"Benar-benar sialan."
Gadis berhodie hitam itu memandang lurus ke depan dari seberang jalan, tepatnya ke arah jendela besar sebuah cafe yang menampakkan sosok sejoli yang sedang berciuman.
Mata gelapnya jelas menggambarkan setumpuk kekecewaan, untuk beberapa saat seolah bisa membunuh orang. Pelukannya terhadap buku yang gadis itu bawa menjadi lebih erat.
Rukmi tidak pernah berpikir akan ada hari semacam ini. Hari dimana orang yang di percayainya akhirnya menghianatinya juga. sekeras apapun Rukmi menyangkalnya, ia tidak bisa untuk tidak mengatakan bahwa ... Ini gila. Benar-benar gila.
Niat hati ingin ke apartemen temannya---Gwen yang seorang penulis untuk sekedar memprotes novel terbarunya yang terlampau sampah, Rukmi malah harus di buat syok karena ternyata Gwen tidak lebih sampah dari tulisannya.
Emosi membuncah yang Rukmi rasakan bahkan membuatnya tidak sadar berjalan cepat menuju ke arah cafe.
Lonceng tanda tamu berbunyi. Perasaan ingin mencaci maki makin berkobar-kobar
Saat melihat dua anak manusia yang menjadi targetnya saling tertawa melemparkan candaan."Dasar sampah!"
Rukmi langsung berteriak murka sesampainya di tempat duduk dua orang yang ia tuju. Tentu saja membuat kedua orang itu terkejut akan kehadiran Rukmi yang tiba-tiba."Rukmi?"
"Sayang?"
Gwen dan Arlan---pacar Rukmi menyahut bersamaan, tidak menyangka akan menemukan Rukmi memergoki mereka seperti saat ini.
Bersamaan dengan banyaknya pasang mata yang mulai tertarik dengan kegiatan mereka, Rukmi melempar buku yang ia pegang tadi ke atas meja, setidaknya cukup untuk membuat orang-orang yang menyaksikan menarik kesimpulan bahwa akan ada keributan besar.
"Rukmi aku bisa jelasin---"
Arlan pucat pasi, cowok itu lansung berdiri dengah wajah tampak memelas mencoba menjelaskan sesuatu kepada Rukmi, tapi gadis bermanik gelap itu lebih dulu berteriak,"Apa yang mau lo jelasin?! Seenggaknya kalo selingkuh jangan cipokkan di depan umum sialan!"
Wajah Rukmi menggelap, tidak habis pikir dengan jalan pikiran dua orang dihadapannya.Rukmi yang sejak awal memang ingin memukul bertambah kesal ketika Arlan hendak kembali bersuara memberi pembelaan. Namun sebelum Arlan sempat membuka mulutnya lagi, Rukmi yang muak lebih dulu memberikan bogeman.
Bukannya menghindar Arlan malah seolah pasrah, berpikir kepalan tangan Rukmi yang kecil tidak akan 'menyakitinya'. Namun tanpa diduga Arlan malah mimisan dan setelahnya ... pingsan.
Pingsan?
Bukan hanya orang-orang yang melihat saja yang terkejut, Rukmi yang sebagai pelaku pemukulan bahkan juga mengerjap bingung. Gadis itu menatap bergantian Arlan yang terkapar dan kepalan tangannya sendiri yang membiru---tidak menyangka akan kekuatan terpendam dalam dirinya meskipun akibatnya jari-jari Rukmi seolah mati rasa.
Sadar dari pikirannya, Rukmi mengalihkan pandangan ke arah Gwen yang masih mematung di tempatnya, agaknya merasa kaget juga seperti Rukmi. Badan cewek itu bahkan sampai gemetar.
"Jadi lo pilih yang mana?"
Rukmi menyeringai sambil menunjukkan tangan kanan dan kirinya yang membentuk telapak tangan terbuka dan kepalan tangan, seolah mengatakan 'lo mau mati di tampar atau di tonjok?'Walaupun masih syok, Gwen mengalihkan pandangannya dari Arlan yang masih terkapar ke arah Rukmi, bangkit dari duduknya dan memandang bengis gadis bermanik kelam itu meskipun jujur saja berusaha mati-matian menekan rasa takut dengan keadaan Arlan.
Melihat keberanian Gwen tentu membuat Rukmi bertambah jengkel jadinya. Seharusnya di keadaan seperti ini Rukmi yang marah, namun ntah kenapa Gwen malah tampak lebih berang ketimbang Rukmi sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE TO SURVIVE
Jugendliteratur#TransmigrasiSeries1 Rukmi Humeera masih bisa 'baik-baik saja' ketika pacar dan sahabatnya mengkhianatinya dari belakang. Bahkan setelah pulang dari pemergokkan perselingkuhan sahabat dan pacarnya, Rukmi masih bisa menyumpah serapahi Bram---ayahnya...