Bab 2b

38.4K 3.7K 53
                                    

Kesibukan di sebuah tempat kontruksi, di mana suara bising mesin, ditimpa dengan teriakan orang-orang yang memberi perintah, seakan tidak terpengaruh cuaca yang panas. Orang-orang berpeluh, menggunakan escavator untuk mengeruk tanah, ada juga yang sedang memotong besi di bagian lain.

Dante menatap ponsel dengan senyum kecil tersungging. Ia menerima panggilan dari Blossom tadi malam dan tidak menyangka kalau perempuan itu akan menyerah secepat ini. Tadinya, ia berpikir akan memakan waktu lebih dari seminggu. Ia bahkan sudah membuat rencana lain untuk mengancam. Sebenarnya, di telepon Blossom tidak mengatakan apa pun soal tawarannya. Tapi, ia yakin kalau perempuan itu menyetujui.

"Dante! Orang dari dinas pekerjaan umum dan penataan kota datang!"

Seorang laki-laki pendek, berkulit hitam dan berambut ikal, datang setengah berlari. Peluh bercucuran di dahinya.

"Katakan padanya, aku sibuk!"

"Jangan begitu, coba temui. Barangkali proyeknya cocok untuk kita."

Dante mengambil rokok dan menyulutnya. "Aku sudah tahu, proyek apa yang ingin mereka berikan pada kita dan aku sudah menolaknya."

"Kenapa?"

"Pendro! Kamu tahu berapa anggaran yang diberikan pemerintah pusat untuk membangun hunian di pinggir kota itu?"

Pendro menggeleng. "Nggak tahu."

"Sekitar 55 miliar. Kamu tahu berapa yang diberikan pada kita? Hanya 40 miliar. Ke mana sisanya? Mereka menelannya sendiri. Para pejabat korup dan kurang ajar itu. Nggak akan sudi aku menjadi alas kaki mereka!"

"Jadi, aku harus bagaimana?"

Dante mengibaskan tangan. "Suruh mereka pergi! Buang-buang waktuku saja!"

Pedro menghela napas dan pergi menghadap beberapa orang berdasi yang menunggu mereka di ruang security. Tidak ada yang bisa membantah perkataan Dante, siapa pun itu. Tidak ada pula yang bisa memaksa laki-laki itu melakukan sesuatu yang tidak diinginkan, bahkan demi uang sekalipun.

Dante memacu motornya meninggalkan tempat kontruksi, membelah jalanan yang panas. Ia menggunakan batas maksimal kecepatan dan tidak ingin didenda karena ngebut. Beberapa orang yang mengenalinya di jalan melambaikan tangan dan ia balas melambai.

Motornya memasuki kawasan rusun di mana ada tiga tower yang terdiri sepuluh delapan lantai. Pintu gerbang dari besi membuka saat melihatnya datang. Ia memarkir motor di tempat khusus yang disediakan untuknya dan tak lama, beberapa anak kecil berlari mendatanginya.

"Tuan Dante, mamaku mengatakan hari ini masak kesukaanmu dan memintamu mampir!"

"Tuan Dante, apa kamu bisa bermain dengan kami hari ini."

"Tuan Dante, kapan kami bisa menaiki motormu!"

Dante mengangkat telunjuk ke bibir dan memberi tanda pada anak-anak itu untuk diam.

"Hari ini Tuan Dante sedang sibuk. Kalian kembali bermain dan jangan lupa bersikap baik!"

Anak-anak terlihat kecewa tapi tidak ada yang berani membantah. Di kawasan ini, semua tunduk dan patuh dengan Dante. Tidak terkecuali anak-anak maupun orang dewasa. Bisa dikatakan, mereka menggantungkan hidup pada belas kasihan Dante.

Naik ke lantai dua menggunakan tangga, Dante bertemu dengan seorang perempuan yang sedang hamil. Tubuh kecil perempuan itu, terlihat menyangga perutnya yang membesar dengan susah payah.

"Dante, apa suamiku belum pulang?"

Dante menggeleng. "Pedro masih sibuk. Oh, ya, Maria. Apa kamu bisa memilihkan sesuatu untukku?"

Tukar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang