SPECIAL MISSION : ruin the play date!

1K 138 67
                                    

.
.
.

Enjoy Reading!

.
.
.

[Name] bersenandung kecil melihat pantulan dirinya di depan cermin. Terusan cantik berwarna peach, dengan motif floral dress begitu melekat pas pada tubuhnya. Ia jadi sedikit menelisik curiga pada Yuri. Bagaimana tidak. Lelaki itu seperti bisa menerawang size pakaian, warna, dan bunga favoritnya. Stalker?

Ia saja masih bingung dengan ke-ambiguan profesi penghuni apartemen Forger.

Sepertinya ia memang terjerumus ke sirkel orang-orang dengan kemampuan diatas wajar. Ugh, ucapkan sayonara pada kehidupan normal. Surai (h/c) nya ia biarkan tergerai begitu saja. Dengan sentuhan akhir sapuan bedak dan polesan lipstik yang terkesan natural, namun semakin menambah keayuan pada wajahnya.

Oke, sekarang [Name] bisa mengamankan posisinya sebagai istri kedua. Ralat. Maksudnya ia bisa kencan dengan lancar bersama Yuri, lantaran penampilan maksimalnya.

Pintu kamar yang berjarak sekitaran satu meter dari meja tempatnya bersolek, terbuka perlahan. [Name] refleks menengok pada sosok yang tengah mengerucutkan bibir padanya. Anya melirik figurnya dari kaki hingga kepala. Bocah itu sedikit terpana sesaat melihat [Name] yang demikian cocok dalam balutan dress bunga-bunga. Menyadari ekspresi Anya terhadap dirinya, [Name] jadi percaya diri akan kesuksesan kencan pertamanya. Dengan lembut, ia membawa makhluk kecil tersebut ke dalam pangkuannya.

"Anya kenapa?" Tanya [Name] sambil menyisiri rambut sang esper cilik. Sedangkan si empunya balas menatap wajah [Name] yang terefleksikan dalam cermin. Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Anya baik-baik aja. Dan akan lebih baik-baik aja kalau kak [Name] ikut menemani latihan Anya, nanti." Sudah jelas ada nada gelisah yang tertuang dalam jawaban Anya. [Name] ingin anak itu memperjelas maksud perkataannya.

"Kenapa begitu? 'Kan ada mama Yor yang akan
mendampingi sekaligus jadi coach-nya Anya?!" Rentetan pertanyaan dari babysitter yang tengah mencepol rambutnya tersebut, membuat Anya semakin kesal. Ia berbalik langsung ke depan wajah [Name], dan membisikkan sesuatu yang menurutnya krusial.

"Kalau mama yang memimpin training Anya, itu bukan lagi latihan melempar bola. Mungkin saja akan berubah jadi latihan militer!" Jelasnya dengan raut super serius. Membuat [Name] terkikik geli.

"Mana mungkin mama Yor menyiksamu seperti itu, sayang!" Tegas [Name] sambil mencubiti pipi favorit di hadapannya.

"Ugh, Ayolah.. batalin aja kencan kak [Name] dengan paman!"

"Nggak sopan batalin janji begitu aja, Anya. Lagipula aku sudah mengantongi izin dari ayahmu untuk keluar rumah."

Anya tidak bisa berbuat apa-apa mendengarnya. Ia cuma berharap, semoga Yor tidak mengeluarkan unsur sadistik dalam pelatihannya nanti.

"Anya, plis jangan ngambek. Pulangnya kak [Name] bawain macam-macam camilan dari kacang, deh?

...sebagai ucapan terima kasih juga karena udah nemuin paketan dress ini di tong sampah." Bujuk [Name] lalu mengedipkan matanya genit pada Anya. Iris Anya langsung berbinar disertai anggukan persetujuan atas tawaran menggiurkan [Name].

"Ui! Super setuju! Nikmati kencan mu, kak [Name]!" Kemudian anak itu melepaskan diri dari rangkulan [Name]. Ia beranjak pergi dan melambaikan tangannya penuh semangat.

Dewi keberuntungan sepertinya enggan mengitari Loid.

Kemasan paket beserta buket bunga kiriman dari Yuri yang sempat ia masukkan dalam tempat sampah, ditemukan oleh Anya yang hendak membuang bungkus snack kacang pada hari itu.

OH, MY BABYSITTER! || ʟᴏɪᴅ ꜰᴏʀɢᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang