[Bagian empat : Pembagian Asrama]
.Ditulis oleh @onaiko_97
Revisi oleh veeleander.
Lembar baru dibuka, Fortem Academy telah membuka semester kali ini dengan harapan yang besar dan menunggu murid-murid baru penuh semangat. Saat ini, Supervisor sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan asrama untuk para siswa-siswi. Juga menyiapkan data berisi nama, foto, seragam, dan lainnya dari arsip lalu mengumpulkannya di meja. Bersiap untuk saling berdiskusi di dalam ruang rapat.
Kumpulan data para siswa dipaparkan. Akan ada pengacakan kamar untuk siswa dari semester sebelumnya dengan semester baru, untuk itu mereka harus mulai rapat lebih awal. Sekiranya dua jam lebih dulu, dibanding rapat biasanya. Melelahkan? Jelas. Mereka baru saja mengurus pendataan dan kini disibukkan dengan hal lain.
Rapat telah dibuka, penyusunan data berdasarkan gender mulai dilakukan.
"Hmm... Bagaimana kalau supervisor tetap berada di kamar yang sama?" usul Elizabeth."Boleh!" Ucap Kanai dan Kota secara bersamaan.
"Supervisor akan tetap satu kamar? Boleh. Tapi Udin akan bareng tim Owl!" respon Diana, selagi melirik Udin.
"Iya. Pastinya akan dipisah antara laki-laki dan perempuan," balas Elizabeth, tangannya menggeser daftar murid dan beralih ke data lainnya.
"Ahh... Boleh, saya dengan siapa?" tanya Udin setuju.
"Umm, Fintan?" jawab Kanai dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Eh, emang Fintan perlu kamar? Dia mah tidur di loteng aja, saya tau banget dia cocoknya di tempat seperti itu," ucap Kota dengan sedikit tersenyum.
"HEH!!!" Teriak Fintan yang tiba-tiba muncul dari balik tembok dengan kesal sambil memukul meja. Dahinya berkerut, alisnya menukik turun—tidak terima sama sekali.
"Jangan pukul-pukul, berisik tahu. Sana pergi, jangan ganggu! Kau kan memang nggak penting!" hardik Diana, menatap Fintan sambil melipat tangannya.
Fintan pergi dengan sangat kesal sambil berdecak keras-keras. Diana menghela napasnya lalu kembali mendiskusikan pembagian kamar asrama. Sedangkan Kota, di seberang sana, sibuk menertawakan Fintan dalam hati, karena Diana menghardiknya.
Di tengah penentuan kamar untuk murid baru, Udin mendengar sesuatu, perhatiannya menjadi teralihkan.
"Hey? Din? Udin?" panggil Kota. Merasa tidak mendapat respon yang diinginkan, gadis itu lalu menyenggolnya.
"AH! Hm? Maaf. Uh, saya izin dulu... Ada urusan sebentar," kata Udin dengan mata yang terus melirik keluar ruang supervisor.
"Urusan? Kalau begitu jangan terlalu lama." kata Elizabeth dengan alis terangkat, Udin tidak biasanya bersikap seperti itu. Ia menyadari tingkah laku Udin yang tidak biasa namun memilih bungkam dan melanjutkan bacaannya.
"Baik, Kak" jawabnya dan langsung bergegas keluar ruangan mencari sumber suara.
tringg tringgg
Semakin lama suara tersebut semakin menghilang, Udin bergegas mendekati suara tersebut sebelum benar-benar lenyap dengan mengandalkan pendengaran rubahnya. Sumber suara sudah sangat dekat, saat ia berbelok di koridor suara itu langsung hilang.
Heran, Udin melihat dengan jeli, mencari tahu apakah ada sesuatu. Ia mendekati jendela di sebelahnya dan mengecek, jendela tersebut terkunci rapat. Ia melihat sekeliling tidak ada apapun. Dia melihat keluar jendela, tetapi tidak ada apa-apa di luar."Ah... Apa perasaanku saja ya?" renungnya sambil menatap tajam keluar jendela.Ia menghela napas berat lalu berkata "Sebaiknya aku kembali saja..."
Udin pun berjalan kembali ke ruang SPV dengan mata yang melirik-lirik sambil berpikir, suara apa yang baru didengarnya. Udin tidak memberi tahu orang lain dan mengabaikan itu, ia tak tahu sebenarnya yang dia abaikan akan menjadi ancaman untuk para murid-murid.
.
.To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Fortem Academy
FantasyApa yang sebenarnya terjadi di Fortem Academy setelah melewati krisis? Di dalam sana muncul banyak sekali keajaiban dan malapetaka. Apa kamu penasaran? Mari masuk dan lihat, keajaiban apa saja yang telah terjadi.