MISSION 1 : notice me!

1.2K 178 89
                                    

.
.
.

Enjoy Reading ♡

.
.
.


"Kerajaan Desmond telah berhasil di luluh lantakkan. Dengan ini, mereka berada di bawah kekuasaan kekaisaran Westalia. Kami juga membawa beberapa wanita muda yang dirasa cocok untuk dijadikan pelayan, hingga selir. Anda boleh memeriksanya, yang mulia..."

"Baiklah, bawakan wanita-wanita itu padaku."

Netra yang tadinya bergerak bosan dan lurus-lurus saja, akhirnya bersitatap dengan dara yang terlihat pura-pura pasrah, padahal dalam relungnya ingin sekali ia membumihanguskan kerajaan yang sudah merenggut semuanya darinya. Ia terlihat begitu lusuh dan pucat, namun pesonanya tidak dapat disembunyikan.

Benar-benar harta peninggalan Desmond.

"Siapa namamu?"

"...."

"Oi! yang mulia bertanya padamu, tahu!"

Ujung pedang diangkat, lalu menyentuh dagunya, mengakhiri kebungkaman gadis itu.

"...[Name]"

Raja Forger ke XIV menyeringai. Mainan barunya sangat eksklusif dan menarik.

"Masukkan dia ke ruangan ku!"

"Akan kami lakukan, yang mulia."

--

"Apa yang mau kau lakukan, nona!"

"Aku tidak ingin menjadi gundik di negeri mu! Lebih baik aku melenyapkan diri!"

Wanita cantik nan gila itu tidak main-main. Kilatan amarah di iris (e/c) nya bukan bualan semata. Orang dengan kepribadian yang kuat sepertinya, akan melakukan apapun demi harga diri. Terlalu naif dan arogan. Loid terkekeh sombong. Ia harus berterimakasih pada para prajuritnya karena berhasil menemukan barang yang bagus.

Berkat latihan 'keras' agar menjadi pangeran idaman setiap harinya, tubuh Loid pun cekatan menyelamatkan sang gadis. Mereka terpelanting ke belakang, dengan [Name] yang terjatuh di atas raganya.

"Kau mengingatkan ku pada bunga petunia, [Name].

...pucat, namun demikian memesona. Hiduplah bersamaku, lalu kau akan jatuh sedalam-dalamnya."

[Name] merinding. Jari telunjuk Loid menelusuri setiap inci pahatan wajahnya. Semua kalimat yang diucapkan pria itu mampu melumpuhkan otaknya. Ia membenci situasi ini. Ia membenci dirinya yang tak bisa melakukan apa-apa. Ia butuh kekuasaan untuk membalikkan keadaan. Untuk saat ini, Ia hanya bisa pasrah. Membiarkan dirinya tenggelam dalam monopoli yang diciptakan sang kaisar, Loid Forger. Dengan amunisi terakhir, [Name] pun mengulas senyum mematikannya.

"Aku mengutuk mu. Di kehidupan kita berikutnya kau yang akan bertekuk lutut padaku, tuan!"

--

"Loid-san... Saatnya makan malam, Loid-san!"

"Ayah, ayo cepat bangun! Lihatlah seragam super imut Anya!"

Goncangan dari Anya membuat Loid tersadar sepenuhnya. Kepalanya sedikit pusing. Ia tidak pernah lagi merasakan tidur nyenyak hingga terbuai mimpi, setelah menjadi agen petang. Tidak seharusnya mata-mata profesional membiarkan dirinya lengah, mana terlelap di meja makan, lagi. Terlebih, mimpi barusan lumayan cringe untuknya. Ia melirik ke arah [Name] dengan celemek yang sudah di dominasi noda makanan, lalu gadis itu mulai menaruh piring-piring di hadapannya. [Name] membalas tatapannya. Tersenyum kecil sambil terus melakukan pekerjaannya. Loid mengacak rambutnya frustrasi. Kenapa bisa [Name] mencuri mimpi dan konsentrasinya?

"Ayah bajingan! Tidak cukup hanya dengan satu istri." Anya hanya bisa bergumam dalam hatinya.

Gadis kecil itu merasakan ada hal lain antara Loid dan babysitter nya. Yah, walau Anya sendiri tidak masalah sih, jika kelak punya dua ibu. Asal uang jajan terus mengalir dan kedua ibunya akur-akur saja, mungkin Ayahnya tetap bisa melindungi perdamaian dunia.

"[Name]-san, Anya-san... ayo cepat bergabung, nanti hidangannya dingin, loh!"

Ujar Yor tulus. Nyonya nya itu baik hati sekali. [Name] jadi segan untuk menikung. Padahal baru sore tadi, Yor berceloteh tentang pernikahannya dengan mas Senja, yang terjadi karena sebuah ketidaksengajaan. Sepertinya Yor keceplosan. Saat itu juga [Name] langsung memperkirakan peluang yang dimilikinya untuk mendapatkan hati si Tuan. Ah, perasaannya memang masih abg labil.

"Wah, masakan mu selalu konsisten ya, [Name]-san. Enak sekali. Lihatlah Anya-san sampai lahap begitu."

"Ui... " Pipi si esper cilik menggembung penuh makanan. Mengingatkan [Name] pada balon besar yang akhirnya meletus sendiri karena ukurannya. Anya bergidik ngeri. Mengapa pikiran para penghuni rumah ini sungguh random dan menyeramkan.

"Ahaha, tidak begitu Yor-san. Aku senang jika kalian menikmatinya"

"Tentu saja. Mungkin lucu jika aku menjodohkan mu dengan adikku!"

Senja menyemburkan kopinya ke samping. Entah apa yang terkandung dalam perkataan Yor, sehingga membuatnya tersedak. Semua orang di meja menghentikan aktivitasnya, lalu menatapnya. Hanya Anya yang perhatian memberi minum pada Loid.

"Terimakasih, Anya. Lanjutkan lagi makan mu."

"Ui..."

"Loid-san... kau tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa Yor-san. Aku hanya tersedak"

[Name] memperhatikan ekspresi Yor saat berinteraksi dengan Loid. Sepertinya perempuan itu juga sudah jatuh pada sang adam. Tunggu, apakah tuan Senja benar-benar mempunyai perasaan yang sama pada Yor? Mengingat hubungan keduanya adalah settingan.

"[Name], darimana kau mempelajari keterampilan memasak mu?"

"Eh? Hal ini murni otodidak saja, Tuan. Dulu aku sering ditinggal bekerja oleh orang tuaku. Jadi aku terbiasa mengurus urusan rumah."

"Heee... Kau hebat [Name]-san! Aku yang sempat kursus saja masih kalah telak dengan skill memasak mu."

[Name] merasakan hatinya menghangat, terlepas dengan hal apapun yang terjadi di keluarga ini. Sungguh, penghuninya merupakan orang-orang baik. Sangking baiknya, Ia sampai dengan mudahnya jatuh cinta pada tuannya tersebut.

"Yor-san benar, [Name]. Sepertinya Mood ku akan bagus jika kau memasak setiap hari untuk kami."

Tuh, kan! Senyuman sialan itu lagi...

Poor [Name].

***

Fufu~ Aku jadi punya ide nista ngebuat abang Yuri sedboi di chapter depan 😏

Terimakasih buat yang udah mampir ♡

Author tunggu vomennya loh, minna!

OH, MY BABYSITTER! || ʟᴏɪᴅ ꜰᴏʀɢᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang