi kebetulan kalah doang" timpal Rey membela diri. Tangannya yang sibuk memetik gitar membuatnya tak teralih dari gitar itu.

"Tadi kamu bilang bangunan tua itu udah ribuan tahun? Tahu dari mana?" Tanya Reyhan penasaran.

"Kan tadi udah aku bilang. KATA NENEK, denger gak sih?" jawab Arlan lalu beranjak dari duduknya.

"Dah" titahnya lalu berjalan kerumahnya yang ada di sebelah.

Satu petikan gitar di tangannya, cowok itu tiba-tiba teringat sesuatu.
"Tugas fisika!!" Teriaknya lalu segera berlari memasuki rumah.

-------------------------------

-------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be continued...

She AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang