Chicago, US.
Pelariannya ke kota yang di sebut kota angin dan terbesar di Negara bagian Amerika Serikat Illinois, tidaklah tanpa tujuan. Lucreia Keith punya rencana yang ia genggam erat di tangannya. Ia ingin menemui orang yang kiranya bisa menolongnya dari hidupnya yang kritis. Meski antara yakin dan tidak yakin, mau tidak mau, ia harus mengambil jalan itu. Sudah buntu.
Wanita bertubuh ramping dan tinggi itu memakai mantel hitam dan topi, dibalik itu ia mengenakan gaun merah yang sangat pas di tubuhnya. Merah bibirnya cukup tebal. Semakin mempertegas kelicikan di setiap gerakan garis bibirnya. Ia keluar dari taksi dengan sikap waspada. Berjalan ke arah gedung bertingkat dengan sudut mata yang melirik ke segala arah. Penampilannya yang tertutup bukan tanpa alasan. Dia buronan orang-orangnya Goncalve.
Lucreia masuk ke dalam gedung yang merupakan apartemen mewah di kota ini. Ia menunggu di lobi, sampai kemudian seorang pria berpakaian casual serba hitam menghampirinya.
"Hurry up! Dia cuma punya waktu tigapuluh menit," ucap pria bertampang datar itu.
Lucreia mengangguk kecil dan mengikuti langkahnya menuju lift, lalu sampai di lantai paling atas gedung. Penthouse yang hanya dimiliki satu orang saja. Lucreia dibawa ke dalam penthouse dan berhenti di ruang tengah. Di sana ia diperiksa dengan sangat detail oleh pria lain. Tubuhnya diraba dan barang-barangnya digeledah. Memastikan wanita itu tidak membawa sesuatu yang mengancam. Dengan jengkel ia sekalian membuka mantel dan topinya. Lalu pria yang memeriksanya mengambil alih setelan itu.
Berlanjut Lucreia dipandu ke sebuah ruangan yang lebih santai. Perapian menyala dan ada rak berisi bermacam-macam minuman. Di sana sudah ada pria lain lagi yang menunggu. Pria kali ini adalah orang yang ingin ditemui Lucreia. Pria dengan perawakan tinggi, proporsional dan tampan. Dia berdiri sambil menenggak segelas minuman beralkohol.
"Kau bisa pergi," kata Vladimir Volkov, pria berdarah Rusia berusia duapuluh enam tahun itu kepada anak buahnya.
Selepas orang itu pergi, tinggal mereka berdua. Lucreia masih berdiri di tempat. Sementara Vlad beranjak duduk sambil berseringai menatap Lucreia. Jauh dalam lubuk hati Lucreia, ia muak berhadapan dengannya. Bahkan itu terlihat jelas di air muka wanita berambut hitam itu.
Vlad menghela napas. "Aku tahu kau datang karena hanya aku yang bisa menuntaskan masalahmu."
"Ya," jawab Lucreia dan duduk berseberangan dengannya dalam posisi seksi, "jangan mengajakku berbasa-basi dan berhenti menyeringai seperti orang bodoh. Orangmu tadi bilang waktumu untuk pertemuan ini cuma tigapuluh menit, dan waktu kian berkurang."
"Akan ku dengarkan. Katakan kau butuh apa, sayang."
Jijik, sungguh Lucreia geli mendengar sebutan itu dari Vladimir. Meski dia tampan, tapi tidak merubah perasaan yang ada.
"Aku butuh perlindungan. Mungkin cuma kau yang bisa mencegah kematianku."
"Kematian?" Vlad meletakan gelasnya di meja, menatap Lucreia lebih serius, "siapa yang mengincar nyawa wanita secantik dirimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OWNED by a DON (Mafia Romance)
RomansKecelakaan di pegunungan Alpen, membuat remaja bernama Elena diculik oleh Mafia Don yang memiliki ambisi besar padanya. Ditandai oleh Don Ruschel sejak pertama pertemuan tidak sepenuhnya menyenangkan. Hidup bersama bos besar mafia seperti dia seakan...