× PART 20 - Mafia In Sight ×

2.6K 277 50
                                    

Ruang kerja dengan interior modern berdominasi gelap nan elegan menjadi salah satu ciri khas yang menunjukan selera putra tunggal Goncalve. Meja dan kursi pribadi yang menonjolkan kekuasaan, menjadi tempat ia sering melakukan produktivitas. Tempat yang menjadi saksi bisu pembicaraan antara si Don dan para bawahannya. Si Tuan dan para rekan bisnisnya. Si Master dan para kliennya. Bukan topik biasa yang menjadi bahan perbincangan. Bersifat serius, menantang dan rahasia.

Rak-rak berisi buku dari berbagai golongan berjajar rapih. Kebanyakan buku-buku itu berisi kertas yang memberi atmosfer sejarah dan teori-teori luar biasa. Bagi orang lain mungkin akan sulit untuk diterima oleh kepala, tapi tidak untuk seorang Ruschel. Buku berisi hal-hal berat adalah kesukaannya. Ia lebih memilih bergelut dengan buku di tangannya, daripada internet. Itu mengapa ia tidak begitu aktif dengan sosial media.

Pria berusia 25 tahun ini hanya punya satu akun sosial media yang jauh dari kata populer dan private. Dia merasa sangat baik dengan itu. Sebagai seorang mafia, ia diharuskan untuk tidak terlalu mencolok di publik. Namun tetap saja sosoknya dikenal dunia sebab media massa meliputnya sebagai CEO perusahaan properti dan pembisnis Venturo Wine yang sangat gemilang. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahui dirinya adalah MAFIA.

Ruschel menurunkan penutup kepala yang menutupi wajahnya. Kemudian berdiri di dekat dinding. Wajahnya berhadapan dengan foto berukuran besar. Foto Altherr Goncalve, Ayahnya yang telah tiada. Lensa mata abu-abu Ruschel tertuju ke objek tersebut. Memandang wajah sang Ayah tanpa kedip. Ia menundukan kepala dan tertawa kecil. Garis bibirnya terutas ke atas tanpa henti. Raut wajahnya jelas menyampaikan perasaan yang sedang menyelimuti hatinya.

"Ayah ..." ucapnya dan menjedanya selama tiga detik, "aku sudah jujur padanya tentang siapa diriku."

Ruschel mengangkat kepalanya dan menatap kembali foto Altherr. Ia sempat mengulum senyum sebelum akhirnya berkata, "Aku hampir kehilangan kendali. Aku ... aku hampir menciumnya."

Ruschel menghela napas dan masih membentuk garis melengkung di bibirnya. "Kalau kau masih ada, mungkin saat ini kau akan menggodaku. Kau akan mengejek putramu yang seperti orang konyol sekarang."

Kemudian ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel. Sejenak ia berkutat pada benda itu dan mengarahkan layar ke arah bingkai foto. Pantulan di kaca menunjukan figur seorang Elena yang tampak sangat cantik dengan senyum manisnya.

"Aku semakin yakin dengan perasaanku padanya, Ayah," katanya. "Estoy loca por esta humana. Ku pastikan ... Elena perempuan satu-satunya yang membuatku jatuh cinta."

*(Spanish : Aku tergila-gila pada manusia satu ini)

Bertingkah seperti orang dimabuk asmara bukanlah Ruschel. Namun kini berubah. Pria yang dikenal ruthless ini menambah satu kepribadian baru dalam dirinya. Jika ada yang melihat bagaimana menggemaskannya Ruschel ketika kasmaran, mereka akan terheran-heran dan mungkin mengejeknya. Sebab sekeras-kerasnya hati Don Ruschel, ternyata ia masih bisa selembut kapas.

Ia kembali menurunkan tangannya dan memasukan kembali ponselnya ke saku celana. Ia beralih mendekat ke jendela, berdiri di sana bersama memori yang berputar di benaknya. Tepat dia memikirkan kejadian pagi ini di kamar Elena. Mengingat kembali bagaimana dia begitu dekat dengan tubuh Elena. Bagaimana ia bisa merasakan hangatnya hembusan napas gadis itu yang menyentuh kulit wajahnya.

Ketika mata dan bibir mereka hanya berjarak beberapa centi. Satu gerakan lagi ia bisa mendaratkan bibirnya tepat di bibir ranum Elena, namun ia menahan diri. Sekarang ia penasaran sekali dengan apa yang Elena pikirkan setelah kejadian itu. Ia mengerutkan dahi, terbayang reaksi Elena kala itu.

Dia bereaksi seolah ia menginginkanku juga. Apa dia juga menyukaiku? Tanyanya dalam hati.

Ponselnya berdering, mendapat satu panggilan masuk dan ia menerimanya. Tampaknya itu panggilan serius. Mimik wajah Ruschel berubah dari menyenangkan jadi menyeramkan. Aura dingin begitu terpancar. Mata elangnya seolah siap menusuk siapapun yang ada di depannya.

OWNED by a DON (Mafia Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang