Selamat membaca...
*
—Bab 8: Hilang—
*"Ada perkembangan?"
Mada mulai angkat suara setelah semua orang selesai dengan makan malam. Sekarang, ia dan Saka tengah berada di ruang kerjanya dan Saka jelas mengerti ke mana arah pembicaraan yang Mada maksud.
"Nggak ada Pa, nggak ada jejak." Suaranya tercekat, air liur yang ia telan tak masuk dengan benar ke tenggorokannya. "kalau memang dia kabur, dia nggak mungkin meninggalkan biola Mama di toko Paman Jo. Kemarin Saka ke sana untuk bertanya, apa Via pernah datang kembali setelah hari itu," Menarik nafas berat, Saka menjeda perkataannya karena apa yang akan ia katakan selanjutnya adalah hal yang paling tidak pria itu harapkan terjadi kepada gadis itu.
"Namun enggak, Paman Jo belum melihat Via lagi. Anak itu nggak pernah bisa jauh dari biola Mama, Pa."
"Kemungkinan yang terjadi saat ini adalah anak itu diculik. Dari pihak kepolisian juga masih menyelidiki lebih lanjut dan nggak ada petunjuk berarti sejauh ini, mereka tengah menyelidiki lokasi terakhirnya ketika bersama kamu." Mada memandang lekat putra sulungnya setelah meresap kalimat yang terujar oleh sang anak.
Menunduk, hanya itu yang bisa Saka lakukan setelah mengatakan apa yang papanya ingin dengar. Merasa bersalah? Tentu saja. Meski ia tidak menyukai gadis itu, bukan berarti ia tidak memiliki hati nurani. Ia tidak pernah membenci Via. Hanya saja, setiap kali memandang anak itu, ia terus saja diingatkan kembali dengan sang Mama yang telah meninggalkannya.
Bayang-bayang wajah pucat tanpa warna sang Mama dengan mata yang tertutup setelah melahirkan gadis itu masihlah melekat di ingatannya. Padahal sebelum memasuki ruang persalinan, sang Mama masihlah berbicara padanya dengan tersenyum lebar.
"Benar-benar menyusahkan!"
Saka tersentak menatap lekat sang Papa seketika. Cukup tak terima dengan perkataan kasar itu namun ia tidak bisa protes.
Mada mengusap wajahnya kasar. "Bilang pada mereka untuk menutup kasus ini kalau memang masih nggak ada perkembang selama dua hari ke depan."
"Tap—"
"Keluar Saka, istirahat" Mada mengusir sang anak tanpa mau dibantah. "bukannya minggu depan kamu ada ujian? Jangan buat Papa kecewa karena nilai kamu yang menurun, Saka."
"Iya, Pa." Saka menurut bukan berarti ia menyetujui keputusan sang papa yang ingin menghentikan pencarian adiknya begitu saja.
Bunyi pintu tertutup menadakan sang anak sulung sudah keluar dari ruangan yang tiba-tiba pengap ini. Hans,menatap lekat figura sedang di samping kanannya.
Madala Admadja & Megumi Aiko
Senin, 03-07-20xx
Potret pernikan antara putra tunggal Admadja dan putri sulung dari keluarga Megumi yang berkebangsaan Jepang. Sudah dua puluh empat tahun usia pernikahan mereka. Dan tak terasasudah tujuh belas tahun ia ditinggal menduda.
Dilain tempat pada waktu yang sama, situasi tegang menyelimuti perkumpulan orang yang tengah bersiap mendengar kemungkinan-kemungkinan buruk di otak mereka.
"Seharusnya." lirih Paris melanjutkan perkatannya yang belum selesai dengan tangan yang menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Mas!"
"Paris! Jelaskan dengan benar!" Matanya menatap tajam keponakan nakalnya itu. Seharusnya ia tak bisa langsung percaya pada ucapan wanita dengan raut menyebalkan di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVIANNA
General FictionSungguh memuakkan. Kalian semua adalah manusia yang sangat memuakkan. "Jika sudah seperti ini... bukankah lebih baik mengabulkan keinginan mereka? Hadiah dari orang yang sedang berulang tahun, heh?" Berdiri dari duduknya, Via menatap ujung jalan y...