THE TRUTH (The truth Will be told)

757 75 10
                                    

~~***~~


"Katakan dimana Choi Jimin sekarang? Tidak biasanya ia pergi bertahun-tahun tanpa kabar seperti ini, apa ponselnya hilang atau dicuri orang? Jimin itu kaya ia tidak mungkin hidup tanpa ponselnya." Namjoon mencecar Jaehyuk dengan banyak pertanyaan yang telah bergentayangan di otaknya sejak lama. Hari ini Namjoon sengaja mendatangi gudang penyelundupan senjata api milik keluarga Choi yang letaknya tak jauh dari sebuah dermaga.

"Duduklah dulu! Akan saya beri tahu dimana Tuan Choi sekarang." Jaehyuk membawa Namjoon ke sebuah ruangan yang dibuat seperti sebuah kantor. Ruangan itu terasa sedikit mengerikan dengan banyaknya ornamen kuno dan bentuk kepala hewan. Belum lagi cat pada dinding ruangan yang berwarna hitam. "Mau minum apa, Tuan Kim?" tawar Jaehyuk.

"Aku kemari bukan untuk minum, aku kemari mencari tahu keberadaan Choi Jimin," ketus Namjoon yang merasa Jaehyuk terlalu banyak membuang waktunya. Bertele-tele.

"Tunggu sebentar, ada yang ingin ku perlihatkan dan perdengarkan pada Tuan." Lelaki tua itu berjalan membuka sebuah laci pada sebuah meja yang letaknya dekat dengan meja kerja. Mengeluarkan sebuah flashdisk dari dalam sana. Kemudian menyambungkan flashdisk itu pada sebuah komputer yang sudah menyala di atas meja kerja.

Sebuah vidio sudah siap untuk diputar, tinggal menunggu Kim Namjoon menekan tombol play melalui perintah pada keyboard.

Hal pertama yang Namjoon lihat adalah wajah pucat Choi Jimin yang menahan sakit. Jimin nampak duduk di atas sebuah kasur kecil berwarna putih. Terlihat seperti di sebuah ruangan rumah sakit. "Apa ini?" Tanya Namjoon.

"Putar, lalu lihat dan dengarlah sendiri untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaanmu, Tuan."

***


"Sayang kau tahu Kakak pergi kemana?" Eunseo terlihat sedang merapikan pakaiannya di depan cermin. Ia bertanya pada Jung Hoseok yang duduk di atas ranjang. Eunseo berdiri memunggungi Hoseok, dan ia bisa melihat suaminya dari pantulan di cermin.

"Aku tidak tahu. Yang pasti tadi ia terlihat sangat buru-buru."

"Kakak pergi bersama supir kan?"

"Ia, Sayang."

Eunseo bisa menangkap ekspresi gelisah dari wajah suaminya. Ia lantas membalik badan menghadap pada Hoseok.

"Ada apa denganmu?" tanya Eun Seo, "Kau terlihat sangat gelisah, kau tak punya sesuatu yang kau sembunyikan dariku kan?"

"Ti--tidak, Sayang. Serius tak ada yang ku sembunyikan darimu istriku." Rasanya gerah sekali, bernapas pun terasa begitu sulit. Hoseok harus menelan salivanya sendiri secara berulang.

"Baguslah, ayo kita turun untuk makan malam." Eunseo berjalan ke arah pintu. "Apa yang kau lakukan?" cicit Eunseo ketika tiba-tiba Hoseok membalik tubuhnya dan menghimpit dirinya di antara daun pintu dan dada yang bidang. Bergerak pun terasa susah.

"Sayang." Hoseok menyeringai. "Aku tidak butuh makan malam."

"Lalu?"

"Aku butuh dirimu," ucap Hoseok dengan pandangan yang intens, serta suara yang terdengar mendayu. Menggelitik perasaan Eunseo. "Apa malam ini kau akan tidur bersama Cashley lagi? Cashley bahkan punya orang tuanya yang biasa menemaninya tidur. Kenapa harus kau yang tidur bersamanya?" Rengek Hoseok. Eunseo terlalu buta selama ini. Ia tak pandai menangkap apa yang dipikirkan suaminya. Ia bahkan tidak mengerti apa yang suaminya butuhkan. Bahkan setelah hampir empat bulan menikah ia belum menjadi istri yang sesungguhnya, hanya status istri yang ia jalani. Demi gurun pasir dan oasis, Hoseok bersumpah akan mendapatkan keinginanya malam ini. Persetan dengan Cashley yang mungkin menangis karena tak ditemani tidur oleh Eunseo.

"A--apa yang akan kau lakukan?" cicit Eunseo yang nyalinya menciut mendapati tatapan buas suaminya sendiri.

