[Bagian lima : Mimpi Buruk]
.
Ditulis oleh @onaiko_97
Revisi oleh @veeleander.
Beberapa hari berlalu setelah pembagian asrama, setiap murid sibuk berbincang-bincang. Diana yang sedang mengambil minuman di cafetaria, melihat para siswa asik mengobrol sampai mereka tidak sadar dia lewat. Setelah dari cafetaria, Diana berjalan menuju tangga ke arah ruang supervisor.
Di sepanjang koridor, ia kembali melewati murid-murid Fortem yang lagi-lagi berbincang serius, hingga mereka tidak sadar Diana menyapa mereka. Tak sengaja, Diana mendengar bahwa mereka sedang meributkan tentang mimpi buruknya.
Mimpi buruk? Diana membatin penuh rasa ingin tahu.
'Clak
Pintu terbuka, suaranya mengalihkan perhatian seisi ruangan yang sedang memeriksa data sambil bercanda sesekali. Diana mengangkat tangannya, memberi sapaan ringan. Ia berjalan mendekat ke arah mereka.
"Huft— mereka kenapa sih? Serius banget ngomongin tentang mimpi doang, berjamaah pula. Aku jadi kayak hantu," keluh Diana dengan kesal, sambil menjatuhkan dirinya ke kursi lalu meneguk minumannya.
"Cocok sekali Kakak jadi hantu. Ngomong-ngomong soal mimpi, emang Kakak enggak ngalamin mimpi buruk berturut-turut?" tanya Kota dengan wajah yang penasaran.
"Kamu juga, ya! Hah, ya aku ngalamin sih. Tapi bukannya ini aneh banget?" Diana membalas dengan nada heran, Kota mengangguk bersemangat."Ah, iya... Saya dengar sih begitu. Tapi semoga saja bukan apa-apa..." balas Udin yang berusaha menenangkan keadaan. Pada kenyataannya laki-laki itu turut merasakan ada yang tidak beres, namun ia ingin lebih mencegah kepanikan dan keributan.
Kanai memiringkan bahunya, lalu menambahkan, "Iya. Kayaknya ada yang nggak beres?"
"Tetap saja. Kita tidak boleh menganggap sepele hal ini, sangat janggal jika semua orang mimpi buruk bersamaan. Kalau ada sesuatu lapor saja, jangan dipendam sendiri," ucap Elizabeth dengan tegas.
Perkataan itu meninggalkan Udin dengan segala kegelisahannya, tapi pada akhirnya laki-laki itu memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa.
.
7 hari kemudian
Berita aneh mengenai mimpi buruk semakin menjadi-jadi. Siswa-siswi Fortem masih mengalami mimpi buruk yang sama, setelah seminggu berlalu. Sebagian murid menjadi sibuk menceritakan mimpinya pada rekannya. Sebagian menjadi tidak dapat fokus karena kekurangan tidur.
Akhirnya Elizabeth sebagai pemimpin turun tangan dan mengadakan rapat supervisor.
"Baik, kita mulai saja. Beberapa hari ini kita terus-menerus mendengar para siswa mendapat mimpi buruk, tapi sekarang sudah jelas ada sesuatu yang tidak beres. Kita harus cari petunjuk secepatnya, supaya mereka bisa meningkatkan kembali performanya," ucap Elizabeth dengan tatapan serius.
Masalahnya penurunan fokus siswa Fortem, berdampak pada hasil karyanya. Dan secara langsung memberikan efek samping pada warna di Gortenwich. Untuk itu mereka tidak bisa tinggal diam, atau masalah akan semakin besar seiring berjalannya waktu.
"Hmm kalau tidak salah... Ini mulainya dari minggu lalu, alias minggu pertama setelah pembukaan semester baru, kan?" tanya Kanai sambil memegang dagunya.
"Betul sekali! Tepat saat kita selesai membagi asrama," jawab Kota dengan penuh semangat.
Di tengah-tengah sibuknya diskusi, terdengar suara dibukanya pintu ruang rapat. Hal itu jelas membuat mereka berhenti sejenak, dan menoleh untuk melihat siapa yang datang.
Udin berdiri di depan pintu tuang rapat, menundukkan sedikit kepalanya sambil berkata, "A-ah! Maaf saya telat...."
"Darimana saja kamu?" tanya Elizabeth.
"Saya... Sedikit tersesat... Aghh saya lupa ruang rapat dimana—!" jerit Udin frustasi. Ia terlihat lelah dengan bayangan tebal di bawah matanya. Ia segera duduk di tempatnya, lalu mereka melanjutkan diskusinya.
"Hah.... Kamu udah berapa lama nggak tidur? Hmm kamu lihat atau dengar sesuatu yang mengganjal? Sekitar satu sampai dua minggu belakangan ini."
Udin menyentuh kepalanya, mencoba mengingat-ingat sesuatu.
"Melihat atau mendengar...." gumamnya. "Sepertinya ada, tapi saya benar-benar lupa.""Apa yang lain punya teori atau semacamnya?" tanya Elizabeth sambil mengedarkan pandangan ke satu per satu supervisor.
"Fintan?" ucap Kota sambil melihat ke yang lain.
"Awas aja kalo ulah dia. Bener-bener nggak kerjaan banget!" sahut Diana dengan nada kesal.
"Kita di tengah hutan kan? Di dalam hutan banyak mahluk-mahluk magis. Mungkin mereka?" tebak Kanai menaikkan sebelah alisnya. "Bisa jadi, mahluk yang berhubungan. Mungkinkah—peri?" tambah Kota sambil berbisik saat menyebutnya.
"Maksudnya peri malam? Bukannya mereka cuma legenda?" ucap Diana.
Keheningan menyelimuti, mereka merasa sedang mengalami jalan buntu. Lelah karena tidak bisa beristirahat dengan benar, mereka kini dipaksa memutar otak untuk mencari solusi.
"Ah! Waktu itu... Jika tidak salah saat pembagian kamar. Saya sempat dengar suara aneh. Seperti suara bel? Tapi saya lihat dan cari tidak ada apa-apa," ucap Udin yang baru ingat dengan kejadian itu.
Semua orang di ruangan itu merinding. Jika benar-benar berhubungan dengan makhluk magis, mereka akan kesulitan. Apalagi makhluk legenda seperti peri. Elizabeth membubarkan mereka, memberikan perintah untuk menyelidiki lebih lanjut mengenai ini.
Elizabeth menghentikan Udin, "Dan Udin..."
"Iya, Kak?"
"Lain kali kalau ada sesuatu langsung bilang saja."
Udin membisu. Ia tidak tahu masalah yang dianggapnya hanya angin lalu akan mengakar dan menyebabkan banyak kekacauan.
Dan keadaan ini menjadi lebih serius ketika teriakan pilu memecah malam, mengejutkan seluruh Fortem Academy.
.
.To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Fortem Academy
FantasyApa yang sebenarnya terjadi di Fortem Academy setelah melewati krisis? Di dalam sana muncul banyak sekali keajaiban dan malapetaka. Apa kamu penasaran? Mari masuk dan lihat, keajaiban apa saja yang telah terjadi.