19 - pacar?

11 3 0
                                    

Ig: fyanxaa_

Bantu follow ya❤️
------------------------------

*Brak
"Mending keluar sendiri daripada bapak yang bakal nyeret kalian keluar dari sini" Hentak pengurus tata usaha di sma itu.

Hanya dengan sekali gertakan, tiga murid yang bersembunyi di toilet langsung keluar ketakutan. Dari toilet ujung, Ghian keluar dengan langkah pelan dan kedua tangan yang menutupi wajahnya.

"Sebutin nama kalian, biar dikurangin nilai sikapnya" guru itu berdiri tegak menghambat pintu toilet agar siswa yang tertangkap itu tidak kabur.

"Galang pak"

"Reyhan pak"

"Itu yang di ujung, kenapa wajahnya ditutup. Namamu siapa?" Tanya guru itu lagi.

"Itu Ghian pak, matanya bengkak" jawab Rey. Ketiga cowok itu menunduk takut dimarahi.

"Gimana sih kalian. Jarum kecil aja takut, pelit amat. Sedikit doang lo dokternya minta donor darah. Aduhhh, cowok apaan begini"

Ketiganya dibimbing untuk kembali ke kelas masing-masing. Dokter itu sudah mulai proses pendonoran di kelas Rey.

"Misi pak. Ini ada yang kabur ke toilet, di jaga pak biar gak kabur lagi. Saya permisi" Reyhan dan Ghian menjadi pusat perhatian dikelasnya. Tak sedikit siswi perempuan yang menertawai mereka.

Davian tidak mempedulikannya, dan hanya duduk memperhatikan ponselnya.

Saat dokter itu ingin pergi, dia melemparkan satu plastik bernama "Evelyn" ke dalan tempat sampah. "Racun ini gak perlu" gumamnya.

Saat jam istirahat, Samudra berjalan melewati kelas Rey dan sedikit mengintip jendelanya. "Loh, Rey?!!" Cowok itu langsung berlari kencang masuk kedalam. Sebelah lengan baju temannya itu terangkat dan dielus lembut olehnya.

"Kamu donorin darah?" Tanyanya panik. Rey mengangguk pelan tanpa teralih dari lengannya yang masih ngilu.

"Kok bisa?!!" Rey hanya menggeleng tanpa menghadap Samudra. Samudra langsung berlari kembali ke kelasnya. Namun orang yang dicari tidak ada disana.

Cowok itu lanjut berlari menuju kantin. Rey yang kebingungan hanya melihat Samudra melintas didepan kelasnya.

"Elinn!!" Teriaknya dari pintu kantin berlari kencang. Samudra langsung menarik tangan Elin dan membawanya keluar kantin dengan terburu-buru. Ransa menatapnya bingung.

Di pintu kantin Samudra berhenti melangkah dan mengambil nafas dalam-dalam. "Rey donorin darahnya"
Elin tak memperlihatkan respon cemas atau sebagainya. Gadis itu hanya memasang wajah datar menatap Samudra.

"Elin, sekarang gimana??!!" Timpalnya cemas. Gadis itu menggenggam kedua tangan Samudra lalu maju selangkah dengan senyum simpul.

"Artinya teman kamu bakal diburu" jawabnya terlihat santai. Samudra yang semakin panik hanya terdiam dengan jantung berdetak kencang.

"R-rey bakal m-mati?" Gumamnya. Mata Samudra mulai berkaca-kaca dengan pandangan kosong.

"Kita bakal lindungi dia sama-sama. Kamu punya pacar?" Pertanyaan itu sedikit membingungkan Samudra. "Belum punya, tapi kenapa tiba-tiba bahas itu?"

"Ransa bilang dia pernah ciuman, kamu gimana?" Tanya Elin lagi.

"H-hah? Belum lah" jawab Samudra sedikit canggung. "Kalau gitu kita pacaran aja, aku juga pengen rasain ciuman" ajaknya sangat santai.

*Uhuk uhuk
Cowok itu tersedak air liurnya sendiri. "Tunggu tunggu, ini maksudnya apaan? Rey lagi dalam bahaya loh"

Elin menghela nafas panjang. "Siapa bilang dia dalam bahaya??" Gadis itu mengerutkan keningnya. "T-tapi kan, tadi katanya-"

"Jadi gimana mau atau enggak?" Riwelnya sebelum Samudra selesai bicara. Cowok itu terdiam sejenak, lalu menaikkan pandangannya menatap Elin.

"Dia cantik" batin Samudra. Cowok itu lalu mengangguk pelan tanpa berkedip melihat kearah Elin.

"Gitu dong" Elin langsung berjalan beberapa langkah lalu memeluk tubuh Samudra dengan senyum lebar. Wajahnya bersandar tepat di leher Samudra.

Setiap hembusan nafas gadis itu membuat samudra semakin berdebar. Elin mengangkat satu tangannya dan menempelkannya pada dada cowok itu.

"Kok detaknya cepat?" Elin mengangkat kepalanya dari leher Samudra dan menatap cowok itu untuk menunggu jawaban.

Rasanya Samudra benar-benar kehilangan kesadarannya. Wajahnya memerah dengan jantung berdetak sangat kencang. Dirinya mematung tak bisa berkata apapun.

Keduanya tak sadar bahwa dibelakang mereka ada Ransa yang berdiri diam menahan rasa cemburunya.



"Yang paling pertama tentunya mencari kebenaran. Cari nama Samudra dan hidangkan sekarang juga" perintah Davian.

Pria itu penuh dahaga ingin menikmati darah murni. Namun, ekspresinya berubah drastis saat meneguk gelas di mejanya itu.

"B-bukan? Lalu kenapa Elin berteman dengan anak itu?" Pria itu langsung berdiri mengepal tangannya.

"Tuan, anak buah anda yang disuruh untuk membuntuti putri sulung Alenda baru saja mengetahui sesuatu"

"Apa?"

"Samudra dan Evelyn baru saja menjalin hubungan" dokter itu ternganga mendengarnya.

"Ada apa sebenarnya? Siapa yang menyekolahkannya? Siapa Samudra? Kekasih? Itu gak mungkin, sampai kiamat pun vampire gak akan pernah bisa menjalin hubungan dengan manusia"

"Kenapa tidak fokus pada mustika saja? Kalau ada mustika, gak akan sulit untuk mencari darah murni kan?" Saran salah seorang bawahannya.

"Lanjut besok, ini udah terlalu malam" Davian memulai langkahnya menaiki tangga. "Hasil pendonoran tadi bagaimana tuan?"

"Itu urusan kalian, besok harusnya itu sudah selesai. Kita cari sekolah lain" sembari berjalan Davian melepas jas hitamnya, lalu melemparkannya sembarangan.

------------------------------

To be continued...

She AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang