BONUS PART

1.3K 87 12
                                    

~~***~~


Gadis dengan pipi yang sedikit tembam itu akhir-akhir ini benar-benar tak tertarik untuk mengikuti mata kuliah, sudah beberapa kali ia bolos dalam pelajaran, ia lebih suka menghabiskan waktunya untuk menyendiri di sebuah tempat yang tinggi seperti rooftop. Kesal sekali rasanya ia terus-menerus didera rindu yang menyerap seluruh semangat hidup.

Apa lelaki yang terikat janji dengannya beberapa belas tahun yang lalu itu sudah melupakan dirinya? Melupakan kenangan manis mereka?

Ingin sekali rasanya gadis bermanik abu tua itu terjun bebas dari rooftop gedung kampus mereka yang berlantai 7.

"YAKKKKKK, DASAR PENIPU, AKU BENCI PADAMU, AKU BENCI, BENCI SEKALI!" Gadis itu terus-terusan saja berteriak kencang membuang segala emosi yang sempat mengumpul di dirinya.

"YAAAA, AKU LEBIH BENCI LAGI PADAMU!" Lelaki berkulit putih dengan gummy smile sebagai ciri khasnya itu keluar dari sebuah ruangan yang lebih mirip seperti sebuah gudang yang ada di rooftop, merasa tidur siangnya terganggu akan teriakan seorang wanita yang memekakkan telinga. Laki-laki itu menatap tajam ke arah sang gadis. Matanya berkilat-kilat penuh syarat amarah.

"Siapa kau?" tanya gadis itu dengan ketus, setelah membalik tubuhnya menghadap lelaki yang sejak tadi berdiri di belakangnya, melipat kedua tangan di depan dada dengan wajah yang kesal.

"Ck, harusnya aku yang bertanya. Kenapa kau berteriak tidak jelas ditempat seperti ini? Kau mengganggu waktu tidur siangku." Lelaki pemilik gumny smile itu bertanya tak kalah ketus dengan nada pertanyaan si gadis yang dress hitam itu.

"Huh, dasar. Memangnya kau pikir ini tempat pribadimu?" Gadis itu mencibir, bibirnya berkomat-kamit tak jelas, membuat lelaki dihadapannya itu gemas, dan ingin sekali rasanya membungkam bibir itu.

Karena kesal luar biasa, lelaki itu berjalan mendekat ke arah si gadis dengan perlahan. Tentulah gadis itu merasa takut, belum lagi melihat tatapan dari pria tersebut. Tanpa sadar gadis itu perlahan mundur sampai punggunya membentur pagar pembatas. Bayangkan jika pagar itu tak ada. Pasti gadis itu sudah akan  terjatuh dan terjun dengan begitu bebas dari ketinggian, dan tubuhnya akan remuk berkeping-keping di bawah sana.

Tidak sampai sejengkal jarak antara gadis berpipi tembam yang mengenakan dress hitam selutut dengan pria yang berkulit putih, tampak kontaras dengan pakaiannya yang serba hitam.

"Eomma, huwahhh....., tolong aku, Eomma. Ada pria jahat di sini." Entah angin apa yang baru saja lewat barusan? Gadis itu tiba-tiba berjongkok. Menundukkan kepalanya pada kedua lutut, dan menangis dengan histeris.

"Ya, ada apa ini? Kau kenapa, hei kenapa kau menagis?" Pria itu panik, ia tidak merasa melakukan apa pun, tapi tiba-tiba saja gadis itu menangis. Jangan sampai ada orang lain yang datang ke rooftop, bisa-bisa ia dicurigai telah menyakiti gadis itu.

"Matilah aku. Ada yang datang,"  pria itu mengumpat ketika menyadari ada suara langkah kaki yang mendekat ke arah mereka.

"Siapa disana?"

Suara lain. Itu suara perempuan. Lelaki itu pun tak mengerti harus bagaimana. Ia akhirnya tetap berdiri mematung di hadapan si gadis yang sedang menangis.

"Kim Hara? Kenapa kau ada disini? Kenapa kau menangis? Apa ada yang menyakitimu?" Wanita yang baru saja datang itu langsung berlari memeluk Hara yang sedang menangis.

"Cashley Eonnie, pria ini jahat, dia membentakku." Hara mendongak, menunjuk ke arah si lelaki. Dan Cahley langsung mengikuti arah yang ditunjuk oleh Hara.

"Benarkah itu Min Yoondae, kau apakan adikku?" selidik Cashley pada lelaki berbaju hitam itu.

Ternyata namanya Min Yoondae. Anak dari ketua yayasan kampus.

"Apanya? Aku hanya bertanya kenapa ia berteriak di sini. Ia sudah mengganggu waktu tidur siangku." Yoondae tak terima ia disalahkan oleh Cahsley.

"Kau seharusnya tidur di rumahmu. Jadi, kau selalu kabur saat jam pelajaran ternyata kau tidur di sini?" tanya Cahley pada Yoondae. Cashley masih tetap memeluk Hara.

"Terserahku ingin tidur dimanapun. Tak ada larangan untuk itu. Aku ingin tidur nyenyak, sebaiknya bawa adikmu untuk pergi dari tempat ini," ketus Yoondae dan kembali masuk ke ruangan yang terlihat seperti gudang itu.

***


"Eomma, bisa tidak aku pindah sekolah di Seoul saja? Aku tidak ingin berpisah dengan Oppa." Jihye merengek pada ibunya.

"Sayang, nanti kau pasti akan sangat merepotkan Oppamu di sana," ucap Hana.

"Tidak Eomma, Ji Hye janji."

"Kau masih kecil, Nak. Nanti yang ada kau malah mengganggu oppamu. Oppamu itu masih kuliah, Sayang."

"Eomma, Jihye sudah kelas 2 JHS Eomma, Jihye pandai bela diri, Jihye pandai menggunakan senjata seperti Eomma dan Oppa, Jihye sudah terbiasa mengurusi diri sendiri."

"Nanti, bicarakan nanti pada Appamu. Sekarang selesaikan tugasmu, kemudian mandi!" perintah Hana pada putrinya.

***


"Bagaimana, Sayang, kau sudah mengurus segalanya?" Hana terlihat mengelus wajah Jiseok yang baru saja pulang.

"Ayo makan malam! Ibu sudah menyiapkan semuanya." Hana menarik Jiseok untuk duduk pada kursi di ruang makan.

"Ayah mana, Bu?" Jiseok memang terbiasa memanggil Hana dan Jeongguk dengan sebutan Ibu dan Ayah.

"Sedang mandi, sebentar lagi akan turun."

***


Singkat cerita, Jiseok dan adik perempuannya pindah ke Seoul. Jiseok melanjutkan kuliahnya di sana, sementara Jihye melanjutkan sekolahnya. Mereka tinggal di rumah keluarga Choi, rumah yang dulunya menjadi markas  kebesaran keluarga Choi Jimin, rumah yang dulu ditinggali oleh Jimin dan Hana ketika bersama. Rumah yang penuh kenangan.

Semua itu adalah atas perintah Hana, ia percaya jika kedua anaknya tinggal di sana bersama orang-orang mereka yang masih bekerja di sana, salah satunya pria bernama Jaehyuk. Lelaki yang dulu menjadi orang kepercayaan Choi Jimin.

"Oppa, Oppa sedang apa?" tanya Jihye yang tiba-tiba sudah berguling di atas ranjang milik Jiseok.

Sementara Jiseok terlihat fokus pada laptop yang ada di atas pahanya. Lelaki itu duduk bersender pada kepala ranjang dengan posisi kaki yang menyila. Jihye sedikit mendekatkan kepalanya untuk mengintip pada layar laptop milik Jiseok.

Jiseok yang barusan sangat fokus pada laptopnya harus buru-buru menutup laptop tersebut tanpa dimatikan. Untung ia sedang menggunakan earphone. Bisa bahaya jika adiknya yang begitu manja itu melihat dan mendengar apa yang baru ia lihat.

"Sejak kapan kau ada disini, eoh?" tanya Jiseok sambil melepas earphone yang baru saja menyumpal kupingnya.

"Baru saja, aku mau tidur disini." Jihye mengabaikan Jiseok, gadis remaja itu menarik selimut untuk menutup tubuhnya dan tertidur.

"Dasar bocah," keluh Jiseok.

Pria tampan dengan mata yang seksi itu beranjak ke arah meja belajar. Meletakkan laptopnya di sana.

Kemudian ia terlihat mengirim sebuah pesan melewati sebuah aplikasi chat.

'Bantu aku untuk besok, kita bertemu di depan kampusmu.'

Setelah Jiseok berhasil mengirim pesannya, pria itu terlihat menyunggingkan senyum. Rasanya tak sabar sekali harus bertemu dengan seseorang. Dan mengurusi hari pernikahannya. Ya, Jiseok memilih untuk menikah di usia muda sambil menyelesaikan kuliahnya.
[]

LOVE
AMEERA LIMZ

Gimana? Cerita baru gak?

STILL LOVING YOU  [TAMAT - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang