09. Death Game II

48 2 1
                                    

PROLOG : 

WELCOME TO DEATH GAME

oleh veeleander

.

(Hari ke-5 setelah penempatan kamar asrama)

Kamu terbangun di tengah malam, duduk diam sementara teman-teman sekamarmu masih tidur dengan lelap. Mungkin ini karena tidur terlalu awal, atau karena kamu merasa antusias untuk kegiatan hari ini. Hari ini adalah jadwal tur bersama dengan teman-teman sekamarmu, terlebih tidak ada pelajaran.

Itu kabar yang baik, bukan?

Kakimu turun, menyentuh lantai yang dingin. Di mejamu terdapat sebuah salinan map Fortem Academy beserta asrama. Kamu duduk disana sambil memikirkan apa yang akan kamu lakukan setelah ini. Tanganmu terangkat untuk membuka mini pocket, sebuah sistem sihir sederhana sebagai sarana penyampai pesan di Fortem Academy.

Berbentuk persegi panjang transparan yang melayang di udara, masing-masing siswa menggunakan ini sebagai sarana berkomunikasi. Mirip seperti jendela status dalam game, yang berisi deskripsi pengguna, pesan, pengumuman, dan denah sekolah. Kamu juga bisa menyimpan benda-benda kecil di storage.

Setelah puas memeriksa isi pesanmu, yang nyatanya kosong (benar, kamu baru saja mengingat kalau kamu belum sempat bertukar pesan dengan siapa-siapa belakangan), kamu duduk kembali dengan tampang bosan.

Apa yang akan kamu lakukan?

Kamu mencoba menghubungi seseorang lewat mini pocket.

Lewat list data siswa yang ada di dalam sistem, kamu dapat menghubungi siapapun di tempat ini. Tetapi siapa yang akan kamu hubungi?

Kamu memilih menghubungi Udin

Setelah dua menit mengirim pesan, sebuah notifikasi mengejutkanmu. Udin masih terjaga rupanya.

Udin : Halo juga! Saya sedang patroli sekarang, tapi tidak apa-apa jika ada yang mau ditanyakan.

Kamu merasa tidak enak karena mengganggunya. Namun ada satu orang lagi yang muncul di pikiranmu.Kamu memilih untuk menghubungi Ray. Sebuah sapaan ringan yang bersahabat, berisi perkenalan diri dan keinginan untuk menjadi akrab. Sepuluh menit berlalu, kamu mendapati pesanmu sudah terbaca sejak dikirimkan namun tidak ada jawaban dari Ray.

Ah rupanya kamu dikacangi.

Ray hanya melihat pesanmu, lalu menutup mini pocket miliknya seolah-olah tidak ada yang terjadi. Kamu menghela nafas. Setidaknya kini kotak pesanmu tidak kosong, kan? Itu sudah cukup.

Kembali ke tempat tidur, kamu memutuskan untuk tidur kembali hingga jam 6 pagi.

Empat jam adalah waktu yang singkat untuk tidur, saat kamu terbangun untuk yang kedua kalinya, teman-teman sekamarmu sudah sibuk mempersiapkan diri. Nampaknya mereka tidak kalah antusias dengan kegiatan ini. Kamu juga memutuskan untuk bersiap, sementara mereka menunggumu sambil berbincang.

"Oh selamat pagi!" seorang berambut ungu menyapamu.

"Halo Kimi, selamat pagi!" balasmu.

Kimi melambai sambil berlari kecil, menuju tempat teman-teman sekamarnya berada. Mimu yang melihat kamu menatap ke arah mereka melambaikan tangan. Kamu tersenyum padanya, perhatianmu teralihkan tidak lama setelahnya.

Para supervisor tidak terlihat semenjak acara penyambutan. Yang terlihat hanya para tim kedisiplinan yang nampak sibuk kesana-kemari dengan wajah serius, dan hal itu membuatmu merasa tidak nyaman. Seperti ada hal buruk yang akan terjadi.

"Jangan melamun, ayo!"

Kamu mengangguk dan mengikuti teman-teman sekamarmu. Tiap tim bebas pergi kemana saja. Kemana kamu akan pergi?

Kamu memilih untuk mengajak teman-temanmu pergi ke ruang arsip karya.

Ruangan itu berada di lantai yang sama dengan perpustakaan, yaitu lantai empat. Kalian melihat-lihat kelas di lantai tiga lalu naik ke lantai empat untuk memeriksa ruang arsip karya. Di tempat ini, tersimpan banyak hasil karya murid-murid Fortem Academy. Karya-karya yang usianya sekitar 1-2 bulan. Kamu bertanya-tanya kemana karya yang lebih lama, namun sedetik kemudian melupakan itu karena teralihkan oleh komentar-komentar teman sekamarmu.

"Hm, sebentar lagi makan siang, haruskah kita pergi ke cafetaria?" tanyamu.

Teman-teman sekamarmu nampaknya setuju dengan ide itu. Naik turun tangga menguras energi mereka, terlebih bangunan Fortem juga memiliki ukuran yang begitu besar. Di tengah-tengah perjalanan, kamu merasakan getaran yang tidak biasa. Apa yang kamu lakukan?

Kamu memilih untuk turun dan mencari tahu apa yang terjadi.

Getarannya sangat keras, membuat kalian yang sedang berada di tangga menjadi panik. Kamu memutuskan untuk menyelidiki apa yang sedang terjadi.

"Tunggu di sini, aku akan mencari tahu apa yang terjadi," katamu. "Berlindunglah ke tempat yang aman!"

Kamu segera turun dan meninggalkan mereka di sana untuk mencari tahu apa yang terjadi. Sebelum kamu melangkah turun lebih jauh, sebuah tembok besar jatuh tepat di depanmu, menutup akses turun. Kamu melompat ke belakang menghindari tembok itu menghantam tubuhmu.

'Aku pasti mati jika tertimpa itu....'

Di belakangmu, teman-teman sekamarmu melihat kejadian itu dengan wajah pucat. Kalian tidak bisa turun. Saat memeriksa tangga ke kanan, tangga itu juga terblokir oleh tembok besar, menghancurkan sebagian tangganya dan menutup akses pergi ke sana. Satu-satunya jalan yang bisa diambil adalah ke tangga sebelah kiri.

Belum sempat kamu menyelesaikan kalimat itu, sesuatu mengalihkan perhatian kalian. Sebuah pengumuman muncul di mini pocket, pengumuman yang tidak biasa. Tulisan itu berwarna merah, seolah ditulis sebagai peringatan bahaya.

Bibirmu bergerak untuk membaca tulisan itu.

'DEATH GAME TELAH DIMULAI'

Journey Of Fortem AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang