"Youre hair is so soft ..."
Jeno cuma diem, ngebiarin Nana mainin rambutnya, game yang dia mainkan lebih penting dari sekadar ngeladenin ramblingan kekasihnya.
"Kamu pake shampoo apa?"
"Hm? Nggak tau, yang ada di toilet aja."
Nana ngangguk kecil, memeluk leher kekasihnya yang masih serius menatap layar ponsel.
"Ngantuk?"
"Hmmm? Nggak. Kamu masih lama?"
Dia kembali melirik layar ponselnya, menimbang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sebuah tulisan you win!
"Kenapa, sayang?"
"Nggak sih, aku cuma pengen cuddle."
Ah, Nana lagi mode clingy ternyata.
"Can I kiss you?"
"Sure."
"Tapi aku mau dicium balik."
Jeno tertawa kecil, meletakkan ponselnya di atas meja, nggak peduli teriakan Lucas dan Mark yang menggema karena Jeno tiba-tiba menyerah bergitu saja.
Fokusnya beralih ke Nana yang cemberut, berusaha menarik perhatiannya, gadis itu masih memainkan rambut di bagian tengkuk Jeno, membuat siempunya bergidik geli.
"Stop it, sayang."
"I will stop when you kiss me."
Jeno menyerah, merangkum wajah gadis itu dan menatapnya lekat, menyelami manik hitam Nana yang berpendar indah dibawah temaram lampu ruang tengah.
"Your eyes are beautiful."
"Really?"
"Yes."
"But, you really look handsome."
"And this handsome man is yours."
Nana menyeringai, saat Jeno mengusap lembut pipinya, gadis itu mengeratkan peluk di leher Jeno saat pinggangnya ditarik mendekat dan bibir pria itu menyapu permukaan bibirnya dengan lembut.
"How?"
"I need more."
"Are you serious?"
Anggukan kepalanya membuat Jeno tertawa, kedua tangannya mengangkat tubuh Nana dan membawanya ke kamar, menutupnya dengan menggunakan kaki sebelum melempar gadis itu ke atas kasur.
"I can do 'more'."
"Show me, luv."
***