"Eumh, mungkin menyiksamu, membuatmu tak bisa berjalan besok pagi." Hoseok kembali menyeringai. Jangan tanya bagaimana Eunseo. Wanita itu ketakutan luar biasa, ia sama sekali tak mengira suaminya akan menyiksa dirinya, selama mereka menikah Hoseok terlihat baik dan manis, Hoseok bukan penjahat. Lalu bagaimana bisa Hoseok akan menyiksa dirinya? Apakah ada sesuatu kesalahan yang diperbuatnya sehingga Hoseok marah? Ya ampun, jangan terlalu polos Eunseo.

"Bernapaslah, Sayang! Jangan menegang seperti itu." Hoseok menarik senyum di satu sudut bibirnya. Jemarinya mengangkat dagu Eunseo untuk mendongak ke arah dirinya.

Eunseo benar-benar menjerit dalam hati, ia ingin kabur, benar benar-tak bisa menerima hukuman suaminya. Ia tak salah apa-apa.

"Sayang, aku tak akan membunuhmu, aku hanya ingin meminta hakku." Hoseok tergelak. Bagaimana bisa istrinya yang terlihat berani dan menggoda nyatanya begitu polos. Dengan tak sabaran ia menelusupkan tangan di lipatan lutut dan bahu Eunseo, membawa wanitanya ke atas tempat tidur yang setia menemani.

***


Taehyung dan Heera harus ekstra sabar menuruti bocah kecil mereka. Ketika waktu sudah hampir setengah sepuluh malam, Hara masih saja berkutat dengan buku-bukunya. Gadis kecil itu sangat suka belajar, bahkan saking senangnya ia belajar, justru pasangan suami istri Kim yang harus menghentikannya. Berbeda dengan anak kecil kebanyakan yang begitu sulit saat disuruh untuk belajar.

"Hara, waktunya tidur, Sayang. Ayah dan Ibu sudah sangat mengantuk," ucap Taehyung sembari mengumpulkan sebagian buku yang berserak di atas meja belajar Hara.

"Hara masih belum mengantuk, Ayah." Hara merengut kesal.

"Nak, jika belum tidur sekarang besok Hara akan tertidur saat mengikuti pelajaran. Memangnya Hara ingin dimarah oleh guru?"

"Tidak Ayah, Hara tidak ingin dimarah oleh guru."

"Ya sudah, kalau begitu Hara tidur sekarang ya, Ibu akan menemanimu sampai tidur. Ayah tolong bantu bereskan buku-buku Hara, ya?" ucap Heera pada Taehyung sambil membawa putrinya ke atas tempat tidur.

Kedua pasangan Kim masih setia menunggu sampai Hara akan benar-benar tertidur. Barulah setelah itu mereka akan tidur. Ya, tidur yang sungguhan.

"Ibu, Ayah, menikah itu apa?" tanya Hara dengan wajah polosnya. Taehyung dan Heera sampai saling pandang mendengar pertanyaan itu.

"Hara belum waktunya tahu soal itu, Nak. Nanti setelah Hara besar, Hara pasti mengerti," jawab Taehyung, tangannya setia mengelus kepala putrinya yang cantik menggemaskan.

"Tapi Jiseok bilang dia akan menikahi Hara."

"Jiseok? Teman sekelasmu?"

"Iya, Bu." Hara megangguk.

"Sayang, kalian masih kecil. Menikah hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa, Sayang," ucap Heera dengan bijaksana.

"Kalau begitu Hara ingin cepat dewasa," ucap Hara sebelum akhirnya ia benar-benar tertidur. Dan Heera bertanya-tanya melalui isyarat mata pada suaminya.

"Sudahlah, Sayang. Hara itu mungkin hanya sedang bicara asal karena sudah terlalu mengantuk," ucap Taehyung dengan suara yang pelan.

***


"Aku akan berangkat kesana besok," ucap Namjoon di akhir teleponnya.

Lelaki beranak satu itu terlihat sedikit mengusap air mata yang sedikit tumpah dari pelupuknya.

Melihat pesan vidio yang ditinggalkan oleh Jimin benar-benar membuat ia merasa jadi seorang teman sekaligus kakak yang tak berguna. Ia pernah menahan Jimin yang hampir bunuh diri. Tetapi, satu hal yang tak bisa ia lakukan adalah ia tak bisa membaca semua masalah yang Jimin lewati.

Itulah sebab ia memutuskan akan datang ke tempat dimana Choi Jimin berada. Ia akan datang bersama dengan Jeongguk. Sesuai dengan keinginan dari Choi Jimin itu sendiri.
[]

LOVE
AMEERA LIMZ

STILL LOVING YOU  [TAMAT - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang