Happy reading...
Bantu votment dan follow ya.***
Pagi ini, Devan dan anggota Karvendal lainnya tengah berkumpul untuk menuju sekolah bersama. Tujuh pasukan Karvendal berangkat menuju sekolah. Sesampainya disekolah, mereka memarkirkan motornya ditempat biasa.
Setelah memarkirkan motor, mereka segera turun dan menuju kelas. Saat memasuki koridor utama, ia melihat seorang siswa laki-laki yang tengah di bully oleh tiga orang siswa laki-laki.
Tampaknya ia tidak mengenal siswa itu, mungkin saja adik kelasnya. Tanpa menunggu lama, ia segera berjalan menuju siswa tersebut.
"Mana tugas yang gue suruh lo kerjain?" tanya salah satu siswa laki-laki tersebut.
"Ma-maaf ka, ketinggalan."
"Ta-tapi udah dikerjain ko, ka." jawabnya siswa itu dengan gugup."Anjing banget lo, bisa-bisanya buku gue ketinggalan." bentak salah satu siswa laki-laki itu.
"Ma-maaf, Ka."
"Enak banget lo bilang maaf, bangsat." satu pukulan terkena perut siswa yang tengah di bully itu.
"WOIII." teriak Devan dari arah belakang.
"Siapa lo?" tanya laki-laki itu.
"Lo, yang siapa?"
"Bisanya cuma main keroyokan?" tanya Devan."Ini urusan gue, lo nggak usah ikut campur." titah laki-laki itu.
"Siapa lo, berani-beraninya nyuruh gue." satu cengkeraman dari Devan terkena kerah baju laki-laki itu.
"Sabar, bro." ucap Guntur berusaha menahan Devan.
"Lagian lo semua masih adik kelas aja belagu banget bangsat." sahut Nicho.
"Dia udah minta maaf juga kan ke lo semua, makanya punya otak dipakai jangan bisanya nyuruh orang mulu. Bego!" bentak Devan.
"Pergi lo semua." titah Bastian.
Ketiga siswa laki-laki itu pergi meninggalkan tempat tersebut. Siswa yang tengah di bully tadi sangat berterima kasih pada Devan dan teman-temannya. Karena, telah membantunya.
Melihat kejadian tadi, saat siswa laki-laki itu tidak melawannya ketika dihajar. Membuat Devan sangat penasaran, ia pun bertanya.
"Sebenarnya mereka siapa, dan lo kenapa diam aja waktu mereka pukul lo?" tanya Devan pada siswa itu.
"Mereka kakak kelas saya. Bukan saya takut nggak bisa balas ka, ibu saya pernah bilang kalo kejahatan nggak boleh dibalas dengan kejahatan." jelas siswa itu.
"Kalo lo di bully terus-menerus sama mereka apa lo akan diam aja kayak tadi?" tanyanya yang sedikit geram dengan ucapan siswa itu.
"Manusia ada batas kesabarannya ka, saya akan balas jika kesabaran saya sudah habis." ucap siswa itu.
"Lain kali kalo lo ada yang bully lagi bilang sama gue, inget jangan takut sama mereka." kata Devan sambil menepuk bahu siswa itu.
"Makasih ka sekali lagi."
Tersadar sudah banyak murid-murid yang melihatnya, Devan dan teman-temannya segera pergi meninggalkan tempat itu dan menuju kelas. Sesampainya di kelas, ia langsung menaruh tasnya dan memainkan ponselnya.
Mengingat hari ini tidak ada latihan basket, ia berniat mengajak anggota Karvendal lainnya untuk nongkrong di cafe biasanya.
"Nanti malam ke basecamp jangan lupa." titah Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANDRA [REVISI]
Teen FictionDarinya aku belajar cara menghargai seseorang. Cinta yang terpendam, namun banyak luka. Bolehkah aku mencintaimu? Devandra Wijaya Dirgantara. Cowok delapan belas tahun yang terkenal sebagai murid paling pintar di SMA Lentera Bangsa. Memiliki sifat d...