11 - Tengah malam

15 4 0
                                    

Follow biar gak ketinggalan info👍

------------------------------

"Males banget sama Ransa, males ketemu dia. Males pulang" gumam Elin berjalan seorang diri ditepi jalan. Tanpa sadar dia kembali berada di halte bis pertemuannya dengan Samudra.

Dan lagi dia melihat Samudra duduk disana sendirian menanti bis untuk pulang. "Samudra?" Serunya membuat cowok itu menoleh.

"Hah? Kamu ngikutin aku ya?!" Hentak nya berdiri cepat dari bangku halte.

"Dihh, aku cuma jalan-jalan malam trus sampe disini" timpal Elin mengerutkan hidungnya.

"Gak ada bis ya? Kasian. Tapi bukan karna aku loh ya" ujarnya berjalan pelan dan ikut duduk di samping Samudra. Rasa takut Samudra pada Elin sudah mulai reda melihat gadis itu seperti gadis pada umumnya.

"Ngapain disini?" Tanya Samudra.

"Hm... Jajan yuk, gak bakal ada bis deh kayaknya" ajak Elin tak menjawab pertanyaan dari Samudra.

"Sambil jalan-jalan malam, liat bintang sama bulan. Kamu jadi gak perlu bayar ongkos buat pulang" sambungnya tersenyum lebar menatap langit.

Elin berdiri lagi dan berjalan kearah jalan rumah Samudra. Cowok itu yakin dengan tuturan Elin lalu memutuskan ikut berjalan dengan gadis itu.

"Deket sini toko makanan dimana?" Tanya gadis itu tanpa menoleh kebelakang.

"Didepan trus belok kiri. Gak terlalu jauh" jawab Samudra santai.

*******

"Cuma warung makan kecil, kalau restoran aku gak tau dimana" pinta Samudra sedikit merendah pada gadis disampingnya yang dianggap kaya.

"Aku pesannya yang ini aja" ujarnya mengabaikan ucapan Sam dan memesan makanan. Gadis itu sama sekali tak keberatan.

"Katanya vampir, kok dimakan" ledek Samudra memperhatikan Elin yang melahap makanannya.

"Makanan kita sama, minum kita yang beda" jawabnya sedikit tersenyum memain-mainkan sendok ditangannya. Perlahan kepalanya mendongak menghadap Samudra.

Jari telunjuknya mengarah pada samudra lalu beralih pada lehernya, dengan senyum miringnya. Cowok penakut itu langsung memegang lehernya dengan jantung yang sudah menggebu-gebu.

"Dimakan makanannya, keburu dingin" sambung Elin kembali menyuap makanan, pandangannya melihat pada pemandangan diluar jendela. Suasana malam yang sangat sepi dan hanya ada mereka berdua.

"Cuma kita berdua ya? Ulah kamu lagi?" Curiga Sam pada Elin. Gadis itu menggeleng cepat mengerutkan keningnya.



"Tu cewek dimana sih?!" Pinta Ransa panik berkeliaran sendiri mencari Elin yang tak pulang-pulang. Ransa berpikir bahwa gadis itu berhasil ditangkap oleh Trivia.

Tangannya yang gemetar tak berhenti memainkan ponselnya seraya berjalan cepat tak tau arah. "Lah, dia kan gak punya ponsel. Ngapain aku nyari-nyari nomornya disini, aghh!!" Gumamnya mengacak-acak rambutnya.

"Pliss Ransa!! Mikir!" Pintanya terus berjalan melihat sekeliling dengan hanya mengenakan sebuah hoodie panjang berwarna hitam.

"Apa dia beneran ke kastil buat ambil koin itu?" Batinnya yang membuatnya linglung.

"Enggak, dia gak sebodoh itu"

"Dia kuat, gak bakal mudah buat nangkap dia"

"Apa aku terlalu kasar ya sama dia tadi?"

"Astaga Elin, kamu dimana sih!!"

"Udah dua jam lebih aku lari-larian tengah malam buat nyari dia dan gak ketemu, hufff... apa dia udah dirumah ya?" Gumamnya berdiri ditengah jalan sepi dengan tangan yang menumpu di pinggangnya.

"Udah semalam ini... Pasti dia udah pulang" sambungnya berjalan berbalik untuk kembali ke apartemennya.



"Berani pulang sendiri?" Tanya Sam pada Elin setelah selesai makan. Cewek itu berbalik dengan senyumnya yang mencurigakan.

"Perhatian banget, harusnya kamu yang hati-hati" jawabnya menakuti Samudra. Lalu menunjuk leher cowok itu dengan jari telunjuknya.

"Dadah, besok ketemu di atap ya. Jam istirahat" serunya berjalan mundur menghadap Samudra sembari melambaikan tangan.

------------------------------

To be continued...

She AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang