Bab 5b

36.5K 4.3K 158
                                    

Sebelum pergi ke rumah Blossom, Dante membawanya berkeliling district 2 dan melihat-lihat sebentar. Blossom cukup mengagumi bagaimana cara Dante menata lingkungan dengan baik dan menempatkan orang-orang sesuai umur. Ia berniat melihat lebih banyak lagi saat datang lain kali.

Menggunakan mobil yang sama, mereka pergi ke rumah Blossom. Sepanjang jalan, Blossom yang tegang tidak bicara apa-apa. Ia tidak tahu bagaimana reaksi keluarganya saat melihatnya membawa pulang, Dante.

Pelayan yang membuka pintu dibuat terkejut oleh kedatangannya dengan Dante. Ia sengaja menggandeng lengan Dante dan membimbing laki-laki itu ke arah ruang makan.

"Selamat malam, Pa, Ma."

Orang-orang yang duduk di meja makan, mendongak dan terbeliak saat melihat Blossom bergandengan tangan dengan Dante. Bukan hanya itu, Dante dengan sengaja melepasakan genggaman di tangannya dan secara kurang ajar melingkari bahu Blossom.

Menatap wajah-wajah yang merah padam, mulut yang ternganga tidak sopan, serta kekagetan dengan tubuh yang menegang, Blossom merasa kalau kejutannya berhasil.

"Papa, Mama, aku pulang."

Gemala yang pulih kekagetan lebih dulu. Bangkit dari kursi untuk menghampiri Blossom. "Apa-apaan ini?"

Blossom tersenyum tenang. "Ma, kenalkan ini, Dante."

"Aku sudah tahu siapa dia! Yang aku tanya, kenapa kamu bawa dia kemari?"

"Mengenalkan dia pada kalian."

"Untuk apa mengenalkannya pada kami. Kamu sudah tahu apa yang dikatakan mamamu bukan? Kami jelas tahu siapa dia!" Benito ikut bangkit darin kursi, menghampiri istri. Di meja tertinggal Daisy dan seorang laki-laki lain.

Dante mengusap pundak Blossom sambil tersenyum. Bersikap seolah tidak terpengaruh oleh ucapan-ucapan orang tua Blossom.

"Sayang, ternyata orang tuamu sudah mengenalku dengan baik."

"Kamu memang sangat terkenal," jawab Blossom.

"Aku jadi malu."

"Bukankah itu hebat?"

Obrolan Dante dan Blossom membuat Gemala dan Benito geram. Tanpa kata-kata Gemala merenggut Blossom dari pelukan Dante dan mencengkeram pergelangan tangannya. "Kamu kenapa, Blossom? Kenapa jadi begini? Apa kamu dendam pada kami dan sedang membalasnya?"

Blossom menggeleng, mengibaskan cengkraman ibunya. "Jangan berprasangka, Mama. Aku baik-baik saja dan sebelum kalian lebih jauh menduga-duga, sekalian saja aku bilang kalau Dante adalah calon suamiku. Kami akan menikah bulan depan."

Tidak ada yang bicara, setiap orang terlalu kaget sampai kembali membisu. Diam-diam Blossom mengawasi Dante, untuk melihat bagaimana reaksi laki-laki itu saat berada satu ruangan dengan Daisy. Bisa jadi karena dalam situasi genting, tapi Blossom mengamati kalau Dante selalu menatapnya dan sama sekali tidak melirik sang adik.

Berbeda dengan Daisy yang sekarang ikut berdiri di samping kedua orang tuanya. Menatap tajam pada Dante.

"Jangan bilang kalian melakukan ini untuk membalas dendam?" tanya Daisy dengan suara bergetar.

Blossom tersenyum manis, bertukar pandang dengan Dante. "Dendam apa yang harus kita balas, Sayang? Apa kamu punya dendam pribadi dengan adikku?"

Dante menggeleng, sama sekali tidak mengindahkan sekelilingnya. "Nggak ada. Karena di rumah ini yang aku kenal hanya kamu."

Daisy memucat, mengepalkan tangan dengan tubuh gemetar.

"Bukankah adikku terlalu berprasangka? Begitu pula papa dan mamaku."

Tukar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang