11 - Allana Latasha Danudaksa

43 33 32
                                    

Semesta kurang adil, pada akhirnya kita tidak akan pernah bisa merubah takdir yang sudah tuhan tentukan.

***

"GILA, LO"

"ELO YANG GILA"

"BERANI BANGET LO SAMA GUE?!"

"NGAPAIN HARUS TAKUT SAMA JAMET KAYAK, LO."

"Wah, parah Nay. Berani-beraninya dia bilang lo jamet."

Allana datang dari belakang dan menepuk pundak Kanaya pelan. "Udah Nay. Jangan ribut sama tuh bocah gak ada untungnya juga, malu tuh dilihatin orang."

Memang benar sudah banyak orang yang melihatnya dari tadi ketika Kanaya beradu mulut dengan adik kelasnya. Pasalnya, Kanaya ingin berjalan keluar kelas, tiba-tiba seorang siswi menumpahkan segelas minuman tepat di sepatunya Kanaya.

Kanaya terkenal siswi yang sangat berani, galak, jutek. Makanya, tidak ada satupun siswa atau siswi yang berani padanya. Melihat keributan tadi, semua orang takut akan ada perang dunia kedua.

"ANJIR SEPARAH ITU LUKA LO!" pekik Alexa yang berada disamping Allana.

Mendengar jeritan Alexa, Kanaya pun menyudahi keributan tadi dengan adik kelasnya. Seluruh siswa siswi ikut bubar dari tempat itu.

Melihat luka dengan plaster yang terdapat di pipinya Allana, Bianca membelalakan kedua matanya. "Allana, lo kenapa? Kok bisa sampai kayak gini sih?!" tanyanya sambil menyentuh lukanya Allana.

Gisella yang sedari tadi diam, ia pun menyadari luka itu. "Al, coba cerita siapa yang berani ngelakuin ini sama, lo?!"

"Gue gapapa kok. Cuma luka kecil aja." ucap Allana berusaha tenang.

"Udah deh, Al. Lo kasih tau aja ke mereka semuanya tentang kejadian yang kemarin. Mereka semua juga kan sahabat, Lo." sahut Kanaya yang sudah tau sebenarnya.

"Ohh, jadi Kanaya aja yang udah tau semuanya nih? Jadi selama ini lo anggap kita ini apa, Al?" tanya Alexa tak sabaran.

"Bukan gitu maksud gue."

"Yaudah terus apa? Cerita buruan?!" paksa Alexa agar Allana bercerita tentang kejadian itu.

"Sorry banget soal kemarin. Gue gak ngasih tau yang sebenarnya terjadi tentang kejadian sehabis kita pulang dari cafe itu." ucap Allana sambil meringis kecil.

"It's oke, Al. Sekarang lo bisa cerita ke kita tentang kejadian kemarin sampai muka lo bisa kayak gini?! Siapa yang berani ngelakuin ini?" Kata Bianca sambil memegang tangan Allana.

"Jadi, kemarin sehabis pulang dari cafe itu. Gue pesan ojol cuma lagi rame jadi gak bisa. Akhirnya, gue milih jalan. Sialnya waktu itu ada segerombolan geng motor yang berusaha mau nyulik gue. Untungnya, ada anak-anak karvendal yang nyelamatin gue saat itu, mereka ribut dan anggotanya tuh ada banyak banget. Gue berusaha misahin mereka tapi tiba-tiba gue kena pukulan dari Kevin waktu dia mau mukul Devan." jelasnya panjang kali lebar.

"Demi apa?! Gila serem banget. Terus keadaan lo sekarang gimana? Masih sakit? Udah diobatin belum? Mending lo istirahat aja biar gue yang izinin ke wali kelas deh." cerca Alexa bertubi-tubi.

"Terus siapa yang nganterin lu pulang? Tapi, untungnya lo masih selamat Al. Gue gak mau kehilangan sahabat gue yang selalu jajanin gue." ujar Gisella yang masih sempatnya bicara seperti itu.

"Lo liat sendiri kan gue baik-baik aja. Kemarin gue dianter sama Devan, makasih kalian semua masih peduli sama gue." lirih Allana sambil memeluk Kanaya, Alexa, Gisella, Bianca.

DEVANDRA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang