The Past

32 8 1
                                    

Park Jongseong (Jay) » Raden Jafra Mahendra

lcvsunshine

OC » Jiana

⌗⌗⌗

Hal yang cukup lumrah kala Jiana duduk di samping pusaran berwarna putih yang dipenuhi oleh bunga-bunga daisy putih setiap minggunya ── sejak satu tahun terakhir lebih tepatnya.

Satu, dua bulan pertama ia akan selalu menangis ketika berkunjung ── memohon kepada Tuhan bahwa kenyataan yang berada dihadapannya adalah sebuah mimpi buruk dan ia akan bangun dan menjalani kehidupan seperti semula ── nyatanya tidak.

Kehidupannya bukanlah sebuah mimpi namun kenyataan yang seharusnya ia terima dengan lapang dada walaupun diliputi oleh rasa penyesalan yang tak akan pernah berakhir.

Ibaratnya seperti sajak yang pernah mengatakan “ Penyesalan selalu datang diakhir ” mungkin itu yang ia rasakan saat ini.

Setiap lampu kamar mati kalimat andai selalu menjadi bungan tidurnya ── kalimat yang selalu yang selalu membuatnya terluka ketika merangkai sebuah kalimat pengantar tidur.

Seperti contohnya : andai malam itu ia tak pulang bersama dengan ayahnya dan  membiarkan sang kekasih berjalan sendiri menghampiri sebuah atm hanya untuk membayar empat mangkuk gulai kambing di pinggir jalan.

Seperti malam itu hangat ── gulai, tawa, kota, kata, dan kita ── Raden Jefra  Mahendra dan Jiana Putri Lestari.

“ Enak engga An gulai langganan aku sama bapak? ” Tanya Raden seraya menyingkirkan satu mangkuk gulai keduanya lalu beralih kepada mangkuk gulai yang ketiga.

“ Enak, enak banget malah. Tapi kamu emang engga kolesterol makan tiga mangkuk gulai sendiri?, belum lagi ngambil sate ususnya berapa tusuk tadi?, itu lagi udah habis tiga telur asin. Aku aja yang makan dari tadi belum kelar-kelar lah kamu malah udah abis tiga mangkuk ” Cerca Jiana menatap takut kearah pacarnya itu.

Gadis yang digadang-gadangkan akan segera menjadi dokter itu tidak sanggup membayangkan berapa banyak lemak yang akan di milik oleh pacarnya itu.

“ Ini ya Ana sayang ku, kata bapak dulu sehat emang mahal tapi kalo urusan perut itu harus didahului ── EHH ITU DIHABISI DONG SAYANG ” Sentak Raden yang melihat sang kekasih hendak menyudahi acara makannya.

“ Ih kamu jangan teriak-teriak, perasaan dari dulu demen banget jadi pusat perhatian orang-orang ”

Raden tertawa kecil menanggapi perkataan kekasihnya itu ── sejak ia diam tiba-tiba saja perkataan sang bapak tempo hari terlintas dalam akalnya.

“ Lek mangan di enteke engko pitik e mati ”
 
Sekiranya begitu yang dapat Raden ingat ── ia orang yang mudah melupakan segala hal.

“ Eh ana sayang itu di habisin entar ayam mu mati loh ”

“ Den?, kamu demam ya?, orang aku engga punya ayam sama sekali ”

Rahang bawah Raden jatuh ── akalnya seolah lupa bahwa ia telah menjalin hubungan dengan seorang anak pemilik perusahaan ternama di kotanya.

⌗ Corn Jay ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang