say yes, say yes!

2.5K 285 84
                                    

.
.
.

kuy ramein,
hope you like it ♡

.
.
.

Terpeleset. Terpeleset kulit pisang baru [Name] rasakan detik ini, selama umur hidupnya.

Seperti apa nampaknya rupa orang brengsek yang membuang sampah sembarangan di kota se-asri ini?

Waktu dan tempat hampir menjadi saksi bisu detik-detik terakhir [Name] bernafas.

Kelak setelah kejadian ini, [Name] bersumpah tidak akan lagi berdiri melamun dipinggiran jembatan yang terdapat ceceran kulit pisang, ataupun hal licin semacamnya. Namun jika melihat keadaannya sekarang, sepertinya tidak akan ada lagi kalimat 'setelah kejadian ini'. sebab secara praktek, dirinya sedang berada di ambang kematian.

Hanya bergelantungan pada besi bawah pinggiran jembatan, dan mengandalkan kekuatan tangan yang sewaktu-waktu bisa kebas, kira-kira berapa detik lagi dirinya akan bertahan?

Inikah saat yang tepat untuknya berteriak meminta tolong?

[Name] ragu. Kebetulan sekali, malam ini tidak ada orang dan kendaraan yang berlalu-lalang. Mungkin ia hanya harus pasrah dengan takdir Tuhan, bukan?

Diwaktu yang bersamaan, lima meter dari tempatnya berada. Seorang gadis kecil berkemampuan esper, mendengar suara hati [Name]. Anya menarik-narik ujung lengan baju ayahnya. Dengan sigap memberitahu bahwa ada seseorang yang membutuhkan uluran tangan.

"Ayah, ayah! Ada cewek yang bergelantungan di besi bawah jembatan. Kayaknya butuh pertolongan! Cepat, ayah!"

Loid sedikit tersentak dengan penuturan putrinya. Ia memutar bola matanya dengan cermat, dan...

ketemu!

Anya tidak sedang berbohong. Derap langkahnya ia percepat, agar segera menjangkau tubuh perempuan tersebut.

Prosesnya berlangsung begitu cepat. Entah metode agen rahasia seperti apa yang Loid terapkan, sehingga perempuan itu kini telah beralih dalam dekapannya.

[Name] sendiri baru sadar saat dirinya sudah dibawa menjauh dari TKP. Terselamatkan oleh seorang pria tampan, tentu bukanlah hal yang buruk. [Name] benar-benar bersyukur, setidaknya untuk saat ini.

"Tuan, ku ucapkan terima kas--"

"Tindakan yang bodoh! Semudah itukah bagi anak muda untuk menyia-nyiakan nyawa?"

[Name] tidak mengerti dengan apa yang dikatakan pahlawannya itu. Nampaknya ada sedikit kesalahpahaman.

"Hah? Tapi tuan, aku tidak--"

"Mata yang sembab, prakiraan usia sekitar 18-20 tahun, tinggi badan 148 cm, pakaian lusuh, rokok lepek akibat remasan tangan yang refleks, serta penampilan yang terlihat awut-awutan. Kau... apa kau sedang dalam fase depresi, dan ingin mengakhiri hidup?"

Speechless. Rupanya pria tersebut benar-benar mengira bahwa dirinya akan berbuat hal serendah itu. Yah, meskipun ada poin-poin yang tidak terbantahkan juga, sih.

[Name] menetralkan nafasnya. Mengambil ikat rambut kecil disaku mantel musim dinginnya yang memang lusuh, lalu mengikatnya ala ponytail.

Dirasa sudah siap untuk menjawab pertanyaan si pria, [Name] pun mengulurkan tangannya.

"Namaku [Name]. Aku berterimakasih yang sedalam-dalamnya padamu, Tuan. Anda benar soal diriku yang tengah frustasi dengan kehidupan. Namun, aku tidak seburuk yang Tuan pikirkan. Masih ada beberapa hal bagus, yang ingin ku saksikan di dunia ini."

OH, MY BABYSITTER! || ʟᴏɪᴅ ꜰᴏʀɢᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang