#1

5.2K 400 13
                                    

Nana nggak tau kenapa tiba-tiba Jeno melingkarkan tangannya di sekitar pinggangnya, merapatkan tubuhnya ke bagian belakang tubuh Nana. Dia ingin menoleh, tapi pria itu justru menekan bahunya, memintanya untuk tetap pada posisi semula.

"Jen?"

"They keep looking at you."

Mereka emang lagi di atas kereta yang melaju, di mana semua mata sesekali melirik Nana dengan tatapan penasaran dan kagum.

Lagi pula, siapa yang ingin melewatkan paras cantik dan manis itu, walaupun tatapan Jeno seperti ingin melubangi kepala mereka.

"Sshh, youre so cute. Don't worry, luv. I only have eyes for you."

Dagunya disandarkan pada bahu Nana, membuat gadis itu mengelus punggung tangan kekasihnya, memintanya untuk bersikap biasa saja, karena Nana memang hanya menginginkan Jeno, tak peduli berapa pasang mata menatap penuh harap.

Matanya hanya akan tertuju pada Jeno semata.

"I wish we weren't out in public ..."

Bisikan itu membuat bulu kuduk Nana meremang. Tapi, bukan Nana namanya jika tidak bisa membalas.

"Why?"

"I think, we need bed now."

"We cant! Were in public, luv."

"I know. But, I have to mark you. How else is everyone gonna know youre mine?"

Nana menyerah, dia berbalik dengan senyum terkulum, menatap Jeno yang tampak begitu frustrasi.

"Kan semalam udah."

"Kan merekanya nggak tau."

Jeno jealous mode adalah hal paling lucu yang pernah Nana lihat, bibirnya cembertut dengan mata berkaca, begitu beda dengan Jeno yang sering mendominasinya.

"Aku punya kamu loh."

Tangannya terangkat, ada kilau cincin keperakan di jari manis yang ngebuat Jeno memberikan senyum kecil.

"Kalo kamu lupa, aku ingetin lagi. Nana udah punya Jeno, sampai kapanpun selalu punya Jeno."

Cowok itu nggak jawab apa-apa, cuma mengeratkan pelukan mereka, membiarkan kepala Nana terkulai di bahunya dan tangannya melingkar di sekitar pinggang, menjaga juga melindungi.

***

haranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang