Sesampainya di kantin Fakultas Ekonomi dan Bisnis, matanya segera mencari sosok yang amat di kenalnya.
Benar. Rami kemari untuk mencari kekasihnya.
Jika bukan karena pesan dari salah satu temannya yang lagi-lagi mengatakan bahwa semalam dia bertemu dengan Narra— kekasih Rami, sedang jalan berdua dengan seorang pria dan sialnya lagi, temannya kali ini menyertakan bukti foto.
Ya.... meskipun foto tersebut si laki-laki tidak terlalu jelas, namun wajah kekasihnya itu terlihat sangat jelas. Dengan tangan yang saling bertautan, serta senyum yang mengembang.
Rami memang pernah mengajak kekasihnya ke ruang UKM-nya. Jelas saja teman-temannya di sana mengingat wajah Narra, walaupun sekilas.
Tadi, Rami sudah hendak menuju Fakultas Hukum untuk memberikan selamat pada Nora yang sudah sempro. Namun, pesan dari temannya lah yang membuatnya mengubah arah tujuan kakinya.
Matanya menemukan kekasihnya sedang bercanda tawa dengan beberapa teman-temannya (mungkin?).
Dengan emosi yang tertahan, Rami melangkah cepat dan kemudian menarik lengan gadis itu yang membuat keadaan di meja itu menjadi hening seketika.
"Kamu ngapain ke sini? Kan aku udah bila—"
"Kamu. Ikut. Aku. Sekarang." Kalimat gadis itu terputus oleh perkataan Rami.
Gadis itu menyentak tangan Rami yang memegangi tangannya. "Apaan sih?"
"Dinarra Galuh, ikut aku sekarang atau kita ribut di sini," Rami berkata dengan nada rendah yang seketika membuat nyali gadis itu menciut.
Gadis itu segera mengambil tasnya dan berjalan mendahului Rami keluar dari area kantin.
Rami mensejajarkan langkahnya dan kembali menarik pergelangan gadis itu agar segera mengikutinya.
"Sakit, Ram. Kamu apa-apaan sih? Ini masih area kampus. Kalo ada yang liat gimana?"
Mendengar kalimat yang terlontar dari bibir gadis itu, sontak membuat langkah Rami terhenti dan membalikkan badannya.
"Kenapa? Takut ketahuan pacar kamu kalau sebenernya kamu udah punya pacar? Iya?"
"H-hah? Kamu ngomong apaan sih? Aku nggak ngerti," gadis itu menjawab dengan terbata. Matanya enggan untuk menatap laki-laki yang kini sedang menatapnya tajam.
Rami tertawa rendah. "Kamu kira aku ngga tau? Selama ini aku diem aja, terus waktu kamu minta break aku juga diem aja. Ternyata diemnya aku ini malah kamu manfaatin ya? Terus kemarin kamu seenaknya aja minta tolong ke aku, temenin pulang ke Surabaya. Lucu tau nggak sih?!"
Rami mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan beberapa foto dan juga chat dari teman-temannya mengenai mereka yang bertemu dengan Narra diberbagai tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Annora! [Tahap Revisi]
FanficHidup itu lucu. Tidak hanya bagi Annora, tapi bagi semua orang. Kita hanya bisa berencana, sedangkan Tuhanlah yang akan menentukan hasil akhirnya.... Di saat harus memilih, kalian harus memilih yang mana? Di saat harus melepas, kalian harus melepas...