IG _fyanxaa.wp
Kalo mau baca, vote dulu ya!!-------------------------------
Seorang gadis kecil yang tengah mengenakan gaun putih sedang berusaha memanjat jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Gadis itu telah mempersiapkan tali menuju kebawah yang dibuat dengan sambungan- sambungan kain yang ada di kamarnya
"Evelyn!!" Teriak sang ibunda Alenda yang melihat anak nya tengah memanjat turun dari jendela. Dengan mudah Alenda menarik kain itu keatas dan langsung menampar putrinya.
Dibelakang Alenda juga ada seorang anak kecil yang mengintip kejadian itu. Itu Trivia adiknya yang pasti dia yang mengadukan semuanya pada bunda mereka.
"Sakit bunda..." Rengek gadis kecil itu mengelus pipinya yang merah. "Lancang kamu ya!!" Hentak Alenda menarik kasar tangan Evelyn.
Wanita itu mengikatkan benang merah kecil dijari kelingking Elin. Lalu melemparkan sisanya kebawah memalui jendela. Gadis 7 tahun yang terduduk dilantai jendelanya itu ikut melihat kebawah, benang itu terlihat seperti besi tajam yang menancap pada tanah.
Berkali-kali dia mencoba melepaskannya, namun benar-benar sekeras besi. Dan itu..... Adalah sebuah kutukan
Tidak seorangpun yang mau menolongnya atas perintah ibundanya. "Tolong lepasin ini!!" Kalimat yang selalu ia ucapkan disetiap pelayan yang mengantarkan segelas darah kekamarnya itu.
Sebenarnya mereka para vampire bisa memakan dan meminum makanan manusia, hanya saja darah sebagai pembangkit energi bagi mereka.
Bahkan beberapa vampire yang sudah hidup lama bersama manusia bisa hidup tanpa meminum darah, yang pasti energinya bukan apa-apa dibanding vampire lainnya yang selalu meminum darah.
•
•
•"Ini minuman anda nyonya" seruan itu memecah lamunan seorang gadis remaja yang sibuk memandang jendela.
"Rambut bibi udah mulai putih" timpalnya pada pembantu di kastil itu. Bibi yang selalu mengantarkan segelas darah padanya sepanjang kurang lebih 300 Tahun.
Bibi itu tersenyum kecil pada Evelyn.
"Bibi masih gak mau bantu aku lepasin ini? Bunda udah gak ada loh bi" ujar gadis itu membuat sang pembantu berhenti melangkah.Matanya menatap kasihan pada gadis itu, lalu menggeleng kecil sembari memejamkan matanya.
Elin menghela nafas berat.
Wajah sedihnya tak karuan, dia tak berhenti memandangi gelas didepan matanya itu. Saat mendengar decit pintu, sontak gadis itu menaikkan pandangannya.Terlihat seorang remaja lelaki sedang berjalan masuk lalu duduk di kasur milik gadis itu. "Bosan kan?" Katanya menghadap elin. Dia adalah Ransa, manusia pertama yang telah menemukan kastil itu.
Cowok itu dibayar dengan uang oleh Alenda. Dia sendiri yang bersedia untuk darahnya. Alenda memberinya imbalan uang setiap kali cowok itu datang untuk memberikan darahnya.
Selama delapan tahun Ransa menghibur Evelyn setiap harinya, supaya gadis itu tidak bosan dan tidak kesepian. Menceritakan semua tentang dunia luar, menceritakan tentang manusia, dan banyak lagi.
"Bunda udah mati, kamu masih gak mau lepasin ikatan aku?, Gak ada yang bakal bunuh kamu kalo kamu bantuin aku" bujuk rayu Elin dengan sorot mata penuh harapan.
"Ada...." Ucap Ransa kecil, dirinya mulai beranjak dari kasur itu lalu berjalan kearah jendela menuju Elin.
"Dia...." Sambungnya melihat kearah Trivia yang tengah menyiram bunga di halaman kastil. "Kamu takut sama dia? Kalo kamu bebasin aku, mungkin dia duluan yang aku bunuh sebelum dia nyentuh kamu" titah Elin meluapkan sedikit emosinya.
Ransa menggeleng kecil.
"Malam ini ada pesta, semua bakal kumpul di ruangan aula bagian belakang kastil"
Ungkap cowok itu lalu berjalan pergi meninggalkan elin."Huff" hembusan nafas berat gadis itu yang kembali memandang kearah luar jendela, dengan tatapan penuh kebencian kepada adiknya.
Hingga malam tiba....
•
•
•"Hati-hati woi, jangan berisik!" Titah seorang cowok yang sedang berjalan mengendap-endap melewati semak yang tinggi.
"Rey, itu apa?" Tanya temannya bernama Samudra yang tiba-tiba berhenti berjalan. Langkah dua orang itu terhenti karna rasa penasaran terhadap bangunan besar didepan mereka.
"Gak tau, gak pernah liat" jawab Reyhan temannya. "Sembunyi disana aja ayoo!" Sambungnya bersemangat sembari menarik tangan Samudra lalu berlari kecil kedalam bangunan tua itu.
Keduanya nekat memanjat pagar besi tinggi disana yang sudah dililit dedaunan hanya untuk bersembunyi di dalamnya.
"Wuaa" sentak Rey terkagum melihat isi dalam bangunan itu yang sangat bersih dan tertata rapi. Samudra ikut ternganga melihat pemandangan itu.
"Yang dapet duluan, jadi penjaga!!" Teriak itu terdengar hingga kedalam bangunan, teman mereka yang menjadi penjaga dalam permainan petak umpet yang sedang mereka mainkan sekarang.
"Disini aja, aku misah. Biar gak ketangkep" instruksi Samudra kala berlari keluar dari bangunan itu setelah menepuk pundak Rey. Rey masih diam disana bersembunyi dibawah meja makan.
Sementara Samudra bersembunyi tepat dibawah jendela kamar Evelyn. Saat itu juga gadis itu menyadari bahwa ada manusia lain selain Ransa dirumahnya. Dia bisa mengetahui aromanya.
Saat Evelyn menoleh kebawah, dia melihat seorang cowok yang masih mengenakan seragam sekolah tengah jongkok dibawah jendela kamarnya itu.
Arlan meloncat memunculkan sedikit bagian kepalanya dari balik pagar bata bangunan tua itu. "Samudra, ketemu!!" Teriaknya yang menjadi penjaga dalam permainan mereka itu. "Aghh!" Titah Samudra tak terima atas kekalahannya dalam permainan.
Samudra langsung melangkah hendak keluar dari persembunyiannya, akan tetapi Kakinya terhalang oleh benang merah yang tersambung pada tangan Evelyn. Membuat cowok itu terjatuh, namun tanpa sadar dia memutus benang itu. Gelap malam membuatnya tak menyadari apa yang menghalang kakinya barusan, Samudra juga tak menganggapnya penting dan lanjut berlari kecil menyusul Arlan dibalik pagar.
------------------------------
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
She Again
VampirKetika rumah kelahirannya menjadi penjara terkejam pula bagi seorang gadis sulung setelah mendapatkan sebuah kutukan akibat sikap buruknya. Kutukan yang membawanya pada seorang lelaki yang akan membuat dunianya seindah surga. Dan akan ada yang ingin...