× PART 01 - Poor Girl ×

8.4K 608 31
                                    

Lucerne, Switzerland.

Elena Leutrim, salah satu dari jutaan anak perempuan di dunia yang mengalami banyak tekanan di usia remaja. Ia anak tunggal dari pasangan Jeton dan Emma Erisman. Sayangnya, orangtuanya bercerai satu tahun yang lalu. Perceraian yang dibumbui kebencian. Elena kerap kali menjadi korban peperangan mereka. Satu hal yang Elena pelajari dari hubungan orangtuanya. Pernikahan tanpa cinta akan menjadi racun.

Dulu sekali, hubungan Jeton dan Emma baik. Tapi berubah sejak Jeton kehilangan pekerjaan. Sejak kecil Elena selalu mendengar dan melihat mereka bertengkar, hingga sampai terjadi kekerasan. Finansial dan perbedaan pendapat selalu jadi masalahnya. Hingga di usia Elena menginjak limabelas tahun, hubungan Jeton dan Emma semakin parah. Mereka masing-masing punya sosok orang lain. Lalu mereka memutuskan berpisah.

Tak lama dari perceraian, Emma menikah dengan pria kaya raya bernama Fisnik Leutrim. Seorang duda dua anak. Hidup Elena yang mulanya kelas menengah, kini lebih dari cukup. Elena tinggal di rumah mewah. Namun hidup Elena tidak seenak kelihatannya. Elena merasa seperti orang asing di keluarga barunya, walaupun dia mendapatkan segalanya dari Ayah dan kakak laki-laki tirinya. Emma yang sudah acuh tak acuh dengan Elena, semakin tidak peduli sejak mengurus putri tirinya yang bernama Gerda. Juga Gerda yang berwajah dua.

Sebab rasa sakit dan luka yang kian menggerogoti hati, Elena menjadi pribadi yang sangat tertutup. Elena seperti punya suatu phobia, ia takut orang-orang di sekitarnya akan melukainya juga. Sehingga ia memilih untuk tidak berinteraksi dengan orang lain.

Di kamarnya yang tampak cozy, Elena meringkuk dalam perasaan kalut di ranjang tidur. Ia berkutat pada ponsel, mengetik rangkaian kalimat. Menumpahkan kesedihannya di aplikasi diary. Ia lebih aman punya diary di ponsel yang tidak akan mudah dijamah orang lain. Elena tidak tahu harus berbagi kesedihannya dengan siapa, sehingga ia melampiaskannya dengan cara begitu. Selain menulis diary, terkadang ia mengungkapkan kesedihannya di sosial media. Itupun dengan foto profil animasi dan nama palsu.

Kenangan pahit yang diberikan orangtuanya takkan bisa Elena lupakan. Pertengkaran mereka, suara keras mereka, kata-kata kotor yang tidak luput mulut mereka. Emma sering melampiaskan kemarahannya kepada Elena, dengan kata-kata menyakitkan atau serang fisik. Ayahnya, Jeton juga sama. Elena ingat momen di malam pesta di salah satu rumah teman sekelas Elena. Jeton datang dan membuat drama.

"Kau, kau pasti akan sama seperti Ibumu yang sialan itu. Wanita yang hanya memikirkan uang, uang dan sering menghinaku. Menuduhku karena tidak punya rasa tanggung jawab mengurusmu. Aku kehilangan pekerjaanku bukan karena kemauanku tapi perusahaan sialan itu. Ibumu terus meremehkan aku. Aku sudah berusaha mencari uang untuk kalian, tapi Ibumu brengsekmu itu tidak pernah menghargaiku. Aku akan ceraikan Emma dan kau, jangan pernah datang ke hidupku. Kau bukan putriku lagi. Aku tidak akan sudi mengurusmu. Ikut Ibumu, ikuti perilakunya yang seburuk sampah itu! Dasar anak sialan!" Kata Jeton yang mabuk.

Air mata Elena mengalir. Karena ucapan sang Ayah, Elena menjadi bahan pembicaraan di sekolah. Tidak ada rasa simpati sekali, seakan ucapan Jeton cocok menjadi bahan olokan. Elena menyesal datang ke pesta itu. Ia pikir dengan ia mencoba berbaur, mereka akan berteman dengannya dan berhenti berpikir Elena adalah 'gadis kuno'.

Knock!! Knock!!

Seseorang mengetuk pintu. Elena lantas menyeka air matanya dan mengambil posisi duduk.

"Iya?" sahut Elena.

"Komm runter!" kata Emma dengan nada keras. "Fisnik tidak akan mau makan malam kalau kau tidak bergabung dengan kami."

OWNED by a DON (Mafia Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang