06. The Nightmare Fairy (iii)

65 2 0
                                    

[Bagian enam : Membersihkan Fortem Academy]

.

Ditulis oleh @onaiko_97
Revisi oleh @veeleander

.

Keesokan harinya di malam hari, para Supervisor melakukan patroli di sekitar Fortem Academy. Para Supervisor menyebar, supaya semua gedung terpantau. Kota Davidson, bertugas mengeliling di bagian utara.

"Ah... Nggak ada apa-apa," kata Kota, mengangkat hp lalu meregangkan badannya.

"Sama, bagian Selatan juga ga ada yang aneh," sahut Kanai melalui ponselnya di sisi lain.

Elizabeth menghela nafas, lalu menatap jendela besar di ruangan Supervisor. Semua masalah ini berputar-putar tanpa petunjuk—tidak, mungkin ada petunjuk di suatu tempat. Karena itu ia langsung memberi arahan.

"Kalau kalian sudah beres menelusuri semua tempat segera ke ruang Supervisor," perintah Elizabeth.

"SIAP!" jawab semua Supervisor dengan kompak.

Setelah mereka selesai berkeliling, para Supervisor berkumpul. Mereka berada di lantai lima, lantai khusus tempat di mana mereka biasa berkumpul untuk rapat dan membahas banyak hal.

"Tidak ada? Satu pun?" tanya Elizabeth dengan wajah heran.

"Iya, aman, nggak ada apa-apa. Aku udah liat semua di bagian Barat tadi," jawab Diana sambil merehatkan kakinya.

"Baik, besok kita patroli lagi. Ingat, yang teliti. Jika ada sesuatu yang asing cepat lapor. Kalian dibubarkan."

***

Pada hari kedua mereka berpatroli dan tidak membuahkan hasil lagi, laporan yang diberikan dari Supervisor yang berpatroli selalu tidak ada yang aneh, semua berjalan seperti seharusnya. Sedangkan performa murid-murid semakin menurun. Elizabeth merasa semakin resah dan khawatir. Di ruang Supervisor ia mulai mempertanyakan kinerja mereka.

"Kalian benar-benar mencari?" tanya Elizabeth dengan suara dingin. Tatapannya sangat tidak bersahabat, berbeda dari biasanya. Semua supervisor diam dan terkejut.

"Kita harus menemukan petunjuk besok, tidak ada alasan. Kalian dibubarkan!"

Dan hari kembali berganti. Malam pada hari ketiga, Udin yang sedang berpatroli di lorong asrama melihat Rai, murid Fortem yang sedang berdiri di samping pintu kamarnya sambil menatap kebawah.

"Rai? Kamu gapapa?" tanya Udin sambil mendekatinya.

"Tidak, aku tidak bisa tidur... Aku tidak mau tidur, aku tidak mau mengalami mimpi itu lagi," jawabnya dengan suara yang lemas dan menahan tangis, tatapannya tetap kebawah.

Udin bersandar disampingnya lalu mengelus kepalanya sambil berkata, "Maaf... Pasti mimpi itu sangat mengerikan. Kami sedang berusaha mencari sumbernya. Kau merasa ada yang aneh?"

"Aneh... Ya. Belakangan ini aku mencium bau manis, atau mungkin cuma perasaanku," jawab Rai lalu menatap Udin.

"Ah? Aku juga... Kukira itu bau dari murid-murid baru, tapi di lorong ini cuma ada murid lama, benar? Mungkin ini bukan perasaan kita saja... Kau menciumnya di dalam kamar?"

"Iya, kayaknya berasal dari sana. Semakin dekat kamar semakin tercium," jelas Rai.

"Baiklah, terimakasih informasinya. Kami akan berusaha secepat mungkin mengatasi masalah ini. Masuklah kedalam, di sini dingin," ucap Udin sambil tersenyum lalu pergi melanjutkan patrolinya.

Sembari melanjutkan, Udin membuka ponselnya dan melapor. "Barusan saya bicara dengan Rai, dia mencium sesuatu di kamarnya," kata Udin. Sebenarnya saya juga, batin Udin.

"Kamar? Begitu.... Lanjutkan patrolimu, semoga kita dapat petunjuk lebih," jawab Elizabeth.

Dan malam itu mereka menemukan kenyataan yang mengejutkan. Sumber dari bau manis yang dilaporkan asalnya dari serbuk peri. Elizabeth membuat pengumuman lewat speaker sekolah untuk membersihkan seluruh kamar siswa tanpa terkecuali, bukan hanya itu, seluruh kawasan Fortem juga diperiksa.

Hari itu menjadi hari yang sibuk bagi mereka, hingga para Supervisor tersadar mereka melupakan satu tempat yang terpenting. Ruang Supervisor. Dan mereka benar-benar menemukan hal yang sama di ruangan itu—serbuk berwarna merah muda yang menyala dalam gelap.

"Serbuk peri.... NYATA!" seru Kota yang masih tidak percaya, ia menatapnya dengan sangat dekat sambil menundukkan badannya.

"Iya, serbuk peri nyata. Tenang dikit, nanti serbuknya terbang," tegur Diana sambil melirik pada Kota.

"Banyak sekali, di semua kamar ada," komentar Kanai dengan nada terkejut.

"Sudah dipastikan kalau ini adalah sumbernya. Untung saja kita bertindak cepat untuk membersihkan serbuk-serbuk ini," ucap Elizabeth menatap tumpukan debu peri dengan serius. "Tetapi masih ada yang kurang...."

Kota meloncatkan sedikit badannya dan berkata, "Akhirnya, tidur nyenyak! Saya bisa tidur cantik lagi nih!"

"Tunggu," tahan Elizabeth. "Ini masih serbuknya. Kita belum benar-benar menangkap pelaku yang menyebarkannya."

Dan mereka terdiam, mengingat serbuk itu bisa saja kembali kalau mereka belum menyelesaikan ini sampai ke akarnya. Itu adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri segala mimpi buruk di Fortem Academy.

Elizabeth lalu menangkap sosok Udin di jendela, menatap kosong ke arah langit.

"Apa yang kamu—?!" kalimat itu terhenti ketika melihat langit.

Mereka di sini.

.
.
.

To be continue....

Journey Of Fortem AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang