BAB 11 (ENDING)

4.1K 452 88
                                    

Jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-teman kalian ya🦊
Kalau ada typo tandain ya.

Ini nulisnya sistem kebut. Kalau banyak kurang dan typonya mohon dimaklumi ya. Kapan-kapan bakal direvisi😉

-BAB 11-

|NEVER END|

Hari ritual tiba.

Pangeran Jemiriel dan Varischa dimasukkan ke dalam kereta kerangkeng. Dikurung seperti seekor kera dan tangan yang diikat di belakang tubuh. Lokasi ritual terletak cukup jauh, sehingga perjalanan dimulai dari sore hari menjelang senja dan malam.

Jenderal Savero memimpin perjalanan menyusuri hutan dan bukit-bukit. Kuda-kuda perang menjadi kendaraan yang mereka gunakan untuk menempuh perjalanan jauh. Ratusan prajurit mengawal, pasukan bayangan hitam Pangeran Rugero tampak melayang di langit, mengawal dari atas dan mengantisipasi terjadi sesuatu hal yang tidak terduga. Pasukan perang gaib Pangeran Joefrel juga mengawal dari jarak jauh. Tidak terlihat dan tidak tersentuh oleh apapun.

Depan, belakang, samping kiri kanan, atas, hingga sekitarnya dipenuhi oleh prajurit. Tidak ada jalan keluar sama sekali. Senjata-senjata prajurit juga membuat nyali musuh menciut, pedang-pedang dengan racun mematikan, panah dengan ujung anak panah yang mampu merobek kulit, dan jangan lupakan tombak dengan beberapa mata pisau di sisinya yang dapat menembus tubuh. Di depan sana, ada dua prajurit berbadan besar dan gempal, membawa gada sebesar anak kecil di masing-masing tangan mereka. Seperti raksasa. Mereka biasa dipanggil algojo berbadan besar.

Pangeran Jemiriel menoleh ke kerangkeng belakang yang berisikan Varischa. Ia tak bisa menolong apapun, dirinya juga terkurung di kerangkeng tersebut. Gadis malang yang sudah dianggap seperti Adik sendiri tersebut tampak diam-diam menangis. Bukannya tampak cantik dengan gaun berwarna semerah darah yang kontras dengan kulit seputih susu, Varischa lebih terlihat sangat menyedihkan. Desahan napas putus asa keluar, Pangeran Jemiriel berharap dalam hati agar ada sebuah keajaiban yang datang.

Sore berganti jadi malam.

Langit cerah berganti kegelapan.

Hutan belantara terasa semakin mencekam dan udara semakin mendinginkan tubuh mereka. Namun, itu sama sekali tidak melunturkan semangat para prajurit dalam melakukan ritual. Ya, karena sebentar lagi mereka akan kembali ke peradaban yang lebih baik dan tidak hidup abadi. Hidup abadi tidaklah mudah dilakukan menurut mereka. Bosan hidup dan tidak tahu arah tujuan. Jadi, jangan mencoba-coba meminta kehidupan abadi pada sang pencipta.

Perjalanan yang sangat jauh membuat rasa lelah dan bosan menghantui Varischa. Ia mendongak ke atas, samar-samar, dari balik daun-daun pepohonan, bulan tampak mengintip di balik awan hitam. Mungkin jika bulan bersinar terang dan berbentuk bulat sempurna, di saat itulah nyawanya sudah diserahkan pada penguasa alam.

Tak lama kemudian, tibalah mereka di pembukaan hutan, kegelapan digantikan dengan cahaya keorenan dari api obor yang berasal dari puncak bukit. Samar-samar terdengar desiran ombak di bawah sana, Varischa sampai menebak apakah mereka semua ada di dekat laut. Kuda yang menarik kereta kerangkeng milik Pangeran Jemiriel dan Varischa berhenti tepat di atas tebing. Para prajurit yang sudah lebih dulu sampai di sana, berbaris rapi menyambut kedatangan mereka. Prajurit yang mengawal perjalanan ikut masuk membentuk barisan memanjang dan saling berhadapan. Meninggalkan jarak yang tersisa hingga membentuk jalan khusus menuju tepi tebing.

Pangeran Jeofrel dan Raja Maizer menghampiri. Penampilan mereka jauh berbeda dari sebelumnya. Pakaian berwarna senada dengan gaun merah darah Varischa, lengkap bersama mahkota-mahkota nan berkilauan. Pangeran Jemiriel tidak mengganti pakaian seperti yang lain, hanya Varischa saja. Lantaran Pangeran tersebut terus memberontak dan tidak mau mendengarkan para dayang. Alhasil hanya mahkota yang menjadi pelengkapnya.

(Seri 1) D'FORSE | ETERNAL KINGDOM (TAMAT)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang