Nadine berjalan gontai dengan wajah datarnya, bahkan dia juga tak sadar dengan sapaan-sapaan manis dari beberapa pria yang dilewatinya. Hari ini hari yang sangat berat bagi Nadine, otaknya masih dipenuhi dengan perjodohan konyol yang direncanakan oleh kedua orang tuanya, belum lagi sekarang dirinya harus mengikuti bimbingan dan bertemu dengan dosen killer yang amat sangat dibencinya.
"Nadine!"
Suara cempreng yang terdengar sangat nyaring berhasil membuat Nadine tersadar dari lamunannya, ia langsung membalikkan badannya, "hm"
Tampak seorang gadis cantik dengan lesung pipit di kedua pipinya sedang berlari menghampiri Nadine, "dari tadi lo?" Tanya gadis itu seraya mengatur nafasnya.
"Hm"
Merasa ada yang aneh dari tingkah sahabatnya itu, ia langsung menoel pipi Nadine dengan gemas. "Kenapa lo?"
Gadis cantik ber-lesung pipit itu adalah Carissa Dea Ananta,sahabat Nadine. Keduanya sangat dekat sejak mereka masih kecil, kedekatan keduanya seperti layaknya lem permanent yang pastinya tak akan mungkin bisa dipisahkan.
Sejak kecil, keduanya sama-sama menempuh pendidikan di tempat yang sama. Maka tak heran jika sekarang keduanya tengah mengejar gelar sarjana di universitas terkenal di Jakarta dan memilih fakultas yang sama pula, yakni fakultas kedokteran.
Kedua orang tua Nadine dan Carissa juga sangat dekat bak keluarga. Sama-sama dilahirkan dari keluarga yang berada, keduanya kadang lupa diri jika mengingat tentang hobby mereka, yakni shopping. Bisa dibilang Nadine dan Carissa adalah seorang shopaholic, mereka sangat gila berbelanja. Entah itu barang yang berguna atau tidak, mereka akan tetap membeli barang itu, sungguh membuang-buang uang saja kan:)
"Sa,kita bolos yuk? Gue mau curhat"
"Hah? Bolos? Lo lupa kalo sekarang ada bimbingannya pak Gio? Gila kali, bisa diomelin abis-abisan nanti kita"
Nadine merungut kesal. Jika saja sekarang tidak ada bimbingan dari dosen killer itu, ia pasti akan lebih memilih untuk bolos saja. Sungguh, keadaannya saat ini sangatlah kacau.
"Lo kenapa sih Din? Ada masalah?"
"Gue di jodohin"
"HAH?!"
"Sa! Jangan berisik. Liat tuh, lo diliatin"
Carissa menatap di sekelilingnya, benar kata Nadine, semua orang di sekitarnya menatapnya dengan tatapan aneh karna teriakannya tadi.
"Lo serius Din? Ya udah yuk bolos, urusan pak Gio nanti aja"
"ih kata lo tadi.."
"Udah! ini lebih penting, urusan masa depan lo kan"
"Ye bilang aja lo kepo! Tadi aja sok sok-an mau masuk bimbingan" ucap Nadine kesal.
"Hehe..udah yuk langsung ke kantin"
~
Suasana kantin sangat ramai, sepertinya para mahasiswa di kantin ini hanya modal menitip absen saja tanpa masuk kelas, termasuk Nadine dan Carissa.
Nadine dan Carissa memilih duduk di pojok kantin yang sedikit tak terlihat dari khalayak ramai agar Nadine lebih leluasa bercerita tentang masalahnya kepada sahabatnya itu.
Dengan hembusan nafas yang berat, Nadine mulai menceritakan semua masalah yang menimpanya kepada Carissa secara detail dan jelas.
Hembusan nafas berat lagi-lagi terdengar, "jadi gimana dong?" Tanyanya setelah ia mengakhiri ceritanya.
"Oh jadi lo call gue semalem mau curhat soal ini?"
"iye tapi lo baru bales chat gue tadi pagi"
"Hehe iya gue ketiduran tadi malem. Btw kenapa ya kok lo tiba-tiba dijodohin, gue bingung"
"Gue juga ga ngerti, selama ini bokap sama nyokap ga pernah tuh bahas-bahas soal perjodohan ga jelas itu"
"Lo tadi bilang kalo lo dijodohin sama anak sahabatnya om Nug, lo tau ga siapa orangnya?"
"Nggak lah, gue ga mau terlalu dalem bahas perjodohan itu ke bokap sama nyokap, nanti gue disangka ngarep lagi"
Carisa menganggukkan kepalanya, ia sangat mengerti dengan keadaan sahabatnya itu sekarang.
"Mmm Din, coba deh lo cari tau dulu soal cowo yang dijodohin sama lo, kalo ganteng kan tinggal gas aja"
"Kalo ganteng, kalo ngga? Mau lo gantiin posisi gue?"
"Ngga! ih amit-amit!!! Ogah banget deh kalo misalnya gue dijodohin kaya lo"
"Ya sama! Gue juga ogah kali di jodohin kaya gini. Lo kan tau gue demennya ke siapa, ga bakal lah gue mau dijodohin"
"Iye iye. Btw Jourdy kemana yah? Ga keliatan dari tadi"
"Ada kelas mungkin. Semalem gue chat dia, katanya hari ini dia ada bimbingan"
"Tumben"
Nadine tersenyum seraya mengindikkan bahunya, "cafenya lagi sepi mungkin"
"Sejak kapan kalian berdua berani bolos di jam saya?"
Suara barithon khas terdengar di kedua telinga Nadine dan Carissa. Keduanya sontak langsung terdiam dengan wajah pucatnya, ketakuan mereka benar-benar terjadi sekarang.
Suara itu benar-benar sangat dikenali di kedua telinga Nadine, dia adalah dosen killer menyebalkan yang selalu menghukumnya di kelas.
"Ehmm, selamat pagi pak Gio.."
KAMU SEDANG MEMBACA
My husband so PERFECT!
RandomMY HUSBAND SO PERFECT mengisahkan Nadine Alisya Putri Nugraha,putri semata wayang dari seorang pebisnis sukses yang sedang menikmati masa mudanya sebagai mahasiswa akhir di fakultas kedokteran sangat terkejut ketika kedua orang tuanya dengan tiba-ti...