Kembalinya Elena Leutrim ke The Wolves membuat semua penghuninya tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Waktu satu bulan cukup membuat mereka berpikir gadis itu akan benar-benar lenyap dari kehidupan Goncalve. Tapi mereka salah kira. Sebelumnya belum pernah orang yang diburu Don Ruschel akan membutuhkan waktu selama itu untuk ditemukan. Kini mereka semakin yakin, Elena bukan sesuatu yang sederhana. Don Ruschel sangat berambisi pada Elena. Selama apapun waktu menggiringnya, ia takkan berhenti.
Hanya saja situasinya berbedanya sekarang. Dulu Elena dibawa ke The Wolves untuk diberi kedamaian. Sekarang mereka mencemaskan gadis itu. Mereka tahu konsekuensi bagi seorang pengkhianat. Pelarian Elena malam itu membawa bencana. Entah apa yang akan Don Ruschel lakukan padanya untuk membayar kesalahan itu. Saat ini hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Kaki Elena kembali berpijak di lantai mansion. Matanya menatap sekeliling, tidak ada yang berubah. Namun sekarang rasanya berbeda berada di rumah besar ini. Seolah kabut hitam memenuhi seisi ruangan. Memberi kesan mencekam yang menusuk sampai ke tulang. Hetsey ada di belakang Elena, memegangi koper miliknya.
"Apa kau merindukan tempat ini?" Suara Hetsey memecahkan keheningan di antara mereka.
Elena menurunkan pandangan. Semburat sedih terukir di wajah cantiknya. Rindu? Ia memikirkan kata itu dalam-dalam. Bayangan di mana saat-saat ia menjalani hari di The Wolves berputar di benaknya. Paling banyak yang terekam adalah momennya bersama si Tuan besar, Ruschel Matheus Goncalve.
Rindu?
Entahlah. Rasanya semu. Saat ini yang lebih Elena rasakan adalah sesal. Bukan penyesalan karena perbuatannya, tapi menyesal kembali ke tempat ini. Menyesal mengenal Ruschel. Baginya kebajikan yang Ruschel lakukan selama ini padanya adalah tipu muslihat. Ingin sekali Elena katakan penyebab mengapa ia pergi, namun lidahnya membeku. Ia pun tidak yakin orang lain akan menerimanya.Hetsey mendekat ke samping Elena sembari menarik koper. "Apa yang kau pikirkan, Elena?" tanyanya.
"Aku tidak rindu sedikit pun," balas Elena dengan nada rendah dan ketus.
Hetsey mengernyit. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu sampai kau meninggalkan Don Ruschel? Aku ... Elena, aku sampai sekarang tidak percaya kau tega lakukan itu."
Elena melempar tatapan padanya dan membuang napas gusar dari mulut. "Sebaiknya kau tidak mengatakan apapun tentang itu, Hetsey. Sudah cukup menghakimiku dari caramu melihatku sejak kita kembali bertemu."
Luka di mata Elena dan nadanya yang terdengar menyakitkan membuat Hetsey mengalihkan pandangannya. Terselip sedikit rasa bersalah.
"Semua orang cuma melihat sudut pandang Ruschel saja," ucap Elena.
"What else can we do?" Hetsey membela diri, "situasi yang ada membuatmu berada sebagai pelaku. Aku, orang-orang dan bahkan Ruschel sendiri tidak tahu apa yang salah denganmu."
"Enough. Aku tidak mau membahasnya sekarang. Aku ..." Gadis itu benar-benar terlihat lelah. Ia sampai tidak sanggup bicara lagi.
Enggan memperpanjang perdebatan, Hetsey mengajak Elena naik ke lantai atas. Rosemary, Marlyn, Shane dan Calum melihat mereka berdua dari kejauhan. Perhatian mereka lebih tertuju pada Elena. Dulu para pelayan itu atau setidaknya Rosemary menyambut Elena, sekarang tidak. Ini awal perubahan di mansion untuk Elena. Hetsey membuka pintu dan Elena mengikutinya masuk. Ia terkejut melihat keadaan kamarnya dulu yang super rapih kini berantakan seakan telah ada badai yang menerjang.
Barang-barang berserakan. Banyak yang sampai rusak dan hancur. Bahkan layar televisi jadi ada cacat karena pukulan. Serpihan kaca di mana-mana. Mata cokelat Elena jatuh ke bingkai fotonya yang retak di lantai. Lalu matanya tertuju ke jendela yang pecah. Di bawah jendela ada kotak musik berbentuk komidi putar unicorn yang tergeletak. Benda cantik yang Ruschel berikan untuk Elena. Sepertinya sebagian jendela pecah karena lemparan benda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OWNED by a DON (Mafia Romance)
RomantizmKecelakaan di pegunungan Alpen, membuat remaja bernama Elena diculik oleh Mafia Don yang memiliki ambisi besar padanya. Ditandai oleh Don Ruschel sejak pertama pertemuan tidak sepenuhnya menyenangkan. Hidup bersama bos besar mafia seperti dia seakan...