FINAL MISSION : complete mess [END]

1K 92 24
                                    

.
.
.

Enjoy Reading!

.
.
.

Ten years ago...

'Bagaimana, apa yang kau peroleh di hari pertama mu mengamati Berlint? Apa gerak-gerik ekstremis sudah terdeteksi?'

Suara sang lawan bicara di telepon terdengar begitu menuntut. Sylvia Sherwood. Handler satu itu memang tidak tanggung-tanggung jika memberinya misi. Loid menghela nafas, bahkan untuk mata-mata se-cekatan dirinya pun, ia perlu mengeksekusi misi secara step by step.

Keruwetannya semakin menjadi saat bocah perempuan kumal menangis kencang disamping ia berdiri.

"Kau... tenanglah sebentar! Aku dan lawan bicara ku di panggilan ini sedang merencanakan perdamaian dunia."

Mendapat tatapan sedingin es oleh pemuda jangkung disebelahnya, tangisan bocah itu bertambah beberapa oktaf. Dengan terpaksa ia memutus panggilan telepon dengan sang handler. Mengantisipasi kalau-kalau gendang telinganya bakal pecah.

"Bocah, apa masalah mu? Balon mu terbang terbawa angin? Jika kau terus menangis, maka tidak akan ada hari esok untukmu. Dunia sedang bergantung padaku!"

Tangisannya terhenti tanpa syarat. Gadis itu balas menatap remeh pada Loid.

"Sepertinya masalah mu jauh lebih berat. Omongan paman terdengar seperti orang yang sedang melantur."

Senja geram. Selama ini tidak ada yang pernah meragukan profesinya. Namun, bocah ini...

Dirinya disamakan seperti orang tak waras oleh bocah tengik ini. Raga kecil itu berhasil meruntuhkan moodnya seketika. Ia jadi tidak mau berlama-lama dengan gadis kecil itu. Meskipun begitu, Senja merasa tetap harus menolong bocah yang kelihatannya sedang kesusahan tersebut.

"Ya, lupakan saja. Lalu bocah... kenapa menangis se-histeris itu?"

Dengan masih berlinang air mata, gadis kecil menunjuk ke arah pohon Ek besar yang menjulang tinggi di depan mereka berdua. Telunjuknya mengarah pada salah satu dahan pohon yang terdapat fedora, di ujungnya.

"Maksudnya, topi fedora mu nyangkut di atas dahan sana?"

Bocah mengangguk-angguk kecil. Beberapa saat kemudian ia membuka suara.

"Kamu nanya? Jika benar paman pelindung dunia, maka seharusnya pekerjaan mengambilkan topi adalah hal yang remeh, bukan?!"

Owalah, cuma bocah prik toh.

"Kalau begitu ambil sendiri. Aku banyak urusan."

Gadis kecil mengkesal. Ia harus menyulut emosi pria itu lebih dalam lagi, agar termotivasi untuk mengambilkan topinya.

"Paman, kau harus memanfaatkan tinggi badan mu untuk membantu anak kecil sepertiku"

Sebenarnya Senja sama sekali tidak termotivasi. Ia hanya sudah enggan jika harus mendengar ocehan bocah itu lagi.

Ia menghela nafas. Mengangguk setuju dan segera melancarkan operasi mengambil topi diatas pohon.

Alat semacam tongkat Senja keluarkan dari saku dalam coat nya. Ia menekan tombol 'up' lalu besi yang mirip tongkat pesulap itupun memanjang secara otomatis. Menyesuaikan ketinggian yang akan ia capai.

Dengan sekejap, ia mendapatkan topi tersebut tanpa usaha yang berarti. Berterimakasih lah pada alat canggih seorang agen rahasia.

Bocah masih terkagum-kagum bahkan saat senja menyerahkan fedora itu ke genggamannya. Sedang Senja meremas pelan puncak rambut gadis kecil hingga ia menoleh sepenuhnya pada si agen petang.

OH, MY BABYSITTER! || ʟᴏɪᴅ ꜰᴏʀɢᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang