Bab 10

1.3K 83 0
                                    

Terima kasih sudah mampir^^

Warning! Typo bertebaran, hati-hati! Biuu~ Biuu~ Biuu~🚔

Selamat membaca.


—Ovianna—

Bab 10= Raura
***

Hari ini adalah hari kepulangannya setelah beberapa hari menjalani perawatan lebih lanjut demi mengetahui perkembangan kondisinya pasca kecelakaan. Paris mengizinkan paman dan bibinya membawa pulang gadis itu setelah melalukan beberapa pemeriksaan dan tes yang kini ia tahu bahwa gadis yang akan mereka bawa pulang tidak dapat bicara dengan baik. Untuk penyebabnya sendiri wanita itu harus mencari tahu lebih lanjut sebab bocah tersebut menolak untuk memberitahu.

"Nah! Kita sudah sampai di rumah!" Sella merangkul Ovianna yang masih memakai perban di kepalanya. Wanita itu menuntun dengan pelan, mengingat hari sudah gelap dan penglihatan gadis itu yang sedikit terganggu karena luka di sekitaran mata yang masih tampak membengkak. Saking bahagianya membawa gadis itu ke tempat tinggal mereka, Sella sampai lupa dengan keberadaan suaminya yang hanya bisa menggelengkan kepala memaklumi.

"Mulai sekarang kamu tinggal di sini. Bersama Tante Sella, Om Vincent," Wanita yang sudah mendudukkan diri di samping gadis muda itu segera membungkam mulut pucat yang dia tebak akan memanggilnya mama lagi seperti saat berada di rumah sakit sebelumnya.

"Dan Tante Sarah!" Ia menunjuk dirinya sendiri dengan muka yang ditekuk, cukup merasa tak enak dipanggil mama sedangkan ia belum menikah dan memiliki anak.

"Sudahlah, Sar, biarkan saja dia."

"Biarkan ndasmu!" gerutu Sarah yang tak terima akan tuturan Vincent kepadanya.

"Lagipula aku cukup heran, entah kenapa sedari dulu kamu selalu mengalami hal seperti ini. Apa sebegitu pasarannya ya wajahmu, Sar?" Lagi, Vincent kembali meledek adik sepupunya itu dengan gencar. Apa yang ia katakan tidaklah hanya sekedar gurauan saja, Sella pun yang duduk tak jauh darinya pasti juga memikirkan hal yang sama.

Apalagi kejadian yang paling legendaris di hidup wanita yang tak lagi muda itu, ia masih ingat betul bagaimana dulu Sarah yang baru menduduki bangku kuliah merasakan patah hati paling dalam. Karena dirinya yang sempat dijadikan pelarian hanya karena rupanya yang tampak mirip dengan gadis yang begitu disukai kekasihnya dulu, baiklah, mungkin lebih bagus jika disebut mantan kekasih saja.

"Kalau mau, kamu bisa panggil Mama dan Papa pada kami berdua saja." Sella menggenggam jemari kurus gadis yang masih setia memandang jejak Sarah yang mengilang. "Sarah memang agak sensitif untuk beberapa hal, jangan tersinggung atas perilaku kasarnya."

"Ck! Aku dengar tahu!" Sarah kembali dengan membawa senampan berisi air hangat untuk mereka, tangannya terulur memberikan segelas kepada gadis yang maaih setia menatapnya dengan mata berbinar. "jika memang merindukan Mamamu, kami bisa segera mengantar kamu pulang kalau saja dari kemarin kamu menjawab pertanyaan Doktermu mengenai identitas dan juga alamat tinggal."

"Ma ... ma," Gadis itu mengarahkan telunjuk kanannya tinggi-tinggi ke atas setelah berhasil dengan susah payah menyebutkan satu kata dari bibirnya.

Sarah yang sedari tadi menggerutu seketika bungkam, wajahnya ia alihkan ke samping dengan punggung yang luruh pada sandaran sofa. Tak jauh berbeda dengan Sella dan juga Vincent, mereka tak lagi banyak bertanya mengenai asal-usul gadis itu. Melihat mata berair anak tersebut membuat hati mereka sedikit tercubit. Setidaknya Sarah tidak akan lagi protes kedepannya jika gadis itu memanggilnya mama, ia merasa kasihan juga.

OVIANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang