15

91 9 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Maka di sinilah mereka sekarang. Car free day. Di Jalan Ijen dan itu lumayan jauh dari rumah Nora.

Pagi-pagi sekali, Rami menelponnya dan memintanya--- ralat, memaksa Nora untuk segera bangkit dari kasurnya dan bersiap-siap untuk berangkat ke acara car free day yang diadakan setiap hari minggu itu.

Nora merengut kesal, karena pagi indahnya telah dikacaukan oleh Rami yang kini sedang berjalan menggandengnya menuju salah satu stand.

Rami menoleh pada Nora. "Kamu mau alpukat kocok gak?" tanyanya.

Nora mengangguk keras. "Mauu mauuuu,"

"Oke, tunggu bentar. Aku yang antri," jawab Rami

6 menit kemudian, Rami datang dengan membawa dua gelas berisikan alpukat kocok dan memberikan salah satunya pada Nora. Perempuan itu tentu saja menerima dengan senang hati dan segera melepaskan maskernya guna melahap hidangan itu.

Manis dan dingin dari alpukat kocok menyebar di mulut dan membuatnya bergidik. Rasanya sungguh enak.

"Segitunya?" tanya Rami dan terkekeh melihat reaksi Nora saat makan alpukat kocok itu.

Nora mengangguk antusias dan membuat Rami tak tahan untuk mengacak rambut Nora.

"Ih!! Nanti berantakan,"

"Gapapa, tetep cantik kok,"

"Ngalussss,"

Setelah menghabiskan alpukat kocok, mereka kemudian melanjutkan acara mereka menikmati acara car free day.

Banyak penjual makanan, minuman, bahkan ada yang menjual beberapa mainan serta pakaian. Selain itu, terdapat beberapa komunitas-komunitas yang ada di Kota Malang berkumpul di area situ.

Mereka berdua berjalan santai dengan sesekali menghampiri stand penjaja makanan yang wanginya menggoda Nora untuk mengeluarkan uangnya.

Berjalan dengan bergandengan tangan, kemudian berhenti untuk melihat aksi salah satu komunitas, kemudin berjalan lagi, mempir ke stand makanan, kemudian melanjutkan perjalanan mereka lagi.

Suasana di jalan Ijen memang selalu padat setiap hari Minggu begini.

Tak terasa, mereka telah mencapai ujung dengan sebelah tangan mereka membawa plastik yang berisikan makanan, minuman dan beberapa printilan kecil yang tadi sempat dibeli Nora.

"Ih lucu banget. Aku boleh beli ya, Ram?"

Itulah kalimat tanya yang dilontarkan oleh Nora ketik perempuan itu memohon dengan puppy eyesnya dan tentu saja Rami mengiyakan permintaan Nora.

Kini, keduanya telah duduk di bangku taman yang sudah disediakan di sepanjang jalan Ijen tersebut. Banyak muda-mudi serta orangtua beserta anaknya yang kini sedang mengistirahatkan kaki mereka yang telah lelah berjalan mengelilingi area car free day tersebut.

"Seneng?" tanya Rami.

"Banget. Hehehe makasih Ramiii~ kalo ngga Kamu ajak, kayaknya Aku bakalan males buat dateng ke acara begini," jawab Nora yang kini sedang mengecek plastiknya.

Nora menepuk dahinya keras. "Es krim pot Aku?? Yaaahhh leleh dikit~" keluh Nora ketika mendapati es krim pot miliknya sudah setengah mencair.

"Gak papa deh, masih bisa di makan. Mau gak?" tanya Nora dan tangannya bersiap untuk menyuapi Rami.

Rami membuka mulutnya dan mendekatkan kepalanya. "Aaa~"

"Ini sih sama aja kayak kita minum susu, karena udah leleh begini," Nora berucap kesal seraya menyendokkan es krim tersebut ke dalam mulutnya.

Rami menggeleng dan membuka bungkusan plastik lain. Dirinya mengeluarkan kotak berisikan takoyaki. Rami melahap satu potong takoyaki dan kemudian menyuapkannya pada Nora.

"Ih, enak takoyakinya. Kita tadi cuma beli seporsi ya?? Ntar balik lagi ya? Buat beli seporsi," ucap Nora.

"Iya. Gampang itu. Sekarang habisin dulu aja yang ada," dan Nora hanya mengangguk patuh.

Setelah keduanya selesai menghabiskan makanan dan minuman yang mereka beli, kini mereka terdiam menikmati suasana ramai di sana.

"Akhirnya, Aku seneng bisa ngobrol dan nyantai lagi kayak gini," ucap Rami memecahkan keheningan di antara mereka.

Nora menoleh bingung.

"Kamu belakangan ini kayak menghindar dari Aku dan masang tembok tinggi banget. Seakan-akan Aku gak boleh nyebrang ke balik tembok itu," jelas Rami.

"Aku ... gak menghindar kok. Aku cuma lagi membatasi diri aja,"

"Dari?"

"Dari kemungkinan-kemungkinan yang ada. Mungkin?"

"Aku gak paham,"

"Insting Aku seakan-akan ngasih tau, lebih baik Aku menghindar dari Kamu sama Rasi. Aku gak ngerti kenapa, cuma Aku kayak ngerasa kalau ke depannya bakalan ada sesuatu yang kacau," jelas Nora.

"Kamu takut sama bayang-bayang Kamu sendiri,".

"Aku cuma waspada dan ngejaga hati Aku biar gak sakit lagi. Udah cukup bertahun-tahun Aku merasa sakit sama harapan Aku dan Aku gak mau ngerasain itu lagi,"

Rami menghela nafasnya dan meminum air mineralnya. "Aku bahkan udah bilang kalau Aku itu beda dari Rasi,"

"Well.... Aku gak tau sifat asli Kamu kayak gimana. Aku yang udah kenal Rasi bertahun-tahun aja, kadang masih bingung sama sifat dia. Apalagi sama Kamu, kita bahkan baru kenal setahun—"

"—dan lagi, Aku takut kalo yang Kamu rasain ke Aku itu cuma rasa penasaran aja. Dengan keadaan Kamu yang habis putus sama pacar Kamu, terus dalam kurun waktu kurang dari sebulan Kamu mau berhubungan sama Aku. Bukan salah Aku kan kalau Aku mikir Kamu cuma penasaran dan jadiin Aku tempat pelarian?" ucap Nora yang berhasil membungkam Rami.

"Semisal Aku bilang kalau Aku tertarik sebelum Aku putus sama pacar Aku, gimana?" tanya Rami.

"Berarti penilaian Aku tentang Kamu yang sama aja kayak Rasi itu bener," ucap Nora dan menyenderkan badannya.

Nora menolehkan kepalanya ke Rami. "Jangan lupa, Tuhan itu handal buat buat bolak-balikin hati manusia. Kamu bisa aja saat ini kepengen Aku, tapi kalau Tuhan berkehendak— bisa jadi minggu depan atau beberapa bulan lagi Kamu bakalan benci dan gak mau liat Aku,"

"Gak bakalan Aku biarin itu terjadi,"

"Emang Kamu siapa, kok mau nentang takdir Tuhan?!"

"Kalau gitu, gimana kalau kita jalanin aja sesuai alur?" ucap Rami.

"Dan Aku jamin, Aku beda dari Rasi," lanjutnya sebelum Nora memotong ucapannya.

"Oke. Tapi kalau Kamu atau Aku mulai saling menyakiti, mending kita saling menjauh dan mendinginkan kepala sebelum ngobrol lagi. Deal?" Nora mengulurkan tangannya pada Rami.

"Deal. Asalkan Aku bisa deket sama Kamu," jawab Rami dan menjabat tangan Nora.

Seketika, Rami berdiri dari duduknya dan menarik tangan Nora untuk mengikuti langkahnya.

"Kalau gitu, ayo kita jalan-jalan lagi," ucapnya pada Nora yang kini telah mensejajarkan langkahnya dengan Rami.

⭐⭐⭐



P.S: Lagunya cocokkan? eheheh :3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hi Annora! [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang