1. HAIDAR

8 3 0
                                    

"Hallooo gaeees, welcome back to my channnneeelll." Aku menoleh ke belakang. "AYO, berikan reaksi yang meriaaaah."

"Woohooo..."

"Huhhuuu..."

"Yo, what's uuup people?"

"Gaes, kalian bisa nebak gak kami lagi dimana? Bener banget, kami lagi ada di dapur, yeaaahh... Jadi temen-temen gue Bani Boediman bakalan nginep di rumah gue. Kita mau quality time, yuhuuu... Sekarang kami lagi ada di dapur, masak buat makan malam. Karena gue gak tau mau ngapain, jadi gue berbaik hati sebagai seksi sibuk sekali alias dokumentasi sana siniii..."

PRAAANGG...

Aku terperanjat kaget dan meratapi piring yang kini nasibnya jadi berantakan garis miring pecah kemana-mana. Masih awal udah rusuh aja.

"Haidar, gue gak sengaja," ujar Faza, temen semejaku.

"Uh-Oh, i-iya gak papa."

"Gue bakal beresin, kok," ucapnya langsung memunguti pecahan piring yang dijatuhkannya.

Dalam hati, aku sudah menyumpah-nyumpahinya.

"DEKK."

"APAA?" Aku membalas teriakan Bang Haikal, kakak kandungku yang lagi semedi di kamarnya.

"SIAPA YANG MECAHIN BELING?!"

"HAIDAR, BANGG," jawab kompak teman-temanku.

Sontak aku menoleh ke balakang. Apa-apaan ini? Bisa-bisanya aku ditumbalkan begini?!

"CEPET DIBERESIN, DEK."

"IYA, BANG."

"Sori, Dar. Gue terpaksa ngelakuin itu biar gak diusir sama Bang Haikal," ucap Faza dengan muka bersalah.

Aku nyengir. "Iya, gak papa."

Eliza menjulurkan lidah meledekku. Dia mah senang-senang saja menumbalkanku.

Dalam hati, aku sudah menyumpah-nyumpahinya part 2.

Aku kembali menghadap kamera. "Sori, gaes. Ada kesalahan teknis ternyata. Next, kita langsung temuin temen-temen gue." Aku mendekatkan kamera ke arah temen-temen. "Halo, Adia lagi masak apa nih?"

Adia ini pecinta perbiologian. Sekaligus partner in crime ku dalam segala hal.

"Gue lagi masak omelet spesial. Eh Sita, lo udah masak Oriza sativa?"

"Ha?"

"Beras beras."

Sita mengangguk. "Udah, udah mateng."

"Nasi yang baru mateng aduk dulu Ta, untuk mengurangi kadar air. Biar gak cepet basi." Ucapan Adia langsung di lakukan oleh Sita.

Aku menusuk-nusuk lengan Adia dengan telunjuk. "Lo belum jawab kenapa omelet ini spesial?"

"Oowh, karena yang ngeracik ini gue, nanti yang masak Sita."

"Kenapa gitu?"

"Lo gak mau dapur lo kebakaran kan kalo gue yang masak?"

"Oh, oke. Gue juga mewanti-wanti itu sih."

Meskipun pemalas, Sita paling bisa diandelin kalo urusan masak.

"MAYYYGAATTT..." Aku melongo menatap mie yang akan dibuat omelet menyatu dengan telur beserta cangkangnya.

"Lo mecahin telur pake tenaga dalam apa gimana dah, Bos?" tanya Sita tak habis pikir. Mukanya sudah capek berat.

BBS (5) : FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang