Selamat membaca...—Ovianna—
Bab 11= Janc*ciak ... Anak Anj*ciak ...
***
Suara bising dari orang-orang yang lalu-lalang membuat tidurnya tak tenang, matanya yang sedari tadi dipaksa untuk terlelap tetap tak membuahi hasil sama sekali. Setelah menyelesaikan satu mata kuliah paginya, Nathan memilih untuk segera menidurkan diri di bangku taman kampus yang biasanya sepi namun mendadak ramai mengingat beberapa hari lagi akan diadakan ujian.
"Sudah boleh ngampus?" bisikan pelan dari arah kiri.
"Nath!"
"Ak! Bangsat!" umpat Nathan dengan suara tertahan. "Sakit bego!"
Nathan bangun dari tidurnya dengan mendorong Dio yang tanpa pikir panjang duduk di perut terlukanya yang masih berbalit perban lembab. Lupakah dia jika perutnya masih terdapat luka yang baru saja mulai membaik. Entah kapan anak ini bisa serius sedikit, bahkan melihat cicak tergelincir saja sudah membuatnya tergelak tanpa henti.
"O-omo! Mianhae, Hyung! Jeongmal, igeo neomu appo? Jinjja? Mianhae ... " Dengan berlagak panik yang dibuat-buat, Dio memekik heboh sembari memutari tubuh Nathan.
Ayolah, menjadi pusat perhatian tak membuat Nathan senang. Manusia setengah ikan asin seperti Dio tidak akan mengerti mau bagaimana pun ia meminta lelaki itu untuk berhenti dengan tingkah anehnya.
"Shit! Minggir lo!" Karena kepalang malu, Nathan mendorong kepala Dio ke samping hingga lelaki itu mundur dengan tak siap hampir terjengkang.
"Yak, Hyung!" Melihat kekesalan Nathan membuat Dio senang. Kapan lagi ia bisa menjahili manusia batu itu, walau pun yang barusan ia lalukan cukup keterlaluan. Mau bagaimana pun luka di perut temannya itu tidaklah kecil.
Nathan terus berjalan menjauhi Dio yang sedari tadi memanggilnya tiada henti. Mau bagaimana pun ia mencoba menjauhi makhluk seperti Dio, Nathan tidak akan mampu. Ibunya bilang, ia dan Dio itu dapat diibaratkan seperti Ari-ari dan bayi. Iya, Dio adalah Ari-ari dari Nathan. Agak tragis namun tidak terelakan.
"Ghue lihath Anhak, Hah ... " Nafasnya terengah, dadanya terasa sesak dan berat. Meski agak kesulitan mengatur kalimat disaat nafas yang tidak teratur, Dio tetap melanjutkan pertanyaan yang terus bersarang di keoalanya sejak kemarin. "anak tetangga lo cantik juga. Tapi, kenapa Tante Sella nggak pernah cerita kalau punya anak perempuan? Cantik lagi." ujar Dio yang telah bernafas dengan benar.
"Maksud lo?" Sebenarnya Nathan malas meladeni perkataan Dio, namun karena penasaran apa boleh buat.
"Kemarin malam sewaktu gue bawa pulang motor lo berdua Simon, ada perempuan cantik berdiri di balkon lantai dua samping kamar lo." Dengan panjang lebar Dio menjelaskan, hingga mereka sampai di parkiran. "walau kurang jelas, tapi gue yakin kepalanya diperban, anaknya habis kecelakaan?"
"Lo mabuk?"
"Hah?"
Nathan menghentikan langkahnya, membuat Dio ikut serta dan menghadap sang teman sepenuhnya. Kali ini reaksi Nathan agak membuatnya gelisah, raut berpikir lelaki itu jujur saja sangat mengganggu. Untuk takaran manusia yang jarang terlihat berpikir, ekspresi Nathan saat ini entah kenapa membuat Dio merinding.
"Ck! ... "
Bruk!
Sembari memasuki mobil, Nathan berujar, "Tente Sella hanya punya satu anak, memang betul perempuan. Hanya saja itu 7 tahun yang lalu, sebelum dia meninggal karena bunuh diri dari balkon yang lo lihat."
KAMU SEDANG MEMBACA
OVIANNA
General FictionSungguh memuakkan. Kalian semua adalah manusia yang sangat memuakkan. "Jika sudah seperti ini... bukankah lebih baik mengabulkan keinginan mereka? Hadiah dari orang yang sedang berulang tahun, heh?" Berdiri dari duduknya, Via menatap ujung jalan y...