Dante memalingkan wajah, bangkit dari kursi dan menyulut rokok, berdiri di dekat jendela. "Nggak ada yang perlu dibicarakan."
Daisy mengikutinya. Tangannya berusaha menyentuh lengan laki-laki itu. "Ada, aku ingin bicara tentang kita. Kenapa kamu pulang tapi tidak menemuiku? Kenapa kamu malah mengajak Blossom menikah? Apa kamu kecewa karena aku akan menikah dengan Edith?"
Dante mengibaskan tangan Daisy. "Jangan menganggap dirimu terlalu tinggi."
"Oh, masih mengelak? Kamu pasti sakit hati karena aku mengabaikanmu? Kamu sengaja mendekati Blossom untuk membuatku cemburu bukan? Ayo, bilang terus terang kalau kamu terlalu mencintaiku dan tidak rela aku bersama orang lain."
Dante menatap Daisy, mengamati dari atas ke bawah lalu mendengkus. "Daisy, kamu ingat yang aku katakan setelah pertama kali kita tidur bersama?"
Daisy mengedip bingung, berusaha mengingat-ngingat tapi sedikit kesulitan. "Maksudmu apa?"
Dante menoleh, menjentikkan rokok ke udara. "Aku akan mengulangnya biar kamu ingat. Yang aku katakan adalah, sekali kamu menjadikan dirimu sebagai milikku. Jangan sekali-kali mengkhianatiku, atau pembalasanku akan jauh lebih kejam dari yang kamu lakukan."
Daisy tercengang. "Ja-jadi, itu benar? Kamu sedang balas dendam? Dengar, Dante. Kamu salah paham. Aku nggak mengkhinatimu. Aku menunggumu dan melakukan kesalahan bersama Edith saat sedang mabuk!"
Dante merengsek maju, mencengkeram rahang Daisy dengan kuat. "Penjelasan macam apa itu, Daisy? Kamu pikir aku akan percaya begitu saja dengan omonganmu, setelah yang kamu lakukan padaku? Bukankah dari awal sudah aku katakan? Kalau kamu bosan dengan hubungan kita, kalau kamu ingin tidur dengan laki-laki lain, silakan! Tapi, putuskan dulu hubungan denganku. Lihat yang kamu lakukan? Kamu tidur dengan tunangan kakakmu, saat aku pergi! Brengsek!"
"Dantee, aku bisa jelaskan. Tolong, lepaskan aku. Sakiit!"
Dante melepaskan cengkeramannya, melangkah ke arah pintu dan membukanya. "Pergi! Aku nggak butuh penjelasanmu."
"Nggak, Dante. Kamu harus dengar. Semua nggak seperti yang kamu tuduhkan!" Daisy menjerit, lalu menelan ludah dengan susah payah. Begitu banyak hal yang ingin ia katakan dan semua tertahan di tenggorokan. Sikap garang Dante menyulitkannya untuk bicara. "Edith, dia menyukaiku dari lama. Dia itu, sedikit memaksa. Aku—"
Dante mendorongnya keluar. "Pergi! Jangan pernah kembali!"
"Aku belum selesai bicara."
"Sudah! Dan, urusan kita selesai sampai di sini!"
Dante membanting pintu di depan Daisy. Tidak habis akal, Daisy menggedor dan berteriak.
"Kamu boleh marah padaku, Dante. Aku terima. Tapi, jangan menikah dengan Blossom. Aku nggak rela kamu menikah dengannya, Dante! Please, kabulkan permohonanku kali ini. Jangan menikah dengan Blossom!"
Tidak ada jawaban, tidak peduli Daisy yang berteriak sambil menggedor pintu, Dante tetap tidak menggubrisnya. Daisy menurunkan tangannya. Memejam dengan kepala bersandar pada pintu. Mengakui kalau semua adalah kesalahannya. Penyesalan yang ia rasakan karena kehilangan Dante, tidak seberapa dengan perasaan kalah pada Blossom. Di mana perginya rasa puas karena sudah berhasil menggaet Edith? Ia memukul Blossom sekali dan terpukul mundur tiga kali karena Dante.
"Aku pulang, Dante. Tapi, perlu kamu tahu. Aku tidak akan menyerah."
Daisy pergi dengan kepala menunduk, meninggalkan proyek yang kotor dan panas.
Setelah melihat sosok Daisy menjauh, Dante kembali menyulut rokok. Menjentikkan api, ia bergumam rendah pada diri sendiri.
"Jangan menyulut api, kalau kamu tidak punya cara memadamkannya. Kamu sudah bermain-main dengan orang yang salah, Daisy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukar Jodoh
RomanceDi hari pertunangan Blosoom dengan kekasihnya, Edith. Sang adik datang dan mengatakan pada tamu undangan kalau sedang mengandung anak dari Edith. Tanpa rasa malu, Daisy merusak hari bahagia Blosoom. Di antara keterpurukan, datang Dante, laki-laki ta...