Selamat membaca...
Tandai jika terdapat typo ya^^...
***
Suara lonceng yang terdengar manis memenuhi seisi rumah. Langkah kecil dengan telapak yang tidak beralas, tak menahan kaki kecilnya untuk terus melangkah. Sesekali ia tersandung namun tak menyusutkan niat untuk menuju satu objek yang baru saja memasuki rumah.
"Pa pa pa pa..." panggilan manis dari suara yang begitu menggemaskan membuat mata semua orang teralih pada si gadis mungil yang terus saja berlari. Kaki kecilnya melangkah pendek namun laju menuju kearah seseorang yang berdiri tegak tak jauh di hadapannya.
Hap!
"Pa pa pa..." Dengan tangan mungilnya ia memeluk kaki lelaki yang tengah menatap tanpa emosi yang jelas. Tidak ada tanggapan berarti dari sosok tinggi di depannya hingga tak lama dari itu sebuah tarikan melepas paksa pelukan erat dari tungkai jenjang yang terasa hangat di telapak tangannya.
"M-maaf Tuan, tadi sa—" Belum selesai pelayan itu berbicara, sang majikan sudah lebih dulu pergi dengan menggendong gadis kecil lain yang sedari tadi merengek sembari menatap mereka.
"Papa... "
"Sudah dibilang jangan nakal! Kamu selalu membuat susah orang lain!"
Umurnya belum genap lima tahun, tapi ia cukup mengerti situasi di sekitarnya. Lelaki itu tidak menyukainya, tidak ada satu pun manusia di tempat ini yang menyukainya. Mereka mungkin akan tampak tersenyum dan beramah-tamah dengan topeng malaikat di hadapan orang berkuasa di kandang emas ini. Namun jika hanya bersama dirinya, orang-orang itu akan dengan senang hati menunjukkan sisi iblis yang menekan dan mempermainkan ketakutannya.
Mereka ... orang-orang di tempat ini, adalah manusia jelmaan setan yang sesungguhnya.
Yang sangat suka bermain peran di hadapan orang lain lalu menyiksa dirinya disetiap kesempatan.
Ia masih sangat kecil untuk mengerti penyebab kenapa semua orang tidak menyukainya. Sakitnya dicubit akibat luapan pelampiasan pengasuhnya, dibentak hanya karena merengek ingin permen, dikurung dalam kamar sendirian, dibiarkan ketika terjatuh dan terluka, sakitnya ditarik dengan kasar.
Perlakuan yang telah ia terima ternyata berdampak buruk terhadap psikisnya. Keterlambatan bicara, perilaku yang tidak normal seperti kebanyakan balita pada umunya hingga dianggap cacat mental diusianya yang mulai beranjak dewasa. Begitu besar pengaruh buruk yang telah ia terima. Hingga mengubah sebagian besar hidup dan masa depannya menuju jalan kelam tempat para manusia gagal di sisihkan.
Ia, cacat. Dan itu buruk.
***
"Selamat ulang tahun kami ucapkan..."
Tepukan dan nyanyian meriah dari orang-orang terdengar menyenangkan hingga kesetiap sudur di rumahnya. Kado-kado yang menggunung dan kartu ucapan tampak memenuhi meja, senyum bahagia menghangatkan hati si pamilik acara. Setiap orang tengah menatap haru seorang gadis yang tengah tersenyum manis di depan sebuah kue ulang tahun dengan lilin yang berbentuk angka 6. Kue besar, hiasan yang cantik, gaun indah yang dipakai dan di kelilingi orang yang menyayanginya. Sungguh kebahagiaan yang luar biasa.
Sayangnya bukan ditujukan untuk dirinya.
Sendirian berdiri di balik pintu penghubung dapur dan taman belakang, hanya bisa menatap mereka yang ada di kejauhan sana. Keluarganya, Papanya, Kakak laki-lakinya, Tertawa bahagia bersama dipesta orang lain.
"Selamat ulang tahun Viona!"
Di hari ulang tahunnya, tapi bukan dengannya.
Tak apa, tidak masalah. Setidaknya ia bisa melihat tawa sang papa, sangat jarang ia bisa melihat tawa lepas lelaki itu. Setelah puas menyimpan memori indah senyum sang papa, ia memutuskan untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVIANNA
General FictionSungguh memuakkan. Kalian semua adalah manusia yang sangat memuakkan. "Jika sudah seperti ini... bukankah lebih baik mengabulkan keinginan mereka? Hadiah dari orang yang sedang berulang tahun, heh?" Berdiri dari duduknya, Via menatap ujung jalan y...