Suara langkah kaki yang terburu-buru membuat keduanya menoleh. Datang dua laki-laki dengan tubuh berpeluh dan memakai topi ke ruangan. Mereka mengangguk ke arah Dante.
"Tuan, ada masalah?"
"Ada apa?"
"Oswaldo datang dengan membawa banyak anak buah, berusaha mendobrak gerbang."
Dante meletakkan sendok dan garpu, mengelap tangan lalu bangkit. "Ayo!" Ia menarik tangan Blossom dan setengah berlari menuju mobil yang terparkir. Dua orang yang menjemput, menaiki motor mereka. Bersama meninggalkan perkebunan menuju district 2.
**
Daisy menggeliat di atas ranjang, selimut melorot dari atas tubuhnya yang putih dengan buah dada yang membusung. Ia meraba perutnya, sedikit kesal karena ada lemak di sana. Biasanya, ia selalu langsing dan rajin berolah raga. Tapi, akhir-akhir ini nafsu makannya tinggi dan membuat berat badannya naik cukup drastis.
Ia menatap Edith yang sedang berpakaian. Setelah percintaan mereka yang lambat dan penuh kasih, laki-laki itu mengatakan harus pergi. Ada klien yang ingin bertemu.
"Jangan lupa, besok makan malam bersama keluargaku."
Perkataan Edith membuat Daisy mengerang. Ia tidak pernah suka dan tidak pernah akur dengan keluarga laki-laki itu. Entah kenapa, saat bergaul bersama mereka ia selalu merasa seperti pecundang yang tidak diinginkan, terlebih sekarang karena sudah merusak acara pertunangan Edith.
"Mereka nggak masalah dengan pernikahan kita?" tanya Daisy.
Edith menoleh. "Nggak ada masalah. Biaya pernikahan sudah disiapkan, nggak ada bedanya."
"Maksudmu, kita tetap menggunakan konsep pernikahanmu dengan Blossom?"
Edith menghela napas panjang, setelah memastikan dasinya terikat rapi, mendekati ranjang dan duduk di samping Daisy yang telanjang bulat. Tangannya membelai lembut perut Daisy yang masih dasar. Selain tubuhnya yang terlihat agak berisi, belum ada perubahan signifikan dari kehamilan Daisy. Perutnya masih rata seperti biasanya. Percintaan mereka pun masih panas.
"Konsepnya kamu yang menentukan, aku hanya bilang soal biaya."
Daisy mendengkus. "Blossom orang yang sederhana, konsep pernikahannya pun sederhana, nggak muluk-muluk. Dia beda denganku. Ingat, Edith. Aku ini artis, banyak kenalan. Bayangkan kalau pernikahanku dianggap biasa-biasa saja untuk standar seorang artis. Bisa-bisa, aku masuk pemberitaan berminggu-minggu sebagai pengantin dengan pesta pernikahan terburuk abad ini!"
Edith mengernyit. "Kamu berlebihan."
"Itu karena kamu selama ini bergaul dengan Blossom. Kamu lihat bukan, bagaimana lingkup pergaulanku. Lagi pula, papamu seorang wakil walikota, kamu seorang pengacara tapi, saat menikah, konsepnya biasa saja." Daisy menyingkirkan tangan Edith dari tubuhnya, melemparkan selimut ke samping lalu bangkit dari ranjang. Dengan tubuh telanjang bulat, berdiri sambil berkacak pinggang, ia berucap dramatis. "Lebih baik kita nggak usah menikah!"
"Daisy, kamu bicara apa?"
"Kalau kamu masih ingin menikah denganku, ingat satu hal, Edith. Aku nggak mau pernikahan yang biasa-biasa saja, apalagi meneruskan konsep Blossom!"
Daisy masuk ke kamar mandi dan meninggalkan Edith terduduk di ranjang. Menghela nbapas panjang, merasakan kepalanya pening. Ia sangat mengerti kalau Daisy keras kepala dengan keinginan menggebu-gebu. Kalau masih ingin menikahi perempuan itu, mau tidak mau ia harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi.
Menepuk kasur, ia bangkit untuk mengambil jas dan tas yang ada di atas meja. Tanpa berpamitan, keluar dari kamar. Daisy sudah memegang kunci apartemennya, perempuan itu tahu bagaimana caranya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukar Jodoh
RomanceDi hari pertunangan Blosoom dengan kekasihnya, Edith. Sang adik datang dan mengatakan pada tamu undangan kalau sedang mengandung anak dari Edith. Tanpa rasa malu, Daisy merusak hari bahagia Blosoom. Di antara keterpurukan, datang Dante, laki-laki ta...