Elena berdiri di depan lift, menunggu giliran. Wajahnya terlihat murung, memikirkan kejadian tidak menyenangkan tadi. Tiba-tiba terdengar suara tawa dari para gadis. Elena menoleh, menatap mereka dengan bingung. Kenapa mereka menertawainya? Apa ada yang salah dengan penampilannya?
"Apa kau tidak bisa melupakan saat bersama pacarmu sampai kau membawanya?" tanya salah satu gadis.
"Itu menjijikan!" sambung yang lain.
"Entah bagaimana kalau ada guru yang melihatnya. Kau menjijikan."
"Kau harus membuangnya."
"Bodoh sekali."
Berbagai ucapan memalukan di dapatkan Elena. Kemudian muncul James dan teman-temannya. James bertanya apa yang terjadi. Lalu seorang gadis membuat tubuh Elena berbalik. Orang-orang terkejut dan tertawa. Elena berbalik lagi dan memeriksa tas ranselnya. Matanya hampir lepas dari tempatnya. Ada kondom bekas yang terjebak di restleting. Elena lantas buru-buru mengambilnya. Orang-orang menertawai dan mengejeknya.
"Meine güte, Elena! Aku pikir gadis sepertimu masih terkunci. Tapi kau sudah tidak perawan. Selamat ya!" kata teman James.
▪︎(Ya ampun)
Elena membuangnya ke tempat sampah dan kembali ke hadapan mereka. Dengan kepala menunduk malu juga suara terbata-bata, Elena mengatakan itu hanya sampah yang sengaja di letakan oleh orang iseng. Tapi mereka tidak percaya dan terus menertawainya, menjadikannya lelucon. Elena mengambil barang-barangnya dan pergi menjauh dari mereka.
Gadis malang itu memilih lorong yang sepi. Dia duduk dan menangis. Dia sudah sering diejek oleh murid-murid Majesty, tapi belum pernah separah ini. Memalukan sekali. Majesty tidak semewah kelihatannya. Sekolah ini dihuni mereka yang minus attitude.
"Mor ... gan," ucap Elena dengan nada geram, "itu pasti ulahmu. Itu pasti! Kenapa?! Kenapa?!"
Elena membuka ponsel dan ada satu pesan masuk sejak beberapa menit yang lalu. Pesan dari Morgan, Elena membukanya.
Kalau bukan untuk membuat Ayah bangga padaku. Aku tidak akan membiayaimu sekolah, dan ya ... selepas kau lulus, kau harus menggantinya. Kau harus jadi pelacur pribadiku.
Hati Elena sakit sekali. Begitu rendah Morgan menilainya. Elena membuka pesan suara dari orang yang sama.
"Aku tidak terima dengan perilakumu tadi malam. Berani sekali kau menamparku, Elena sayang. Aku meninggalkan kondom di tasmu. Aku harap orang-orang di Majesty melihatnya dan mempermalukanmu."
Air mata Elena mengalir. Benar dugaannya. Elena memblokir nomornya, meski dia tahu Morgan akan kembali menghubunginya dengan nomor yang baru. Elena sendiri sudah berulang kali mengganti nomor dan Morgan bisa tahu. Elena tidak mengerti, kenapa Morgan seperti ini padanya? Sejak Elena masuk ke keluarga Leutrim, Elena sama sekali tidak membuat ulah yang bisa membuat Morgan tersinggung atau benci. Memang pertama kali Elena bertemu Morgan, pria itu terus memperhatikannya. Itupun sikapnya normal. Namun lambat laun Morgan mendekatinya dan semakin kurang ajar. Elena tak luput dari ancamannya, untuk selalu tutup mulut jika tidak mau Morgan semakin parah. Elena bingung sekali. Ada banyak masalah yang membebani pikirannya.
Setelah cukup tenang, Elena kembali ke lift. Dia menuju lantai lima. Dia berjalan tanpa melihat ke sekitar. Fokusnya, hanya kamarnya saja. Asrama Majesty terbagi dua dalam satu atap. Gedung sebelah kiri untuk asrama laki-laki dan sebelah kanan untuk perempuan. Peraturan di asrama tidak begitu ketat dan rumit. Anak laki-laki hanya tidak diperbolehkan ke asrama perempuan, kecuali dalam keadaan darurat. Begitupun anak perempuan. Setiap sudut lorong asrama terdapat CCTV.
KAMU SEDANG MEMBACA
OWNED by a DON (Mafia Romance)
RomanceKecelakaan di pegunungan Alpen, membuat remaja bernama Elena diculik oleh Mafia Don yang memiliki ambisi besar padanya. Ditandai oleh Don Ruschel sejak pertama pertemuan tidak sepenuhnya menyenangkan. Hidup bersama bos besar mafia seperti dia seakan...